Dihitung sepanjang jalan menuju kantor Wali Nagari Ganting Mudiak Utara Surantih, lebih dari lima rumah yang hanya tinggal lantai, tidak ada dinding, tidak ada atap, apalagi isi rumah.
Zulhadi yang menjabat Wali Nagari setempat mengatakan setidaknya 50 rumah di Kampung Batu Bala rusak berat.
Baca juga: Tiga Orang Meninggal Dunia akibat Banjir dan Longsor di Padang Pariaman
Jumlah itu sekitar 30 persen total semua rumah yang ada di kampung ini. Paling banyak ialah rumah yang hanyut digendong air bah.
"Di Kampung Batu Bala ini ada 187 rumah," ujar Zulhadi saat ditemui TribunPadang.com.
Rumah-rumah itu kata dia dihuni oleh 221 Kepala Keluarga yang terdiri dari 800 jiwa lebih. Ia bersyukur tidak ada warganya di kampung Bala yang menjadi korban.
Beda halnya di Kampung Langgai, kampung tetangga Batu Bala yang memakan korban jiwa 10 orang dalam peristiwa yang sama.
Masih di Batu Bala, TribunPadang.com meyaksikan bagaimana kompaknya perempuan, laki-laki, anak-anak membersikan rumah dan kampung mereka.
Banjir yang terjadi tidak hanya membawa lumpur dan pasir, tapi juga gelondongan kayu berukuran besar, ranting, dan sampah-sampah alam lainnya yang beragam.
Sampah-sampah tersebut menumpuk di sudut-sudut rumah, sudut-sudut jalan, sudut-sudut jembatan, sudut-sudut masjid, dan sekolah.
Eti (44) yang tengah beristirahat menceritakan bagaimana pilunya bencana ini. Ia bilang baru pertama kali merasakannya.
"Kampung ini tidak pernah banjir selama hidup saya. Mungkin selama kampung ini ada. Baru kali ini banjir dan menghancurkan kampung," kata Eti sebari membersihkan lumpur di tangan.
Detik-Detik Banjir
Eti menceritakan banjir terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu ia tengah beristirahat di dalam rumah bersama anak-anaknya. Di luar tengah hujan tapi tidak lebat.
"Tiba-tiba air naik, warga lain sudah ribut, ada suara gemuruh di sungai," ucapnya.
Ia bersama anak-anaknya yang sudah remaja saling merangkul ke belakang rumah. Di sana ada bukit yang lebih tinggi.