Refleksi HPN 2025: Ingat! Amanah Konstitusi, Ciptakan Perdamaian dan Keadilan Sosial

Oleh: Emil Mahmudsyah, Penulis adalah Wartawan Utama, domisili di Padang, Sumbar

PESTA Hari Pers Nasional atau HPN 2025 pun usai. Hanya saja, HPN 2025 tahun ini, berbeda dengan peringatan HPN tahun-tahun terdahulu. 

Pasalnya, perayaan HPN dihelat di dua provinsi berbeda masing-masing di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dan Kota Banjar Baru, Provinsi Kalimantan Selatan. Artinya, ada dua kepanitiaan penyelenggara HPN 2025 kali ini.

Momentum HPN yang rutin diselenggarakan oleh panitia besar biasanya menggandeng konstituen Dewan Pers.

Sebagaimana diketahui, untuk menggelar satu event berskala nasional, serta mengundang tamu undangan baik dari penjuru nusantara hingga mancanegara, yang butuh kepiawaian dari panitia besar tersebut. 

Kepiawaian dimaksud, bukan sekadar jago melaksanakan seremonial acaranya, hingga terkesah 'wah' begitu! Namun, butuh soliditas dan rapihnya organisasi memenej tim kerja, yang merupakan turunan atau breakdown dari tampuk pengurus organisasinya. Alhasil, itu menjadi faktor kunci utama dari paramater dari event itu dinilai sukses atau belum sukses.

Pantauan beberapa hari menjelang hari 'H' momentum HPN, yang diperingati setiap tanggal 9 Februari bermunculan prediksi atas pertanyaan.

Kemanakah Presiden RI bakal hadir pada HPN 2025? Apakah di Pekanbaru atau Banjar Baru?

Mengingat tradisi dari setiap peringatan HPN selalu dihadiri oleh Presiden, atau setidaknya diwakili oleh Wakil Presiden (Wapres), apabila RI berhalangan pada saat hari H tersebut.

Misalnya, Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2015, dihadiri Wakil Presiden RI Jusuf Kalla atau JK. Pada Senin 9 Februari 2015, saat puncak HPN tahun itu, penulis hadir memenuhi undangan VIP. Dan,penulis hadir sebagai delegasi kepengurusan PWI Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menyaksikan Wapres secara resmi hadir mewakili presiden di Hotel Harmoni One, Batam, Kepulauan Riau.

Selain dihadiri insan pers setanah air dan wapres, banyak tokoh-tokoh penting yang juga hadir, di antaranya adalah Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani sebagai tuan rumah hingga Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat.

HPN yang kala itu, bertema;  Pers Sehat, Bangsa Hebat yang rangkaiannya digelar mulai 6-9 Februari 2015. Adapun rangkaian acara sudah digelar antara lain; pameran media, panggung hiburan rakyat, konvensi bahasa, pendeklarasian Pulau Penyengat sebagai warisan budaya dunia, konvensi media massa, hingga Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) se-ASEAN.

Bertepatan dengan puncak peringatan HPN ini biasanya, juga akan diberikan penghargaan kepada seluruh insan pers di Indonesia melalui Penghargaan Adinegoro.

Nah, terakhir ajang anugerah jurnalistik Adinegoro juga menjadi parameter penting dalam setiap penyelenggaraan HPN dari tahun ke tahun. Di samping itu, juga pemberian sertifikat bertajuk, Press card number one (PCNO) bagi wartawan atau jurnalis yang diusulkan oleh masing-masing daerah guna dinilai kembali oleh panitia besar HPN kelayakan menerima anugerah tersebut.

Namun begitu, penulis takkan membandingkan rangkaian acara antaran peringatan HPN 2025 di Pekanbaru atau Banjar Baru. Senyatanya, manakala penulis mengoogling diksi HPN 2025 di platform google, memang muncul keduanya. Masing-masing HPN di Pekanbaru, Provinsi Riau dan Kota Banjar Baru, Provinsi Kalimantan Selatan.

                                 ***

SISI lain, konflik internal kepemimpinan di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) masih tersisa menyusul usainya Pesta HPN 2025. Padahal upaya menautkan perbedaan antara dua pihak yang berseberangan oleh pihak terkait sudah pernah ditempuh. 

Di antaranya, pernah ada pertemuan rekonsiliasi yang dimediasi Kementerian Hukum dan HAM RI pada akhir Agustus 2024. Upaya berikut, pihak Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI melalui Wamen, Nezar Patria mempertemukan dua kubu, masing-masing dari Hendri Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang agar bersepakat untuk mencarikan titik temu. 

Hanya saja, berbagai upaya yang ditempuh tersebut, masih belumlah membuahkan hasil.
Sesungguhnya, ada pesan damai menurut penulis dari beberapa upaya negara yang beritikad tentunya niat baik. Artinya, tawaran rekonsiliasi yakni demi kebaikan PWI sekaligus Pers Indonesia.

Bila dalam bilangan waktu, kiranya hampir setahun terakhir konflik internal di tubuh PWI Pusat itu berlanjut. Hari ini tepat 9 Februari 2025. Momentum, yang biasanya dihadiri ribuan wartawan PWI se-Indonesia berkumpul dalam satu ajang HPN akhirnya berpencar, ke Pekanbaru dan Banjar Baru.

Padahal mereka yang seyogianya bertemu guna menguatkan silaturahmi dan persaudaraan atas nama PWI mau tak mau harus memilih. Apabila selama ini HPN dan PWI menyatukan insan pers dari Sabang sampai Merauke, namun kini suasananya malahan jadi lain.

HPN 2023 dan 2024 berturut-turut misalnya insan pers se-nusantara masih berkumpul bersama di Medan lalu  Jakarta saat acara puncak HPN langsung dihadiri oleh Presiden Jokowi.

Namun Tahun 2025 ini berbeda. Bahkan peringatan HPN digelar di dua tempat terpisah, di Provinsi Riau dan Kalimantan Selatan. Namun, tanpa kehadiran Presiden Prabowo Subianto, meskipun kabarnya diundang oleh PWI Pusat versi KLB Ketuanya, Zulmansyah Sekedang, yang menggelar HPN di Provinsi Riau. Begitu juga PWI Pusat diketuai Hendry CH Bangun juga mengundang untuk kegiatan yang sama di Provinsi Kalimatan Selatan.

Penulis merefleksikan ulang sejarah organisasi tertua wartawan PWI didirikan atas kesepakatan bersama-sama guna mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. 

Sesuai yang termaktub dalam alinea ke-4 jelas membawa pesan bahwa bangsa ini mendukung perdamaian abadi dan keadilan sosial. 

PWI adalah rumah besar, tempat penghuninya hidup laksana bersaudara. Walaupun, sesekali berselisih, namun mereka lekas bersatu kembali. Selamat Hari Pers Nasional.(*)