Ijazah Jokowi

Profil Prof Sofian Effendi, Mantan Rektor UGM Menduga Ijazah Jokowi Palsu

Profil mantan rektor UGM, Profesor Sofian Effendi, akademisi yang menduga ijazah S1 milik Joko Widodo (Jokowi) adalah dokumen palsu.

Penulis: Noviana | Editor: Primaresti
Laman IGPA MAP UGM
IJAZAH JOKOWI - Potret mantan rektor UGM Prof Sofian Effendi. Berikut selengkapnya profil Sofian Effendi yang meragukan keaslian ijazah Jokowi. 

TRIBUNPADANG.COM - Mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Sofian Effendi, muncul dengan klaim mengejutkan.

Ia menilai ijazah S1 mantan presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan dokumen palsu.

Hal ini diungkap Sofian Effendi dalam sesi wawancara bersama Ahli Digital Forensik Rismon Sianipar, diunggah Rabu (16/7/2025).

IJAZAH JOKOWI - Kolase foto mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Sofian Effendi dan ijazah Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) yang diunggah oleh relawan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), diunggah Kamis (17/7/2025).
IJAZAH JOKOWI - Kolase foto mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Sofian Effendi dan ijazah Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) yang diunggah oleh relawan Partai Solidaritas Indonesia (PSI), diunggah Kamis (17/7/2025). (Youtub Balige Academy @DianSandiU)

Menurut Sofian Effendi, kuat dugaan bahwa ijazah S1 Fakultas Kehutanan Jokowi sejatinya milik kerabatnya, Hari Mulyono.

Pasalnya meski pernah berkuliah di UGM, nilai Jokowi tak memenuhi syarat kelulusan untuk mendapat ijazah S1.

"Jokowi menurut informasi para profesor itu dan mantan dekan, pada tahun 1982 tidak lulus di dalam penilaian. 4 semester dinilai 30 mata kuliah dia index prestasinya (IPK) tidak tercapai," kata Sofian di Youtube Balige Academy.

Hal tersebut menurutnya sejalan dengan guyonan Jokowi ke Mahfud MD yang menyebut bahwa IPK dirinya tak sampai 2 tapi bisa lulus dari UGM.

"IPK di bawah 2. Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan, dia kan hanya IPK-nya gak sampai 2 kan karena itu dia kalau sistemnya benar.

Karena waktu itu masih ada sarjana muda dan doktoral jadi dia tidak lulus, DO istilahnya, hanya boleh sampai BSC," katanya.

Bahkan menurutnya tugas akhir skripsi Jokowi juga tidak diuji oleh pembimbingnya, Achmad Soemitro.

"Pada waktu dia mengajukan tesis, mau diuji, tapi pas dia mau ke Aceh, jadi gak jadi ujian itu karena munkin Profesor Achmad Soemitro melihat kan bahwa anak ini punya BSC kok mau mengajukan skripsi.

Karena memang tidak membimbing orang yang bukan MKDU, jadi dia belum memenuhi persyaratan untuk mengajukan skripsi," katanya.

Bahkan, Sofian Effendi mengatakan skripsi yang ditulis Jokowi merupakan hasil mencontek.

"Itu yang pak Kasmudjo gak mau ngomong saat itu, skripsinya pun sebenarnya adalah contekan dari pidatonya Sunardi. Salah satu dekan.

Kan baru pulang dari Kanada terus dia bikin makalah mengenai perkembangan industri kayu, dan itu yang dipakai," bebernya.

Menurutnya skripsi tersebut juga tidak pernah diuji.

"Saya tanya ke petugasnya, kok ini kosong, iya pa karena memang gak diuji dan gak ada nilainya.

Makanya gak ada tanggal kan, gak ada nilai. Jadi kalau dia mengatakan saya punya ijazah asli, ya kalau BSC benar lah, tapi kalau ijazah skripsi gak punya dia," katanya.

Lantas, siapakah sosok Profesor Sofian Effendi?

Profil Sofian Effendi

Dikutip TribunPadang.com dari laman resmi Kemendikdasmen, Sofian Effendi lahir di Bangka, Sumatera Selatan pada 28 Februari 1945.

Ia merupakan anak sulung dari 11 bersaudara.

Sofian Effendi merupakan lulusan SD negeri di Jebus pada tahun 1957, dan melanjutkan sekolah menengah di Kota Pangkal Pinang.

Setelah tamat SMA, ia merantau ke Yogyakarta untuk berkuliah di Universitas Gadjah Mada jurusan Administrasi Negara.

Sofian Effendi lantas menikah dengan Indira Liasweri dan dikaruniai empat orang anak.

Sementara, dilansir laman Institute of Governance and Public Affairs (IGPA) UGM, Prof. Dr. Sofian Effendi merupakan akademisi dengan jejak karier yang mentereng.

Selain pernah menjabat sebagai rektor UGM periode 2002 - 2007, Sofian Effendi juga dipercaya sebagai Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) tahun 1999 - 2000.

Ia merupakan Dewan Pembina The Habibie Center sejak 2019 dan masih aktif hingga saat ini.

Riwayat Pendidikan dan Gelar

  • BA Hon. (Administrasi Publik), Universitas Gadjah Mada (1966)
  • MA (Administrasi Publik), Universitas Gadjah Mada (1968)
  • M. PIA (Pembangunan Ekonomi dan Sosial), Universitas Pittsburgh, AS (1975)
  • Ph.D (Public Affair), Universitas Pittsburgh, AS (1978)

Jejak Karier

  • 1969−1998: Asisten Profesor Kebijakan Publik, Universitas Gadjah Mada
  • 1978−1983: Sekretaris Eksekutif Pusat Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada
  • 1981−1986: Direktur Program Pascasarjana Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada
  • 1983−1994: Direktur Pusat Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada
  • 1991−1994: Wakil Rektor bidang Kerjasama Internasional, Universitas Gadjah Mada
  • 1992−2002: Pendiri dan Direktur Sekolah Pascasarjana Kebijakan Publik dan Administrasi, Universitas Gadjah Mada
  • 1994−1995: Wakil Rektor bidang Perencanaan dan Pembangunan, Universitas Gadjah Mada
  • 1995−1998: Asisten Menteri Negara Riset dan Teknologi
  • 1995−1998: Sekretaris Eksekutif Dewan Riset Nasional
  • 1998: Asisten Wakil Presiden Republik Indonesia
  • 1998−1999: Asisten Sekretaris Negara bidang Pengawasan dan Pengendalian Kebijakan
  • 1999−2000: Kepala Badan Kepegawaian Negara
  • 1998−sekarang: Profesor Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada
  • 2002−2007: Rektor Universitas Gadjah Mada
  • 2012−2014: Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada
  • 2014−2019: Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara
  • 2019−sekarang: Dewan Pembina The Habibie Center

(TribunPadang.com/Via) (Tribun-Medan.com)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved