Yang Tersisa dari Pandemi: Siswa Nagari Terpelosok di Solok Terpaksa Putus Sekolah

Penulis: Nandito Putra
Editor: Mona Triana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Satu-satu sekolah dasar di Jorong Kipek, Nagari Aie Luo, Kabupaten Solok, Rabu (10/5/2023). Adapun SMP dan SMA berjarak puluhan kilometer dari jorong berpenduduk 510 jiwa ini.

TRIBUNPADANG.COM, SOLOK - Meski pandemi Covid-19 tidak berdampak besar terhadap perekonomian dan kesehatan warga di Nagari Aie Luo, Kabupaten Solok, namun tidak demikian halnya bagi Nisa (18).

Selama kebijakan sekolah daring berlangsung, Nisa tidak bisa mengikuti proses pembelajaran seperti teman-temannya. Kini ia putus sekolah dan berencana akan bekerja.

"Saya ingin jadi guru. Semoga bisa lanjut sekolah lagi," katanya kepada Tribunpadang.com, Rabu (10/5/2023).

Masalahnya, ketika itu nagari tempat Nisa tinggal belum bisa diakses jaringan internet.

Ia tingga di Jorong Kipek, Jorong berpenduduk 510 jiwa ini merupakan pemukiman terakhir di Nagari Aie Luo.

Nisa dan beberapa temannya sudah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mengikuti proses pembelajaran.

Baca juga: Jeritan Petani Cabai di Aie Luo Solok Imbas Sulitnya Akses Jalan: Setengah Ton Cabai Gagal Dijual

Satu-satunya lokasi yang terakses sinyal internet berjarak dua kilometer dari rumahnya.

Di lokasi itu masyarakat secara swadaya membangun pondok yang bisa digunakan siswa untuk belajar online.

Nisa dan beberapa temannya harus berjalan kaki melewati jalan berbatu yang cukup terjal untuk mencapai pondok.

Kendati demikian, kekuatan sinyal di sana tidak selalu bagus. Nisa mengaku tetap kesulitan mengunduh dan mengirim tugas sekolahnya.

Ia mengatakan ketika itu pembelajaran online berlangsung selama dua semester.

Baca juga: Imbas Sulitnya Akses ke Jorong Kipek di Solok, Harga Bahan Pokok Melambung Tinggi

Ia sudah mencoba berupaya agar tetap melanjutkan pendidikan, namun karena sudah jauh tertinggal, dengan berat hati Nisa terpaksa putus sekolah.

Nisa tidak sendirian. Rahma, juga pelajar yang tinggal di Kipek, terpaksa berhenti sekolah karena tidak bisa belajar online ketika pandemi.

Masalahnya ia tak punya perangkat smartphone. Rahma juga bersekolah di salah satu SMA Negeri di Kota Solok.

"Kalau ada uang, rencana mau menyambung sekolah lagi, daftar di tempat lain," katanya.

Di Jorong Kipek, Nagari Aie Luo, para siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang SMA tidak punya pilihan sekolah yang jaraknya dekat.

Baca juga: Imbas Banjir Bandang di Aie Luo Solok, 40 Hektar Lahan Pertanian Rusak dan Terancam Gagal Panen

Adapun Kecamatan Payung Sekaki hanya memiliki satu SMA yang berada di Nagari Sirukam. Dari Aie Luo, jaraknya sekitar 30 kilometer.

Itupun harus melewati jalan yang terjal dan belum dilapisi aspal. Sehingga kebanyakan siswa lebih memilih SMA yang dinilai lebih baik di Kota Solok.

Kebanyakan mereka yang bersekolah di Kota Solok tersebut menetap dengan menyewa indekos.

Pondok yang dibangun warga di lokasi yang bisa terakses jaringan internet, Rabu (10/5/2023). Pondok ini digunakan siswa untuk belajar online saat pandemi. Di Jorong Kipek, sinyal internet belum masuk.

Nagari Aie Luo adalah nagari terakhir yang lokasinya tersuruk di lembah sempit dan berada di tengah hutan lebat.

Aie Luo berbatasan langsung dengan Kecamatan Tigo Lurah yang hingga saat ini masih menyandang status 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Sulit menjelaskan bagaimana perjuangan mengunjungi Nagari Aie Luo, terkhusus lagi Jorong Kipek, yang sangat terisolir.

Baca juga: Mengunjungi Daerah Terisolir Nagari Aie Luo Solok, Warga Sebut Jalan Mulus Tak Sampai 1 Kilometer

Jalan satu-satunya menuju daerah ini masih tanah yang belum dilapisi aspal. Beberapa ratus meter sudah dibeton, tapi kini kondisinya rusak parah.

Padahal Kipek adalah jorong terpadat di Aie Luo. Setengah penduduk nagari itu tinggal di Kipek.

Masyarakat Jorong Kipek berharap agar pemerintah segera membangun jalan yang bagus dan layak di desa mereka.

Selama ini, kata salah seorang warga bernama Doni, pemerintah sedikit sekali memerhatikan nagarinya.

Doni mengatakan sulitnya akses jalan di Jorong Kipek membikin kehidupan warga berjalan di tempat, termasuk akses terhadap layanan pendidikan.

Padahal nagari ini memiliki potensi dan sumber daya alam yang memadai.

"Saya berharap agar nagari kami diperhatikan juga. Selama saya hidup, tidak pernah jalan di sini diperbaik," tandasnya. (*)

Berita Terkini