Hal ini menciptakan lingkungan yang memotivasi dan memperkuat guru penggerak untuk menghadapi tantangan dengan sikap proaktif.
Sebaliknya, pendekatan berbasis kekurangan cenderung menciptakan suasana yang memicu curiga dan rasa tidak percaya diri, sehingga tidak sesuai dengan tujuan pengembangan profesional yang positif.
Dengan menggunakan pendekatan berbasis aset, guru penggerak akan terdorong untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan memanfaatkan potensi dan kekuatan yang dimiliki.
Ini tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan positif, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
Dengan demikian, pendekatan berbasis aset dapat dianggap sebagai strategi yang lebih efektif dalam membimbing dan mengembangkan guru penggerak untuk mencapai kesuksesan dalam dunia pendidikan.
(Tribunnews)