Bahkan Korea Selatan dikatakan sebagai negara dengan progam pengujian paling luas dan terorganisir di dunia.
Kebijakan ini lantas dikombinasikan dengan upaya isolasi untuk mereka yang terinfeksi corona.
Selain itu juga melacak dan mengarantina siapapun yang pernah melakukan kontak dengan pasien.
Korea Selatan setidaknya telah menguji lebih dari 270.000 orang.
Ini adalah angka pengujian paling besar di antara negara terinfeksi Covid-19 lainnya.
Di bawahnya ada Bahrain yakni sebesar 5.200 tes, dinobatkan sebagai negara paling banyak melakukan tes corona juga.
Bahkan negara adidaya, Amerika Serikat hanya melakukan 74 tes per 1 juta penduduk.
"Kapasitas diagnostik pada skala adalah kunci mengendalikan epidemi," ujar Sarjana Penyakit Menular Universitas New South Wales Sydney, Raina Maclyntre.
Inilah yang sudah dilakukan dan dibuktikan Korea Selatan, setelah sempat terpuruk dalam kubangan kasus Covid-19.
"Pelacakan kontak juga sangat berpengaruh dalam pengendalian epidemi, seperti halnya isolasi khusus," tambahnya.
Kendati demikian, tidak ada jaminan bahwa keberhasilan Korea Selatan menahan infeksi bisa bertahan lama.
Sebab jumlah kasus baru bisa menurun sebagian besar karena pemerintah menguji anggota Gereja Shincheonji Yesus.
Dimana sang pemimpin gereja ini bersimpuh di depan awak pers karena tidak mengetahui perjalanan rohani mereka mengundang wabah corona yang besar.
Lantaran sekitar 60 persen atau 5.000 kasus adalah sumbangan dari gereja ini.
"Kami belum melihat hal yang sama di bagian lain Korea," kata Spesialis Penyakit Menular di Seoul National University, Oh Myoung-Don.