Antropometri kit adalah serangkaian alat yang berfungsi untuk mendeteksi stunting pada anak melalui pengukuran berat badan, panjang dan tinggi badan serta lingkar lengan atas dan kepala.
Contoh lain, Dinas Kesehatan membekali bayi yang mengalami gangguan menelan air susu dengan slang makan (sonde) setelah pulang dari rumah sakit.
Tim Percepatan Penurunan Stunting, kata Zahara, mendata penderita stunting berdasarkan nama, alamat, dan masalahnya.
Data itu diberikan kepada tenaga kesehatan (pegawai Dinas Kesehatan) untuk menangani masalah penderita stunting.
“Misalnya, jika masalahnya kekurangan asupan gizi makanan, tenaga kesehatan akan menambah asupan gizi makanan. Kunci penangangan stunting ialah memastikan penderita stunting tidak kekurangan asupan gizi. Apabila asupan gizi cukup, anak tidak akan stunting. Kader PKK bekerja sama dengan kader kesehatan untuk mengawasi pemberian makanan tambahan benar-benar masuk ke dalam mulut anak yang menderita stunting,” tuturnya.
Selain itu, kata Zahara, Tim Percepatan Penurunan Stunting menyiapkan pasangan usia subur, misalnya memastikan calon ibu tidak mengalami anemia dan tidak kekurangan gizi.
Untuk ibu hamil, tim melaksanakan pemeriksaan kehamilan lengkap. Ia menginformasikan bahwa ibu hamil minimal enam kali bertemu tenaga kesehatan, dua kali bertemu dokter, dan dua kali diperiksa dengan USG.
Ibu hamil diperiksa dengan USG untuk mengetahui lingkar kepala bayi dalam kandungan untuk mencegah bayi lahir tidak stunting.
“Pemkab Solok menyediakan 1.300 petugas kesehatan dan 3.400 kader kesehatan untuk menangani masalah stunting. Salah satu elemen terbawah yang memiliki andil besar dalam penurunan stunting di Kabupaten Solok ialah posyandu dan kader-kadernya. Posyandu bisa menjangkau masyarakat secara langsung hingga ke pelosok. Posyandu memantau tumbuh kembang bayi dan balita. Jika ada masalah pertumbuhan anak pada usia 0-23 bulan, masalahnya dapat segera terdeteksi,” ujarnya.
Zahara menambahkan bahwa untuk menekan angka stunting, Pemkab Solok melibatkan remaja GenRe.
Pemkab menyediakan dana untuk mendukung kegiatan remaja GenRe dalam mengampanyekan perilaku anti-Triad KRR (pernikahan di usia anak, seks menyimpang, dan napza).
Atas dukungan itu, Epyardi sebagai bupati dan Emiko Ketua TP-PKK Kabupaten Solok mendapatkan penghargaan dari BKKBN Sumbar sebagai Ayah dan Bunda GenRe Kategori Pengayom 2024.
“Duta GenRe Kabupaten Solok berperan menurunkan angka stunting. Kegiatan remaja GenRe mengampanyekan perilaku anti-Triad KRR dinilai penting karena beberapa kasus ditemukan bayi stunting terlahir dari orang tua yang masih berusia sangat muda,” ucapnya. (rls)