Citizen Journalism

Opini Bahasa Alien: Mempertanyakan, Kekhawatiran Bahasa Gaul

TAKDIR kebijaksanaan tidak terbatas pada kata-kata yang kita pahami. Kadang-kadang, itu tersembunyi di dalam

Editor: Emil Mahmud
Tribunpekanbaru.com
Ilustrasi: Kumpulan bahasa gaul 

Oleh Ike Revita, Dosen Prodi Linguistik
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas (FIB  Unand)

 

TAKDIR kebijaksanaan tidak terbatas pada kata-kata yang kita pahami. Kadang-kadang, itu tersembunyi di dalam bahasa alien yang belum kita ketahui- Ike Revita

 

DALAM KBBI (2023), kata alien mengacu pada makhluk hidup yang berasal dari planet atau galaksi lain. Alien juga identik dengan kata asing, lebih luas, dan tidak terbatas pada makhluk hidup.

 

Makhluk, ide, atau bahkan bahasa yang terasa asing dan tidak kita kenali dapat dianggap sebagai alien. Misalnya, kita tidak memahami cara kerja teknologi asing yang sangat canggih. Dengan demikian, ketidakfamiliaran ini dinilai sebagai sebuah keasingan atau alien bagi kita.

 

Bahasa kekinian dan bahasa saat ini diibaratkan seperti lautan yang terus bergerak di era digital. Bahasa gaul, atau bahasa asing, muncul di antara ombaknya dan sulit dipahami oleh orang lain, terutama generasi tua.

 

Generasi lama menjadi gelisah karena istilah baru muncul seperti jamur di musim hujan. Mereka menganggap bahasa gaul ini asing dan membingungkan, seperti bahasa asing yang tidak dapat dipahami.

 

Apa itu bahasa gaul?

 

Bahasa gaul adalah jenis bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok tertentu, biasanya anak-anak atau komunitas (Sari, 2022).

 

Beberapa ciri bahasa gaul adalah penggunaan singkatan dan akronim. Misalnya, bokap menunjukkan bapak atau capek deh menunjukkan sangat lelah.

 

Selain itu, penggunaan kata serapan yang diubah, terutama bahasa Inggris, seperti baper berarti penuh perasaan, kece berarti keren, dan ambyar berarti berantakan.

 

Pemberian makna baru pada kata dan penciptaan kata baru melelaui penggabungan kata, pengulangan, atau pengubahan bunyi adalah beberapa cara untuk membuat kata baru. Misalnya, alay berarti sangat tahu, beb berarti sayang, dan gebetan berarti orang yang dekat.

 

Tidak diragukan lagi, fenomena bahasa gaul memiliki keuntungan dan kerugian. Selain bahasa gaul menunjukkan dinamika (Revita, 2008) dan inovasi bahasa. Bahasa memungkinkan anak muda berekspresi dan menciptakan identitas mereka sendiri, tetapi ada kekhawatiran tentang pelestarian bahasa Indonesia yang baik dan benar.

 

Bahasa gaul memberi anak-anak kanvas kosong di mana mereka dapat menyampaikan ide dan kreativitas mereka. Untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang unik, mereka bebas mengubah kosa kata, membuat singkatan, dan menggunakan simbol baru.

 

Hal ini menunjukkan bahwa bahasa adalah makhluk yang hidup dan terus berubah sesuai dengan kebutuhan penggunanya dan zamannya.

 

Bahasa gaul juga membantu membangun identitas dan komunitas. Anak muda yang menggunakan bahasa gaul yang sama merasa saling terhubung dan memiliki kesamaan, yang menghasilkan rasa solidaritas dan kebersamaan di antara mereka.

 

Apakah bahasa gaul menjadi sebuah kekhawatiran?
Jawabnya adalah iya dan tidak.

 

Bahasa gaul memiliki beberapa keuntungan, tetapi juga beberapa masalah. Salah satu yang paling utama adalah kemungkinan hilangnya kemampuan untuk menggunakan Bahasa Indonesia (Revita, 2022) dengan benar dan baik. Anak muda mungkin kesulitan menggunakan bahasa yang baku dan terstruktur jika mereka terlalu banyak menggunakan bahasa gaul. Hal ini dapat berbahaya dalam jangka panjang, terutama bagi mereka yang bekerja dan belajar.
Potensi kesalahpahaman dan miskomunikasi juga merupakan kekhawatiran. Bahasa gaul yang penuh dengan singkatan, simbol, dan makna tersembunyi dapat membingungkan orang baru, menyebabkan konflik dan kesalahpahaman, terutama di antara generasi.
Bagaimana sikap kita terhadap fenomena bahasa vulgar ini?
Beberapa di antaranya adalah menemukan keseimbangan. Menemukan keseimbangan adalah salah satu solusinya. Sangat penting bagi generasi tua untuk memahami konteks dan masyarakat di balik bahasa gaul. Jangan langsung menganggap bahasa gaul sebagai sesuatu yang buruk. Sebaliknya, jika ingin berkomunikasi dengan anak muda, tidak ada salahnya kita mencoba untuk belajar beberapa istilah gaul yang populer.
Sangat penting bagi generasi muda untuk tetap menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam situasi formal. Generasi ini boleh menggunakan bahasa gaul dalam situasi informal, tetapi jangan terbawa ke dalam situasi resmi (Damono, 2021).
Pada akhirnya, yang terpenting adalah kemampuan kita semua untuk berkomunikasi dengan baik dan memahami satu sama lain. Tidak masalah menggunakan bahasa gaul, tetapi tidak boleh digunakan sebagai pengganti Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menjaga Bahasa Indonesia tidak hanya generasi muda, tetapi seluruh masyarakat harus berusaha untuk mempertahankan Bahasa Indonesia. Orang tua, guru, dan pemuka pendapat harus memberikan contoh komunikasi yang baik.
Pemerintah juga harus berperan aktif dalam mempromosikan dan melestarikan bahasa Indonesia. Ini dapat dicapai melalui berbagai program dan kebijakan, seperti kampanye penggunaan bahasa Indonesia di media, penyelenggaraan kompetisi dan festival Bahasa Indonesia, dan pengembangan platform pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik dan inventif.
Semua orang bertanggung jawab untuk menjaga bahasa Indonesia agar tetap hidup dan lestari di tengah gempuran bahasa asing dan bahasa gaul. Mari kita gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Bahasa gaul adalah fenomena yang kompleks dengan efek positif dan negatif. Kita harus mempertimbangkannya dengan hati-hati dan tidak berlebihan. Gunakan bahasa gaul dalam situasi yang tepat, jaga Bahasa Indonesia, dan tingkatkan komunikasi dan pemahaman yang efektif antar generasi.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved