KISAH INSPIRATIF

KISAH Pengamen 'Rabab' Menjajakan Karya Seni Sekaligus Mengandalkan Alat Musik Tradisional

Penulis: Merinda Faradianti
Editor: Emil Mahmud
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hengki AS bersama teman duetnya saat memainkan alat musik Rabab

Lika-liku Pengamen Rabab, Menjual Seni dengan Mengandalkan Alat Musik Klasik

Laporan Wartawan TribunPadang.com, Merinda Faradianti

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Tidak sedikit seniman jalanan yang memiliki suara emas hingga bermain alat musik yang tak biasanya, sehingga sajian hiburan dapat dinikmati banyak orang.

Sejauh ini apakah Tribunners pernah melihat pengamen menggunakan alat musik tradisional Minangkabau yaitu Rabab ?

Salah seorang pengamen yang menggunakan alat musik Rabab adalah Hengki AS yang berasal dari Provinsi Riau.

"Kalau asal tanah kelahiran Riau, tapi berguru ke Pesisir Selatan untuk belajar ini," kata Hengki AS kepada TiribunPadang.com, Sabtu (7/9/2019) malam.

Hengki mengaku sudah bermain Rabab semenjak Tahun 1990-an hingga saat ini.

Ilustrasi: Musisi jalanan digandeng KPU Sumbar dalam mensosialisasikan pemilu 2019 di Jalan Khatib Sulaiman, Minggu (10/3/2019). (TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA)

Pria kelahiran Riau tersebut mengungkapkan alasan ketertarikannya pada alat musik gesek tersebut.

"Dulu saya ikut organ tunggal, jadi melihat ada guru yang main ini (Rabab) maka ingin coba dan belajar.

Guru saya itu masih hidup Alhamdulillah sampai hari ini. Saya pun menurut beliau termasuk murid yang cepat menangkap," lanjut Hengki.

Dibandingkan, pengamen lainnnya, yang piawai bermain gitar tergabung dalam grup band, namun pemain musik tradisional, Rabab ini terdapat perbedaan.

Awal belajar, Hengki tak langsung memainkan biola (Rabab) tapi ia memulai dari memainkan gendang.

"Ini kelihatannya saja mudah, tapi pas dimainkan susah-susah gampang.

Setelah kita mampu baru ke pesta-pesta, ya masuk kalau ada undangan. Ini kan selingan juga, sebenarnya kita kan segan juga karena Rabab tidak boleh dimain-mainkan secara sembarangan," pungkas Hengki.

Ia bersama teman duetnya mengamen di Pertamina saat ada kesempatan.

Sebenarnya, Hengki mengakui sempat merasa malu, karena memainkan Rabab untuk mengamen di jalanan.

"Ini turun-temurun, tapi mungkin ada kendala ataupun kesempatan untuk menambah kehidupan.

Kita lihat penyanyi-penyanyi lain, seperti musisi yang sudah terkenal Roma Irama awalnya mereka juga mengamen," tutur pria 50 tahun tersebut.

Lirik yang nyanyikan saat bermain Rabab merupakan pantun yang spontan di rangkain oleh sang pendendang.

"Jadi kalau insting kita tinggi untuk membawakan cerita, orang memberi tahu saja untuk membawakan cerita apa kejadian awalnya, di mana, namanyan siapa itu kita bisa karang dijadikan suatu cerita. Kita lihat bisa langsung kita bawakan.

Tidak musti apa yang dinyanyikan itu tertulis kalau tertulis mungkin hanya 1-2 yang dapat. Kita apa yang di lihat bisa jadi pantun. Kita bisa menasehati orang," ujarnya nya lagi.

Kreatifitas Seniman

Menurutnya jika lirik dituliskan maka akan membuat kreatifitas Pedendang Rabab akan berkurang.

"Kita catat dan kita hapal mungkin dalam 10 hanya 2 yang dapat. Yang paling sering saya bawakan tentang peruntungan.

Kalau masalahnya saat kita ngamen kita sering bawakan yang sedih-sedih. Kalau di pentas lain lagi karena main ini tidak sembarangan. Ini mistisnya tinggi," tegasnya.

Hengki berpendapat jika seorang pemain Rabab memainkan alat musik tersebut secara sembarangan tanpa mengikuti peraturan yang sudah ada maka akan mendapatkan ganjaran.

"Mistisnya kan kuat, dulu Rabab ini senar nya memakai benang 7 warna. Kalau orang menyebutnya 'benang pincono'.

Siapapun yang tahu alat musik ini pasti akan beranggapan yang memainkannya memiliki ilmu. Jika dimainkan secara sembarangan bisa-bisa tidak sanggup berdiri," katanya.

Menurut Hengki minat masyarakat terhadap alat musik Rabab tersebut terbilang rendah.

Alasannya, lantaran relatif banyaknya masyarakat yang kurang antusias sehingga sebagian anak-anak muda pun enggan belajar dan memainkan alat musik tersebut.

"Kalau minat masyarakat masih kurang karena masalahnya mereka tidak ingin tahu.

Ya, harapannya sama-sama kita jaga warisan dan peninggalan tetua kita. Dulu Rabab ini alat musik yang terpandang pada masanya," tutup Hengki AS.(*)

Berita Terkini