Pekan Nan Tumpah 2025 di Padang: Seniman Lintas Generasi Pamer Karya Eksperimental Hingga Tradisi

Komunitas Seni Nan Tumpah kembali menggelar Pekan Nan Tumpah 2025 di Fabriek Padang, 24–30 Agustus 2025.

Penulis: Rahmadisuardi | Editor: Rahmadi
ist
PEKAN NAN TUMPAH - Taklimat Peluncuran Festival di Fabriek Padang, Rabu (20/8/2025). Perhelatan seni ini menyajikan beragam karya dari seniman lintas generasi, mulai dari tradisi, seni modern, hingga eksperimental. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Komunitas Seni Nan Tumpah kembali menggelar Pekan Nan Tumpah 2025 di Fabriek Padang, 24–30 Agustus 2025.

Perhelatan seni ini menyajikan beragam karya dari seniman lintas generasi, mulai dari tradisi, seni modern, hingga eksperimental.

Festival ini menjadi wadah bagi seniman untuk bereksperimen dan melahirkan karya-karya baru.

Direktur Festival, Mahatma Muhammad, mengatakan Pekan Nan Tumpah 2025 lahir dari komunitas dan kini memasuki usia 14 tahun.

Mahatma bangga festival ini tumbuh dari akar lokal dan mampu bertahan melewati perjalanan panjang.

Baca juga: Posisi Marquez dan Bagnaia Bila Stoner Jadi Bos Tim Ducati: Sulit untuk Gantikan Pecco

 “Kami bangga festival yang lahir dari halaman rumah ini bisa tetap hadir. Tahun ini terasa luar biasa setelah tujuh tahun perjalanan tanpa henti,” katanya saat Taklimat Peluncuran Festival di Fabriek Padang, Rabu (20/8/2025).

Proses panjang festival berlangsung sejak Maret hingga Agustus melalui tujuh seri Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT).

Lebih dari 140 peserta lintas latar belakang mengikuti diskusi. Hasil rangkaian pertemuan itu kemudian dirangkum dalam sebuah buku yang diluncurkan pada hari pertama festival.

Supervisor festival, Nasrul Azwar, mengakui proses tersebut menghadirkan banyak kejutan.

“Survei mini membuktikan ikatan emosional terhadap Nantung Pah sangat kuat. Hanya seperempat responden yang merasa tidak begitu dekat,” katanya.

Baca juga: Harta Kekayaan Sri Mulyani dari Tahun ke Tahun, 2023 ke 2024 Naik Rp 13 M, Terbaru Rp 92 M

Kurator pameran seni rupa, Nessya Fitryona, menampilkan 13 karya dari seniman lintas generasi.

Karya maestro Bodi Dharma dan Kamal Guci dipamerkan berdampingan dengan karya perupa muda M. Satyo.

Menurut Nessya, karya yang hadir tidak hanya berupa lukisan dua dimensi, tetapi juga instalasi, karya tiga dimensi, bahkan karya berbasis kecerdasan buatan.

“Yang menarik, ada peserta dari bidang non-seni seperti optometri yang menghadirkan instalasi melalui sistem open call. Inilah semangat seni terserah,” ujarnya.

Selain pameran, ranah pertunjukan seni juga tampil memikat. Kurator pertunjukan, Jumaidil Firdaus, menyebut kelompok Kertas Jurang dan Api-api menafsirkan ulang tradisi dalam bentuk baru. Taufik Adam mengajak penonton melihat bunyi sekaligus mendengar visual.

Baca juga: Dorong Ekonomi Lokal, Wagub Sumbar Serahkan Induk Unggul Lele kepada Pembudidaya di Pariaman

Ada pula Jaguang dengan gaya eksentrik, komunitas Bisik 21 Hari yang mengeksplorasi teater fisik, hingga Kamarkos yang memadukan pameran dengan laku pertunjukan.

“Sebagian besar penampilan akan memberi teror artistik, baik lewat visual, dialog, maupun musik,” kata Jumaidil.

Sementara itu, Kurator Pertunjukan Eksibisi, Angelique Maria Cuaca, menyoroti kreativitas dari kelompok yang berangkat dari keterbatasan. Ia mencontohkan kelompok Utraveni asal Gunung Talang, Solok, yang memanfaatkan dandang sebagai instrumen musik.

“Mereka berangkat dari kondisi minim, tetapi justru mampu membangun energi rumah yang kreatif,” ujarnya sembari menyoroti Sekolah Penerbangan Nusantara yang meski berdisiplin semi-militer, tetap berhasil melahirkan karya seni.

Eksibisi juga melibatkan 10 komunitas tradisi, dari tari Mentawai hingga Tonel Sawahlunto. Festival ini bahkan menghadirkan HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia) sebagai instruktur workshop seni. “Kami ingin menegaskan isu disabilitas bukan soal kasihan, melainkan soal kesempatan yang setara,” tambah Angelique.

Baca juga: PLN UP3 Payakumbuh-DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota Perkuat Sinergi Demi Listrik Andal & Perekonomian

Festival Pekan Nan Tumpah 2025 mengusung tema “Seni Murni, Seni Terapan, Seni Terserah; Kalau Kamu Paham Semua Ini, Mungkin Kamu Salah Paham.” Tema ini menegaskan pentingnya ruang bagi eksperimen seni lintas disiplin. 

Dengan total 17 kelompok eksibisi, 16 pertunjukan seni, serta 38 pameran karya visual, Pekan Nan Tumpah 2025 menjadi ruang pertemuan berharga.

Tradisi, seni modern, dan seni eksperimental bertemu dalam satu perayaan besar. Festival ini diharapkan mampu melahirkan generasi baru pecinta seni di Sumatera Barat.(*)

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved