Saat mereka berbelanja, In-a, kakak Hee-joo, kebetulan berada di toko yang sama.
Meskipun jalan mereka tidak bersimpangan, kehadirannya mengisyaratkan potensi masalah. In-a tampaknya berniat memicu drama antara Sa-eon dan Hee-joo.
Setelah berbelanja, Sa-eon dan Hee-joo pergi makan malam. Selama makan malam, Hee-joo menerima pesan dari Sang-woo yang mengucapkan selamat atas jabatan barunya dan menyarankan mereka untuk bertemu.
Sa-eon membujuknya untuk setuju tetapi bersikeras untuk menemaninya.
Selama makan malam, Sa Eon dan Sang Woo berdebat mengenai keberhasilan Hee Joo.
Sepanjang malam, kedua pria itu saling bertukar sindiran halus, persaingan mereka semakin memanas karena Sang-woo mengetahui masa lalu Hee-joo.
Kedekatan Hee Joo dan Sang Woo membuat Sa Eon cemburu.
Merasakan ketegangan, Hee-joo melangkah keluar, karena sudah waktunya untuk menelepon Sa-eon setiap malam.
Tak lama kemudian, Sa-eon menyusulnya, dengan mengatakan bahwa ia akan membeli es krim.
Selama panggilan telepon, Sa-eon mulai mengakui perasaannya yang sebenarnya kepada Hee-joo, tetapi momen itu terganggu oleh sebuah tragedi.
Saat Sa-eon menyeberang jalan menuju toserba tempat Hee-joo menunggu, sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.
Dalam kepanikan, Hee-joo meneriakkan namanya dan mendorongnya ke tempat aman.
Sa-eon terguncang, bukan hanya karena nyaris terjadi kecelakaan, tetapi juga karena ia mendengar suara Hee-joo dengan jelas untuk pertama kalinya.
Di tempat kerja, Hee-joo mulai mengajari Sa-eon bahasa isyarat, yang menandai perubahan dalam hubungan mereka.
Sementara itu, Sa-eon terus menyelidiki panggilan misterius tersebut. Ia menemukan bahwa suara di telepon itu milik seorang wanita berusia dua puluhan.
Meskipun ia mencurigai Hee-joo, ia sempat berpikir bahwa In-a mungkin terlibat, mengingat riwayat manipulasi yang dilakukannya.
(*)