Tabuik Pariaman 2024

Tabuik dalam Cerita Ketua Tabuik Subarang yang Belasan Tahun Mendapat Amanah

Penulis: Panji Rahmat
Editor: Fuadi Zikri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Tabuik Subarang Husni Tamrin sedang berbincang dengan pembuat fisik Tabuik di dekat pangkek bawah fisik Tabuik Subarang, beberapa waktu lalu

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Sebagai budaya dan ikon pariwisata Kota Pariaman, Tabuik memiliki sosok yang cukup vital dalam setiap pelaksanaannya, sosok ini merupakan ketua rumah Tabuik.

Di rumah Tabuik Subarang, ketuanya adalah Husni Tamrin (60), ia sudah 14 tahun diamanahkan posisi ini oleh nagari Subarang.

Meski sempat mengundurkan diri pada perhelatan Tabuik 2024, posisi Abang masih belum tergantikan menurut nagari Subarang.

"Saya sudah mengundurkan diri, supaya ada regenerasi, tapi masyarakat masih memberi amanah ini pada saya," ujarnya saat ditemui TribunPadang.com, beberapa waktu lalu.

Bang ton ton (sapaan karibnya), ditemui saat sedang berkunjung ke rumah Tabuik Subarang, di sana ia terlihat mengecek persiapan fisik Tabuik.

Selama di sana, ia turut bercengkrama dengan pembuat Tabuik, dan anak Tabuik lain tentang kendala yang mereka hadapi.

Kendati memiliki wajah yang tenang dan garang, purnawirawan ini, merupakan pendengar yang baik dan mudah berbaur.

Baca juga: Mengenal Sekilas Sejarah Tabuik, Jelang Prosesi Puncak Pesona Tabuik Budaya Piaman 2024

"Tabuik ini sifatnya kekeluargaan, jadi jabatan ketua Tabuik Subarang hanya status, sejatinya kita tetap masyarakat Subarang yang ingin melestarikan Tabuik sampai kapanpun," ujarnya.

Ia mengaku sejak kecil sudah sangat gemar dengan Tabuik, sebab ayah dan kakak laki-laki nya juga mantan ketua Tabuik.

Hal itu membuatnya sejak kecil sudah terpapar dengan semangat Tabuik, sampai akhirnya ia sendiri yang harus menjaga semangat itu.

Amanah pertama yang diterima Abang dari rumah Tabuik Subarang awalnya bermula saat tahun 2004.

Kala itu, pemerintah Pariaman tidak menganggarkan biaya untuk Tabuik, sehingga masyarakat dengan semangat Badoncek, mengambil alih kegiatan tahunan itu.

Saat itu, ketua pelaksananya Alwis Ilyas, yang sekarang merupakan tokoh masyarakat Kota Pariaman, ia menunjuk Husni Thamrin sebagai koordinator Tabuik Subarang.

Penunjukan itu, menurut Bang Ton-ton mengacu pada kondisi kedua anak Tabuik tidak kondusif atas putusan pemerintah.

Melalui tangan dingin Bang ton-ton, ia berhasil mengkordinir rumah Tabuik Subarang dengan baik, perhelatan Tabuik pun sukses.

Berdasarkan, sepak terjangnya di tahun 2004 saat masih mengabdi sebagai polisi, di tahun 2010, Husni Tamrin dipercaya sebagai ketua Tabuik Subarang, sampai saat ini.

Belasan tahun menjadi ketua Tabuik, tugas yang cukup berat menurutnya adalah sat prosesi Maambiak Batang Pisang, Maarak jari-jari dan Maarak sorban.

Baca juga: Tabuik Piaman 2024 Hadirkan Sensasi Baru! Tamu Undangan Boleh Mahoyak Tabuik Gadang

Ketiga prosesi tersebut menurutnya setiap tahun selalu mencekam dan perlu perhatian serta tenaga penuh untuk mensukseskannya.

"Soalnya di tiga prosesi itu ada tradisi basalisiah, tradisi basalisiah ini memiliki kenangan dan kesan tersendiri bagi saya setiap tahunnya," ujar Husni Tamrin.

Dalam tradisi basalisiah ini, sebagai ketua ia memainkan peran penting bersama niniak mamak Tabuik lainnya, supaya perselisihan bisa segera teredam.

Mengingat pada tradisi ini terjadi adu fisik antar kedua rumah Tabuik yang menggambarkan peristiwa Padang Karbala.

Sewaktu basalisiah ini situasi sering membuat kedua rumah Tabuik brutal sehingga bisa memamakan korban.

Mengatasi itu, Bang ton-ton harus pasang badan agar situasi tidak tambah rumit dan meruncing pada kekerasan.

"Kalau luka robek, lebam hingga luka gores sebenarnya biasa. Tapi kami selalu antisipasi supaya tidak menjadi masalah yang berkepanjangan," ujarnya.

Satu momen yang paling teringat menurutnya, dalam tradisi basalisiah saat mantan Kasatpol PP Kota Pariaman menjadi korban dan masuk rumah sakit di tahun 2017.

Kendati demikian, Tamrin menilai tradisi basalisiah sejatinya hal yang lumrah, hanya saja tidak perlu dipertahankan.

Hal ini mengingat dampaknya yang bisa memakan korban, padahal sejatinya tradisi ini hanya sekedar menggambarkan peristiwa di Padang Karbala.

"Kalau harapan saya, basalisiah itu hanya sampai panas sedikit saja lalu selesai," tuturnya.

Menurutnya saat ini seluruh anak Tabuik bersaudara, jadi tidak perlu muncul konflik gara-gara tradisi ini.

Ia menilai munculnya hawa panas dalam tradisi basalisiah karena dentuman gendang tambua, dentuman itu memunculkan kondisi menjadi tidak kondusif.

Kendati demikian Husni Tamrin berharap budaya Tabuik sebagai ikon pariwisata Kota Pariaman harus tetap dilestarikan setiap tahunnya.

_____
Baca berita terbaru di Saluran TribunPadang.com dan Google News

Berita Terkini