TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Korban Kekerasan oleh ibu kandung di Pinjauan, Pilubang, Sungai Limau, Padang Pariaman dibawa ke Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional I Padang – Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Korban berusia 10 tahun itu, dibawa ke BBPPKS setelah mendapat perawatan di RSUD Pariaman karena luka lepuh, luka lebam dan masalah buang air seni yang ia derita.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinsos P3A Padang Pariaman, Siska Primadona, mengatakan korban dibawa ke BBPPKS pada hari Selasa (13/6/2023) malam.
Siska mengaku pada kasus ini pihaknya sudah melakukan pendampingan pada korban.
Pendampingan itu berupa trauma healing, pemeriksaan kesehatan fisik, psikologis dan bantuan langsung pada keluarga korban.
Baca juga: Polisi akan Periksa Kejiwaan Ibu Kandung di Padang Pariaman Tersangka Kekerasan pada Anak
"Jadi sekarang kami mendampingi korban untuk mendapat perawatan lebih lanjut, membawanya ke BBPPKS," katanya, Rabu (14/7/2023).
Selain korban seluruh keluarganya turut dibawa ke BBPPKS untuk mendapatkan perawatan mental dan kesehatan.
Menurutnya di BBPPKS korban dan keluarga akan mendapatkan perawatan sesuai kebutuhannya, mengingat balai tersebut memiliki kelengkapan fasilitas untuk pendampingan.
"Sementara waktu korban dan keluarganya akan berada di sini, setelah asesmen dari pihak balai baru kita tahu berapa lama perawatannya," jelas Siska.
Ia menambahkan dalam kasus ini sebenarnya ada dua korban, selain Bunga (nama samaran korban) yang mendapat penyiksaan dari ibu kandungnya, adik paling kecilnya juga jadi korban.
Baca juga: Balita 4 Tahun jadi Korban Kekerasan Ayah Tiri di Padang
Adik bunga itu masih berusia enam bulan dan membutuhkan ASI. Hanya saja saat ini ibu korban harus menjalani proses hukum.
"Jadi untuk memenuhi kebutuhan adiknya itu kami membawa seluruh keluarga ke BBPPKS," jelasnya.
Lebih lanjut, Siska menerangkan kejadian kekerasan terhadap anak di Padang Pariaman dalam satu tahun belakang baru satu kali.
Ia berharap kasus serupa ini tidak terulang lagi, beragam sosialisasi dan sekolah pra nikah penting menurutnya untuk mengantisipasi kasus serupa terulang.