Kisah 2 Pendaki Tersesat di Gunung Agung, Naik Berlima hingga Puncak, Tercerai Berai saat Turun
Mereka berlima satu rombongan naik Gunung Agung melalui Pos Pengubengan, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.
TRIBUNPADANG.COM- Georgi Erfain (19), Rikza Kamiliudin (24), Made Eri (18), Putu Diki Adi Warta (27), Ridho Ade Yudistira (22) naik Gunung Agung, Karangasem Bali, Selasa (24/12/2024) pukul 02.00 Wita.
Mereka berlima satu rombongan naik Gunung Agung melalui Pos Pengubengan, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.
Kala itu, 5 pendaki ini naik Gunung Agung tanpa didampingi jasa pemandu local.
Baca juga: Jelang Malam Tahun Baru 2025, Pendaki Gunung Talang Melalui Jalur Bukik Bulek Alami Peningkatan
Rombongan pendaki tersebut tiba di puncak Gunung Agung, Rabu (25/12) pukul 12.00 Wita.
Hanya dua jam di puncak gunung, mereka memutuskan turun dari puncak sekitar pukul 14.00 Wita.
Namun, proses turun gunung yang harus mereka lalui tidak selancar saat mendaki.
Sesampai dekat dengan pos 4, tiba-tiba mereka diguyur hujan deras.
Di sinilah petaka yang berakibat tersesatnya 2 pendaki di antara mereka hingga ada yang ditemukan patah kaki di dekat air terjun.
Mengutip TribunBali.com, rombongan 5 orang ini tercerai berai dalam perjalanan turun.
Georgi turun lebih dahulu, lalu disusul dua rekanya yang lain Rikza dan Made Eri.
Ketiganya sempat beristirahat di pos 4, sambil menunggu Putu Diki dan Ridho Ade.
Baca juga: Pria Hilang di Kebun Sawit Pasaman Barat Ditemukan, Jalani Perawatan Usai Kelelahan Akibat Tersesat
Setelah pukul 16.00 Wita, Putu Diki dan Ridho Ade tidak kunjung tiba.
Ketiga pendaki tersebut memutuskan turun dan tiba sampai ke Pks Pengumbengan sekitar pukul 20.00 Wita.
“Kemudian sekitar pukul 22.05 Wita, kedua temannya yang belum kembali sempat memberikan kabar melalui WA (WhatsApp) dan share lokasi menyampaikan mengalami tersesat,” ujar Kasi Humas Polres Karangasem Iptu I Gede Sukadana.
Proses pencarian 2 pendaki yang tersesat itu pun langsung dilakukan.
Kamis, 26 Desember 2024, pencarian tidak membuahkan hasil.
Hasil pencarian masih nihil. Tim mengalami hambatan saat pencarian, karena cuaca buruk.
"Sepanjang pencarian hujan sangat deras, dan juga kabut sangat tebal. Sehingga jarak pandang sangat terbatas," ujar
Kepala Seksi Operasi dan Siaga SAR Basarnas Bali, I Wayan Suwena, Kamis (26/12/2024).
Pencarian pun dilanjutkan hari ketiga, Jumat 27 Desember 2024.
Proses pencarian melibatkan personel SAR dari Basarnas Bali, Polri dan TNI, serta para pemandu lokal.
Barulah, di hari Jumat ini pendaki tersesat ditemukan.
Putu Diki Adi Warta (27) asal Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, ditemukan lebih dulu.
Putu Diki ditemukan setelah ia sempat bertemu dengan krama atau warga yang hendak sembahyang.
Putu Diki ditemukan pada Jumat (27/12) sekitar pukul 09.50 Wita di ketinggian sekitar 1300 Mdpl.
Ketika itu, Putu Diki sedang berupaya mencari jalan turun dan kebetulan bertemu dengan orang yang hendak melakukan persembahyangan.
Tim SAR yang sejak pagi telah bergerak dari Tunggul Besi, segera menuju posisi korban dan membantu proses evakuasi hingga tiba di posko pada pukul 10.50 Wita.
Dalam keterangannya, korban tersesat lainnya, yaitu Ridho Adi berada di sekitar aliran sungai dekat air terjun.
Ia mengeluhkan rasa sakit di alat gerak bawah, setelah sempat terjatuh saat tersesat.
Sehingga ia tidak bisa bersama melanjutkan perjalanan dan memerlukan bantuan evakuasi.
Mendapatkan informasi itu, Tim SAR gabungan menuju lokasi dan menemukan Ridho pada pukul 10.45 Wita di ketinggian 1.700 MDPL.
Ia segera mendapatkan penanganan medis awal, karena dicurigai mengalami cedera alat gerak.
“Dua orang korban dengan kondisi 1 orang kita temukan dalam keadaan sehat dan 1 orang lagi dalam kondisi patah kaki,” ujar Kasi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan, I Wayan Suwena, Jumat (27/12).
Proses evakuasi keseluruhan selesai dilakukan pada pukul 13.00 Wita.
Ridho Adi langsung dibawa ke Puskesmas Rendang menggunakan ambulans.
Tim SAR gabungan saat melakukan pencarian dan proses evakuasi, terkendala faktor cuaca.
“Kendala itu adalah kendala cuaca dan medan, kabut cepat berubah, cuaca hujan dan medannya,” terangnya.
Kabut Tebal Bahaya untuk Pendaki
Peristiwa dua pendaki yang dilaporkan hilang saat mendaki Gunung Agung, menjadi perhatian publik. Terlebih mereka nekat mendaki gunung tertinggi di Bali dalam situasi cuaca buruk seperti saat ini.
Ketua Forum Pemandu Wisata Pendakian Gunung Agung, I Ketut Mudiada menjelaskan, pendaki yang tersesat itu awalnya naik ke Gunung Agung melalui jalur Pengubengan, Desa Besakih. Mereka awalnya berjumlah 5 orang dan sempat berkoordinasi di Kawasan Hutan Basukian, Besakih.
“Pihak pengelola di kawasan hutan Besakih sempat menyarankan agar menggunakan jasa pemandu wisata pendakian lokal. Namun mereka bilang sudah biasa melakukan pendakian. Mereka merasa bisa mendaki tanpa menggunakan jasa teman-teman pemandu lokal Besakih,” ungkap Mudiada yang juga ikut proses evakuasi dua pemandu yang hilang tersebut, Jumat (27/12).
Namun dalam perjalannya, saat menuruni gunung tiba-tiba cuaca sangat buruk dan kabut tebal. Sehingga rombongan pendaki ini tercerai berai.
Tiga di antaranya berhasil turun ke Pos Pengubengan, namun dua pendaki lainnya masih berada di gunung dan sempat dinyatakan hilang. Ia pun menjelaskan, bahaya jika mendaki gunung dalam kondisi cuaca buruk, terutama saat kabut tebal.
"Di saat kabut tebal, walau tau jalur pun bisa tersesat. Saya yang 30 tahun mendaki Gunung Agung, jika turun kabut tetap harus konsentrasi tinggi dan berhati-hati terutama di setiap persimpangan agar tidak salah jalur,” ungkap Mudiada.
Jika salah jalur, nanti pendaki akan menemukan medan yang berupa tebing yang curam. Seperti yang ditemui dua pendaki yang hilang tersebut. Apalagi dalam situasi hujan, medan tersebut sangat licin dan jarak pandang sangat terbatas.
“Sehingga jika cuaca tidak menentu seperti saat ini, kadang cerah kadang hujan, memang paling aman mendaki menggunakan jasa pemandu di sekitar jalur pendakian,” jelas Mudiada.
Pemandu di sekitar jalur pendakian yang tergabung di Forum Pemandu Wisata Pendakian Gunung Agung tidak sebatas mengetahui jalur dan medan. Namun memiliki SOP jelas dalam pendakian. Mulai dari memastikan peralatan dan perlengkapan yang aman untuk mendaki.
“Misal saat cuaca seperti saat ini, harus menggunakan pakaian sampai 4 lapis, termasuk jas hujan. Agar tetap hangat dan terlindung dari hujan,” ungkapnya.
Selain itu pemandu juga memiliki kemampuan mengambil keputusan jika dilanda cuaca buruk saat pendakian. Pemandu bisa memutuskan mengentikan pendakian, kalau ada situasi seperti hujan sangat deras, badai, atau banjir.
“Pemandu biasanya akan mengehentikan pendakian, dengan pertimbangkan keselamatan,” jelas Mudiada. (*)
Uji Coba Lawan Bali United Batal, Semen Padang Upayakan Laga Pengganti Jelang Kompetisi Dimulai |
![]() |
---|
Jelang Super League 2025/2026, Semen Padang Belum Puas dengan Hasil Laga Uji Coba di Malaysia |
![]() |
---|
Laga Uji Coba dengan Bali United Batal Digelar Jelang Super League, Semen Padang Cari Tim Lain |
![]() |
---|
Bali United Luncurkan Jersey Baru, Kobarkan Semangat Juang Jelang Super League 2025/2026 |
![]() |
---|
3 Faktor Penyebab Fenomena Suhu Dingin yang Melanda Indonesia pada Juli 2025 Menurut BMKG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.