Legenda Bulu Tangkis Indonesia Berpulang, Almarhum Iie Sumirat Termasuk The Magnificent Seven
BANGSA Indonesia dikabarkan telah kehilangan salah satu sosok legenda di jagat bulu tangkis menyusul berpulangnya Iie Sumirat
BANGSA Indonesia dikabarkan telah kehilangan salah satu sosok legenda di jagat bulu tangkis menyusul berpulangnya Iie Sumirat.
Sebagaimana diumumkan oleh PBSI melalui media sosial, hari ini bahwa Almarhum Iie Sumirat meninggal dunia di usia 74 tahun pada Selasa (22/7/2025) kemarin.
"Berita duka datang dari Iie Sumirat, salah seorang legenda bulu tangkis Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa di panggung dunia."
"Mari kita semua doakan, semoga segala amal ibadah almarhum diterima, diampuni dosanya, dan mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan yang Maha Kuasa."
"Beristirahatlah dalam damai, Legend," tulis akun resmi PBSI, @INABadminton, di X.com pada Rabu pagi.
Jasa Kang Iie, sapaan akrab, berlangsung lintas generasi, tak hanya terbatas ketika dirinya menjadi pemain.
Sebagai pemain, jawara bulu tangkis asal Bandung merupakan anggota tim Indonesia yang menjuarai Thomas Cup 1977 dan 1979.
Iie Sumirat menjadi bagian The Magnificent Seven bersama Rudy Hartono dan Liem Swie King di tunggal putra, serta Christian Hadinata, Ade Chandra, Tjun Tjun, dan Johan Wahyudi di ganda.
Di final Thomas Cup 1979 Iie mengalahkan salah satu pemain terbaik Denmark, Svend Pri, dan menyumbang dua poin lain di partai tunggal dan ganda.
Sedangkan di kancah individu, Iie sukses memenangi Turnamen Invitasi Asia pada 1976 di Bangkok, Thailand.
Dia mengalahkan dua unggulan terbaik asal China saat itu, Tang Hsien-Hu dan Hou Chia-Chang, secara berurutan di semifinal (15-9, 12-15, 15-6) dan final (12-15, 15-8, 18-15).
Pada masanya China masih membatasi penampilan di ajang internasional resmi IBF (sekarang BWF) karena alasan politik hingga mendapat label "Raja Tanpa Mahkota"
Tang Hsien-Hu (dikenal sebagai Tong Sin Fu saat menjadi juru latih di Indonesia) dan Hou Chia-Chang 'meneror' negara-negara penguasa tepok bulu lewat laga-laga persahabatan.
Melansir dari The Straits Times, saking senangnya saat mengalahkan Tang, juga peraih dua emas di GANEFO Jakarta 1963, Iie melakukan aksi jungkir balik hingga jatuh ke net.
Baca juga: Liga Voli Jepang Tak Kalah Sengit Kompetisi di Korea, Ada Pebola Voli Giovanna Day & Pemain Top Lain

Baca juga: China Open 2025 - Ganda Campuran Indonesia Rehan/Gloria Melangkah Ke Babak Kedua Lewati Wakil India
Pengabdian Iie berlanjut setelah gantung raket
Dia aktif melatih pemain belia, membangun GOR pribadi, hingga memperjuangkan terbentuknya pemusatan latihan daerah (Pelatda) sebagai persiapan menuju Pelatnas.
Dari klub SGS Bandung yang turut diasuhnya, Iie mengasah bakat Taufik Hidayat hingga Anthony Sinisuka Ginting hingga menjadi pemenang medali Olimpiade.
Ganda putra pemenang trofi All England Open, Fajar Alfian dan Muhammad Shohibul Fikri, juga lahir dari klub dengan nama panjang Sangkuriang Graha Sasana itu.
Baca juga: Jojo Berbalik Keluar dari Tekanan Si Kuda Hitam, Sukses Lewati Babak Pertama
Taufik Hidayat pun memberi penghormatan tinggi kepada Iie Sumirat yang telah dianggap sebagai orang tuanya sendiri.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," tulis peraih emas Olimpiade Athena 2004 itu dalam keterangan tertulis yang diterima BolaSport.com.
"Dunia bulutangkis Indonesia berduka. Salah satu legenda, Iie Sumirat, hari ini berpulang. Saya sebagai salah satu anak didiknya, merasa sangat kehilangan dengan kepergian Kang Iie."
"Bagi saya, Kang Iie itu bukan hanya sekadar mantan pemain nasional dengan catatan prestasi hebat. Kang Iie juga adalah seorang pelatih, pembimbing, teman, dan juga orangtua bagi saya."
Taufik menuturkan dirinya kerap menginap di rumah Kang Iie agar tidak terlambat berlatih karena perjalanan jauh dari rumahnya di Pangalengan ke klub.
Baca juga: Amri/Nita Singkirkan Cheng/Zhan, Tampil Impresif Lalu Bungkam Wakil Tuan Rumah China
Warisan Iie berupa teknik-teknik pukulan yang kerap dianggap "aneh" juga begitu disyukuri Taufik karena membantunya meraih prestasi tinggi di jagat tepok bulu.
"Kang Iie lah yang mampu membuat permainan saya begitu istimewa. Saya akhirnya bisa memiliki pukulan-pukulan istimewa juga berkat polesan Kang Iie," tulis Taufik.
"Kang Iie lah yang mengajari saya untuk bisa melakukan pukulan-pukulan istimewa yang tidak bisa ditemui atau diajarkan di berbagai buku tentang teknik-teknik dasar bermain bulu tangkis."
"Tak hanya itu. Melihat catatan prestasi Kang Iie yang begitu hebat, saya jadi terinspirasi untuk mengikuti jejak dan prestasinya."
"Saat kecil, saya begitu takjub dan kagum dengan catatan prestasi Kang Iie, terutama dengan penampilan hebat dan begitu heroiknya saat bermain di Piala Thomas Indonesia."
"Dengan kepergian Kang Iie, bulu tangkis Indonesia tentu sangat kehilangan sosok yang begitu istimewa. Dia adalah salah satu pahlawan bulutangkis Indonesia."
"Bulu tangkis Indonesia bisa hebat seperti sekarang, juga berkat kiprah dan perjuangan yang dirintis Kang Iie dari dulu. Tanpa beliau, kang Iie Sumirat, saya bukanlah siapa-siapa."
"Bagi kita sekarang, semangat dan torehan prestasi yang telah ditorehkan Kang Iie, wajib kita teruskan dan lestarikan."
"Selamat jalan Kang Iie. Jasa dan dedikasimu untuk kejayaan prestasi bulutangkis Indonesia, akan terus kami kenang," pungkas wakil Menteri Pemuda dan Olahraga RI ini.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.