Penemuan Mayat di Batang Anai

Konten Kekerasan Bisa Bentuk Pembunuh Berdarah Dingin, Sosiolog UNP Soroti Kasus Padang Pariaman

Konten kekerasan di media sosial berpotensi membentuk karakter seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin.

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
Dokumentasi Pribadi Erianjoni
PEMBUNUHAN BERANTAI - Sosiolog UNP, Erianjoni. Konten kekerasan di media sosial berpotensi membentuk karakter seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin. 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG – Konten kekerasan di media sosial berpotensi membentuk karakter seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin.

Hal itu disampaikan sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP), Erianjoni, saat menanggapi kasus pembunuhan di Padang Pariaman yang dilakukan SJ terhadap tiga korban.

Erianjoni, menilai bahwa tindakan menghabisi nyawa seseorang dengan cara dimutilasi dipicu oleh kebencian yang mendalam dalam diri pelaku.

Menurut Erianjoni, hal ini juga terjadi pada SJ, pelaku pembunuhan berantai di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, yang membunuh tiga korbannya secara keji.

"Kejahatan seperti ini dipicu oleh kebencian yang mendalam. Kebencian tersebut bisa muncul dari dendam akibat kekecewaan yang dialami oleh pelaku," kata Erianjoni kepada TribunPadang.com, Jumat (20/6/2025).

Baca juga: VIRAL Dua Mayat Tergeletak di Kebun Sawit Nagari Abai Solok Selatan, Barang Berharga Hilang

PEMBUNUHAN MUTILASI- Terduga pelaku pembunuhan mutilasi saat ditanya oleh Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, Kamis (19/6/2025). Terduga pelaku berinisial SJ alias Wanda.
PEMBUNUHAN MUTILASI- Terduga pelaku pembunuhan mutilasi saat ditanya oleh Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir, Kamis (19/6/2025). Terduga pelaku berinisial SJ alias Wanda. (TribunPadang.com/Panji Rahmat)

Lebih lanjut, Erianjoni menjelaskan bahwa puncak dendam dalam diri seseorang diperparah oleh pengalaman emosional yang belum terselesaikan.

"Dendam itu muncul karena kekecewaan mendalam, yang kemudian berubah menjadi kebencian. Inilah yang mendorong pelaku melakukan pembalasan dengan cara yang sangat keji," katanya.

Ia juga menilai bahwa pengalaman masa lalu, khususnya asmara turut membentuk karakter pelaku.

"Pengalaman selama menjalani asmara bisa memunculkan dendam dan rasa kecewa. Hal inilah yang membuat pelaku nekat melakukan pembunuhan dengan cara tidak biasa, seperti mutilasi ini," ungkapnya.

Selain itu, Erianjoni menyebut, ide untuk melakukan mutilasi kemungkinan juga berasal dari tayangan di media sosial yang mudah diakses saat ini.

Baca juga: Dosen UNP Ungkap Faktor Psikologis di Balik Aksi Pelaku SJ Pembunuh Berantai di Batang Anai

"Saat ini, akses ke konten kekerasan sangat terbuka. Tayangan-tayangan semacam itu bisa menjadi sumber ide dan inspirasi bagi seseorang untuk meniru tindakan kekerasan, termasuk mutilasi," jelasnya.

Ia menambahkan, kebiasaan menonton konten kekerasan tersebut bisa membentuk seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin.

"Konten seperti itu bisa membentuk karakter pelaku sebagai pembunuh berdarah dingin, yang dalam istilah psikologi bisa disebut psikopat," tegasnya.

Tak hanya dipengaruhi tontonan dan dendam, menurut Erianjoni, pelaku juga kemungkinan besar tidak memiliki figur pengarah atau pembimbing yang membentuk kepribadiannya sejak kecil.

"Selain dari pengaruh media sosial, sikap psikopat juga bisa dipicu oleh tidak adanya sosok yang membimbing atau mengarahkan pelaku ke jalan yang benar sejak kecil. Akibatnya, pelaku tumbuh tanpa kendali dan akhirnya tega menghabisi nyawa orang lain dengan cara yang kejam," tutupnya.(*)

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved