Citizen Journalism
Opini : Manusia, Pendidikan, dan Berpikir Kritis
Pada saat seorang anak manusia terlahir ke dunia, dia akan mampu belajar banyak hal dengan cepat.
Oleh: Shilva Lioni, Penulis adalah Dosen Jurusan Sastra Inggris FIB Universitas Andalas
PADA saat seorang anak manusia terlahir ke dunia, dia akan mampu belajar banyak hal dengan cepat.
Pembelajaran yang cepat tentu tidak terlepas dari rasa keingin-tahuan yang dimiliki oleh sang anak.
Semakin besar rasa ingin tahunya terhadap sesuatu semakin cepat dia mampu belajar dan memahami sebuah hal.
Setiap anak akan mulai mengekspresikan rasa keinginan-tahuannya melalui berbagai pertanyaan, seperti apa itu, kenapa, dan bagaimana. Ini merupakan hal yang lumrah dalam diri setiap manusia.
Seiring berjalannya waktu, rasa ingin tahu yang dimiliki anak akan semakin bertumbuh yakni pada saat dia mulai melihat dan mengenal berbagai hal yakni dunia yang lebih besar. Rasa ingin tahu inilah yang pada dasarnya sangat erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis seorang manusia. Lalu apa itu berpikir kritis ? Apa relasi antara pengembangannya dengan pendidikan? Mari kita uraikan.
Ungkapan “berpikir kritis” sering kali disalah artikan. “Kritis” seringkali diidentikkan dengan arti mencari-cari kesalahan suatu tindakan atau gagasan. Sebaliknya, kritis yang sesungguhnya bukanlah demikian. Kritis mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu tindakan atau ide melalui penalaran. Berpikir kritis dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri. Intinya, berpikir kritis mengharuskan anda menggunakan kemampuan bernalar anda dan melihat segala sesuatu atau fenomena lebih komprehensif. Berpikir kritis berarti tentang menjadi pembelajar yang aktif dan bukan penerima informasi yang pasif. Pemikir kritis sangat mempertanyakan gagasan dan asumsi dibandingkan menerima begitu saja. Mereka akan selalu berusaha untuk menentukan apakah ide, argumen, dan temuan itu merepresentasikan keseluruhan gambaran dan arti dari sebuah hal atau fenomena. Pemikir kritis akan selalu mencari arti, mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah secara sistematis, bukan berdasarkan intuisi atau naluri. Seseorang dengan kemampuan berpikir kritis pada dasarnya mampu untuk memahami hubungan antar ide, menentukan pentingnya serta relevansi dari sebuah argumen dan ide, mengenali, membangun, dan menilai suatu argumen, mengidentifikasi inkonsistensi serta kesalahan dalam penalaran dan merenungkan sebuah pembenaran.
Berpikir kritis pada dasarnya adalah tujuan pembelajaran dasar di pendidikan. Setiap lembaga pendidikan seharusnya mampu membentuk, mengarahkan, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dibawa oleh setiap manusia sedari lahir. Setiap lembaga pendidikan seharusnya mampu mempertahankan rasa ingin tahu, melahirkan berbagai pertanyaan, dan bahkan mengembangkannya lebih besar lagi bukan sebaliknya yakni memangkasnya. Pendidikan seharusnya menjadi tempat dimana rasa ingin tahu itu tumbuh dan membesar bukan malah sebaliknya. Melalui berbagai metode pembelajaran dan tugas yang diberikan, seharusnya pertanyaan untuk memancing rasa keinginan-tahuan sebisa mungkin dimunculkan dan diselipkan. Seorang pengajar yang baik harusnya terbuka dengan berbagai pertanyaan dan memberikan ruang untuk pertanyaan dan diskusi dengan murid-muridnya. Bayangkan jika sebaliknya, saat lembaga pendidikan tidak mampu memberikan ruang untuk pertanyaan hadir, maka akan berimbas pada kemalasan berpikir peserta didiknya.
Berpikir kritis selalu melibatkan pertanyaan. Bertanya dan menjawab pertanyaan untuk mengejar “evaluasi dan penilaian yang cermat lagi tepat” merupakan makna dari kata “kritis” itu sendiri (sebagaimana dilansir dari The American Heritage Dictionary).
Membaca kritis melibatkan sebuah proses melontarkan pertanyaan dan kemudian bagaimana berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk mengetahui bagaimana informasi yakni sebuah hal atau fenomena “bekerja”.
Saat kita berpikir kritis kita tidak hanya menerima dan menyajikan informasi yang ada dan dibaca dalam sebuah teks atau sumber.
Sejurus itu, juga menilai serta menawarkan interpretasi diri terhadap suatu konsep atau isu yakni berdasarkan makna yang anda ciptakan dari wawasan tersebut.
Seseorang dengan kemampuan berpikir kritis yang baik secara tidak langsung akan bertumbuh pada pribadi yang berani, bertanggung jawab, dan bijaksana.
Tidak hanya bermanfaat besar bagi individu tersebut, berpikir kritis akan mampu mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik. (*)
MAN IC Padang Pariaman Menebar Harapan Jemput Masa Depan: Berakit-rakit ke Hulu, Berenang ke Tepian |
![]() |
---|
Kuliah Kerja Nyata: Program Mahasiswa di Indonesia Serupa, Bakti Siswa & Magang Industri di Malaysia |
![]() |
---|
Opini Ruang Kota Tanpa Asap: Car Free Day Antara Negara Serumpun Indonesia & Malaysia |
![]() |
---|
Opini Bahasa Melayu: Bila Percuma di Malaysia, Gratis di Indonesia |
![]() |
---|
UNP Pelatihan Emotional Spritual Question di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.