Kabupaten Sijunjung
Surau Simaung Sijunjung Menyimpan 88 Naskah Kuno Salah Satunya Terbuat dari Kertas Eropa
Kabupaten Sijunjung memiliki sebuah surau lama bernama Surau Simaung tempat ibadah umat muslim.
Penulis: Arif Ramanda Kurnia | Editor: Mona Triana
TRIBUNPADANG.COM, SIJUNJUNG - Kabupaten Sijunjung memiliki sebuah surau lama bernama Surau Simaung tempat ibadah umat muslim.
Surau Simaung terletak tak jauh dari Surau Calau tepatnya di Jorong Tapian Diaro, Nagari Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.
Surau ini didirikan oleh Syekh Malin Bayang (1863–1963), seorang ulama yang pernah belajar di Surau Calau.
Syekh Malin Bayang, dikenal sebagai Ayek Surau Simaung, diangkat sebagai khalifah di Surau Calau, sebagaimana tercatat dalam naskah Riwayat Hidup Syekh Calau.
Saat TribunPadang.com berkunjung ke Surau Simaung via Perkampungan Adat Sijunjung pada Minggu (9/3/2025) akan disuguhkan dengan pemadangan Rumah Gadang yang berjejer kiri dan kanan.
Baca juga: Daftar Nama Penceramah Tarawih Masjid Nurul Hidayah Muaro Sijunjung Selama Ramadan 1446 H
Kemudian melewati sebuah jembatan gantung hingga terlihat sebuah Surau lama yang masih digunakan oleh masyarakat sekitar.
Surau Simaung masih tetap berdiri dibangun menggunakan kayu yang letaknya dibuat agak tinggi.
Suara riuh aliran air sungai turut memanjakan telinga menikmati nuansa tempo dulu di Surau Simaung ini.
Bahkan juga terlihat beberapa barang seperti lemari dan kasur yang basah dijemur di halaman surau menandakan beberapa waktu yang lalu banjir telah menghantam Surau Simaung.
Menurut A. Malin Bandaro Tuangku Mudo, pewaris Surau Simaung, ada 88 bundel naskah (sekitar 20.914 halaman) yang berisi lebih dari 200 teks masih tersimpan utuh.
Baca juga: Ketua DPRD Sijunjung Pimpin TSR 3, Serahkan Bantuan ke Masjid di Tanjung Lolo dan Koto VII
Naskah-naskah ini merupakan peninggalan Syekh Malin Bayang yang kertasnya berasal dari Eropa.
“Naskah yang ada di Surau Simaung ada yang berasal dari Timur tengah, Pariaman dan daerah lainnya bahkan ada yang ditulis sendiri oleh Syekh Malin Bayang,” katanya.
Ia mengatakan 88 naskah itu ditulis dengan aksara Arab dan Jawi menggunakan bahasa Arab dan Melayu.
Dari naskah Surau Simaung membahas banyak hal seperti pengobatan, tanda-tanda alam, hikayat, tasawuf dan pelajaran agama lainnya.
Salah satu naskah penting adalah Mizan al-Qarb, yang terdiri dari empat bab: perhitungan tahun sejak zaman Nabi Adam hingga hari kiamat, pembagian tahun Syamsiah dan Kamariah, sistem kalender hijriah, dan penetapan puasa.
Teks takwim ini sangat penting dalam konteks wacana Islam lokal Minangkabau, terutama karena perdebatan penentuan awal bulan Hijriah pernah menjadi isu di kalangan ulama Minangkabau pada awal abad ke-20.
Baca juga: Nedia Fitri Resmi Dilantik Jadi Ketua TP PKK Sijunjung, Siap Dukung Program Nasional
Naskah-naskah di Surau Simaung mencatat tiga macam takwim: Khamsiyah (dimulai pada hari Kamis), Rubuiyah (dimulai pada hari Rabu), dan Ahdiyah (dimulai pada hari Minggu).
Takwim Ahdiyah tampaknya tidak digunakan di Minangkabau karena validitasnya yang rendah.
Hingga kini, penganut tarekat Syattariyah masih menggunakan takwim Khamsiyah dan Rubuiyah.
Takwim Khamsiyah digunakan secara umum oleh penganut tarekat Syattariyah di Ulakan, Koto Tuo, dan Calau Sijunjung, sementara takwim Rubuiyah digunakan di Koto Tangah, Padang.
Selain teks takwim, Surau Simaung juga memiliki naskah yang berisi teks takwil gempa dengan uraian yang panjang dan lengkap, berbeda dengan naskah takwil gempa lainnya yang biasanya singkat.
Dalam bidang tasawuf, koleksi Surau Simaung sangat lengkap, termasuk ajaran martabat tujuh karya Syamsuddin Sumatrani, karya Syekh Abdurrauf Singkel, serta naskah tasawuf dari tarekat Naqsyabandiyah yang ditulis oleh Arif Billah Ahmad Ibrahim.
Baca juga: Polisi Ringkus Pencuri CB150R, Pelaku Sembunyikan Motor di Sungai Lansek Sijunjung
Koleksi naskah di Surau Simaung juga mencakup teks pengetahuan tradisional, seperti cara menentukan kecocokan jodoh, mengobati berdasarkan nama, dan meramal jenis kelamin bayi yang dikandung.
Selain itu, ditemukan pula naskah-naskah genealogi tarekat Syattariyah di Minangkabau yang memberikan informasi penting tentang jaringan ulama lokal.
Naskah itu masih tetap digunakan sebagai bahan belajar bagi murid Surau Simaung yang diajarkan langsung oleh A. Malin Bandaro.
“Sampai saat ini, Surau Simaung masih digunakan untuk kegiatan ibadah seperti salat berjamah, wirid dan pengajian yang dikuti oleh berbagai kalangan usia,” ucapnya.
Ia juga mengatakan Surau Simaung berasal dari nama tumbuhan di tepi sungai bernama Simaung yang mana tumbuhan itu masih ada sampai sekarang.
Kompleks Surau Simauang terdapat lima gedung dengan gedung utamanya adalah Surau Tua, Surau Simauang, berdinding kayu, lantai kayu, dan atap seng lancip.
Kemudian didukung empat gedung lainnya, yakni pustaka mini tempat penyimpanan file-file/ manuskrip kuno.
Rumah tempat tinggal imam Surau, serta fasilitas kompleks pemakaman dan Surau Baru masih bernama Surau Simauang tempat ibadah sehari-hari.
”Surau Simauang asli tidak lagi dipakai karena sudah lapuk. Maka untuk ibadah sehari-hari, khususnya shalat lima waktu, para jamaah melaksanakan ritual di surau baru,” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu bangunan yang berusia ratusan tahun ini kondisinya terlihat menyedihkan, lapuk dimakan rayap.
Apalagi banjir juga sempat menghantam Surau Simaung yang mengakibatkan beberapa tonggak rusak.
“Mengingat kondisi ini pemerintah daerah hendaknya terus mengupayakan berbagai bantuan untuk penunjang Surau lama ini yang banyak memiliki nilai sejarah penting,” ucapnya.
Sebelumnya, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Sijunjung melakukan alih bahasa naskah Surau Simaung semenjak tahun 2023 lalu.
Kepala Bidang Otomasi dan Pelayanan Perpusatakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Sijunjung, Rika Nursanti menuturkan alih bahasa ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah daerah atas pelestarian naskah kuno.
Alih bahasa naskah Surau Simaung telah dilakukan semenjak tahun 2023 lalu yang diterjemahkan langsung oleh Alfitmon atau A Malin Bandaro yang merupakan khalifah ke-4 Surau Simaung.
“A Malin Bandaro juga pernah mendapatkan penghargaan nasional dan juga telah mendapat sorotan langsung dari Perpustakaan Nasional RI,” jelasnya.
Ia juga mengatakan dari alih bahasa yang telah dilakukan sudah ada dua buku diterbitkan.
Tahun 2024 sudah ada dua buku yang diterbitkan kemudian tahun 2025 juga akan ditambah lima buku yang diterbitkan mengenai alih bahasa Surau Simaung.
“Dari naskah Surau Simaung membahas banyak hal seperti pengobatan, tanda-tanda alam, hikayat dan pengajaran lainnya,” terangnya.
Dijelaskan Rika, buku yang sudah diterbitkan mengenai alih bahasa Surau Simaung dapat dibaca langsung di Perpustakaan Kabupaten Sijunjung dan Aplikasi Diary Sijunjung.
Naskah Surau Simaung ditulis dengan aksara Arab dan Jawi menggunakan bahasa Arab dan Melayu.
“Semoga dengan adanya alih bahasa ini dapat mempermudah pembaca memahami isi dari Naskah Simaung dan dapat mengambil pelajaran penting didalamnya,” tutup Rika. (*)
Harga Bawang Merah Anjlok di Pasar Sijunjung, Bawang Putih Stabil, Cabai Merah Malah Meroket |
![]() |
---|
Tingkatkan Pelayanan pada Masyarakat, Sekda Sijunjung Launching Program ASN Baik |
![]() |
---|
Peringati Maulid Nabi, Pemkab Sijunjung Gelar Syiar Dakwah Bersama Pemegang Sanad Al Quran 5 Qiroah |
![]() |
---|
Ketua SOIna Sijunjung Resmi Buka Lomba Renang SSC Ceria III di Kolam Renang Sungai Karang |
![]() |
---|
Kapolres Sijunjung Pimpin Sertijab Dua Kasat dan Satu Polsek |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.