Tabuik Pariaman

Mengenal Sekilas Sejarah Tabuik, Jelang Prosesi Puncak Pesona Hoyak Tabuik Budaya Pariaman 2023

Penulis: Panji Rahmat
Editor: Mona Triana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak di gendong dipundak ayahnya untuk melihat Tabuik dan seorang fotografer mengabadikan momen fisik Tabuik setelah prosesi Tabuik naiak pangkek dalam rangkaian Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2023, di Simpang Pasar Pariaman, Minggu (30/7/2023).

TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN - Tabuik jadi daya tarik sendiri di Kota Pariaman, keberadaannya merupakan warisan budaya yang masih terus dirawat masyarakat setempat melalui Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2023.

Tuo Tabuik Subarang generasi ke lima Zulbakri, mengatakan, Tabuik berawal dari memperingati kematian cucu Rasulullah SAW saat peristiwa perang di Padang Karbala.

Peristiwa Asyura itu, terjadi tepat pada 10 Muharam tahun 61 Hijriah atau bertepatan dengan 10 Oktober tahun 680.

Tabuik Pariaman, menurut sejarah berasal dari orang India yang bergabung dalam pasukan Islam Thamil di Bengkulu tahun 1826, di bawah kekuasaan Thomas Stamford Rafles dari kerajaan Inggris.

Setelah perjanjian London 17 Maret tahun 1829, Bengkulu dikuasai oleh Belanda dan Inggris menguasai Singapura.

Baca juga: Prosesi Tabuik Naiak Pangkek di Simpang Pasar Pariaman Telah Selesai

Hal itu menyebabkan pasukan Islam Thamil Bengkulu akhirnya menyebar, di antaranya ada yang sampai ke Pariaman.

"Sejak itulah perayaan Tabuik hadir dan terus dipelihara hingga jadi budaya masyarakat Pariaman," ujarnya.

Sedangkan penamaan Tabuik katanya muncul saat perang di Padang Karbala, atas kebesaran Allah SWT secara mengejutkan jenazah Husein (Cucu Rasulullah Saw) diangkat ke langit menggunakan Buraq.

Buraq ini sejenis hewan, tubuhnya seperti kuda, kepalanya seperti manusia serta mempunyai sayap lebar dengan mengusung peti jenazah di pundaknya.

"Buraq pembawa peti tersebutlah yang dinamakan Tabuik," terangnya.

Baca juga: BREAKING NEWS Ratusan Masyarakat Padati Pasar Pariaman, Jelang Prosesi Tabuik Naik Pangkek

Seiring dengan perkembangan zaman, Tabuik bagi masyarakat Pariaman merupakan sebuah budaya untuk penunjang pariwisata.

Dalam pelaksanaannya sebelum Hoyak Tabuik dimulai masing-masing rumah Tabuik, menyiapkan sebuah tempat persegi empat dan dilingkari dengan bambu, serta di dalamnya diberi tanda sebagai kiasan bercorak makam yang dinamakan Daraga.

Fungsi daraga adalah sebagai pusat prosesi dan tempat pelaksanaan maatam.

Dengan adanya daraga baru berlangsung sejumlah prosesi, pertama adalah prosesi maambiak tanah.

Prosesi ini dimulai setiap 1 Muharam, pada prosesi ini kedua rumah Tabuik (Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa) melakukan pengambilan tanah di Desa Pauh dan Kelurahan Alai Galombang.

Baca juga: Mengenal Prosesi Tabuik Naik Pangkek dalam Acara Puncak Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2023

Dalam pelaksanaannya kedua rumah Tabuik melakukan arak-arakan dari tempat masing-masing menggunakan gandang tasa.

Pengambilan tanah dilakukan oleh seorang laki-laki berjubah putih, melambangkan kesucian.

Tanahnya bermakna kehidupan manusia yang berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Lalu, pada 5 Muharram dilaksanakan prosesi maambiak batang pisang.

Prosesi ini merupakan cerminan dari ketajaman pedang milik husein yang digunakan saat perang di Padang Karbala.

Maambiak Batang Pisang ini dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berpakaian silat.

Batang pisang tersebut harus putus dengan sekali tebas.

Baca juga: Puncak Hoyak Tabuik Piaman 30 Juli 2023, Berikut 8 Hotel Bisa Jadi Pilihan Pengunjung

Selanjutnya, pada 7 Muharam dilakukan prosesi maatam, sehabis sholat Dzuhur oleh pihak keluarga penghuni rumah Tabuik, dengan berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan Tabuik seperti jari-jari, saroban (Sorban) dan pedang. Sebagai pertanda kesedihan mendalam atas kematian Husein

Di hari yang sama juga berlangsung prosesi maarak jari-jari, melambangkan jari tangan Hosein yang tercincang.

Tujuannya untuk diinformasikan kepada masyarakat bukti kekejaman sewaktu perperangan di Padang Karbala.

Pelaksanaanya dimeriahkan oleh hoyak Tabuik lenong (sebuah Tabuik berukuran kecil) yang diletakkan diatas kepala seorang laki-laki sambil diiringi oleh gandang tasa.

Selang sehari, tanggal 8 Muharam berlangsung prosesi maarak saroban, dengan tujuan mengabarkan kepada masyarakat penutup kepala Hosein yang terbunuh dalam perang padang karbala.

Prosesi Tabuik Naik Pangkek di Simpang Pasar Pariaman oleh anak Tabuik Pasa telah selesai, sekira pukul 08.20 WIB, Minggu (30/7/2023). (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Hampir serupa dengan peristiwa maarak panja, kegiatan ini juga diiringi miniatur Tabuik lenong dan gemuruh gandang tasa sambil bersorak sorai.

Lalu puncaknya tanggal 10 muharram menjelang fajar, dua bagian fisik Tabuik (Pangkek Ateh dan Pangkek Bawah) yang telah siap dibangun di rumah Tabuik, disatukan saat prosesiTabuik naik pangkek (Naik pangkat).

Seiring matahari terbit, Tabuik diarak ke jalan, dihoyak sepanjang hari tanggal 10 muharram setiap tahunnya.

Pada pukul 09.00 WIB, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang disuguhkan pada pengunjung Tabuik sebagai hakekat peristiwa perang karbala dalam sejarah Islam.

Acara hoyak Tabuik akan berlangsung hingga sore hari. Secara perlahan Tabuik dibawa menuju pinggir pantai seiring turunnya matahari.

Tepat pukul 18.00 WIB, masing-masing Tabuik dilemparkan ke laut oleh kelompok anak nagari Pasa dan Subarang.

Namun karena saat ini pelaksanaan Hoyak Tabuik sudah menjadi penunjang pariwisata, terjadi penyesuaian jadwal.

Dimana pada Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2023 ini, prosesi mambuang Tabuik ke laut berlangsung pada Minggu (30/7/2023) atau bertepatan dengan 12 Muharam 1445 H.

Berita Terkini