Citizen Journalism
Opini Framing dan Bias Teks dalam Jurnalistik
Pada saat membahas dunia jurnalistik, bahasan seputar framing dan bias teks menjadi topik yang menarik untuk dicermati secara kritis, tapi obyektif.
Oleh : Shilva Lioni Dosen Program Studi Sastra Inggris Universitas Andalas, Pengajar Mata Kuliah Jurnalistik
KETIKA membahas dunia jurnalistik, bahasan seputar framing dan bias teks menjadi topik yang menarik untuk dicermati secara kritis, tapi obyektif.
Dewasa ini, banyaknya fenomena bias teks yang muncul pada pemberitaan maupun opini yang ditampilkan di berbagai media menyiratkan adanya banyak keberpihakkan dan subjektifitas turut hadir ketika membingkai dan mendefenisikan suatu peristiwa.
Framing merujuk pada bagaimana sebuah hal dibingkai dan direpresentasikan dalam pemberitaan. Konsep framing pada awal-awal kemunculannya dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas (menafsirkan sebuah peristiwa).
Sementara itu, analisis framing secara sederhana digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai dan dimaknai. Terdapat dua esensi utama dari framing, yakni pertama, bagaimana peristiwa di maknai, dan kedua yakni bagaimana fakta ditulis.
Dalam sebuah teks, kehadiran framing berhubungan erat dengan elemen linguistik yakni penggunaan bahasa baik itu melalui pemakaian kata, kalimat atau gambar yang mana dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mendukung gagasan dalam sebuah teks.
Lebih lanjut, framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas sebuah peristiwa. Cara bercerita ini tergambarkan melalui cara penulis atau pembingkai melihat realitas yang kemudian dijadikan berita oleh media.
Dalam perspektif komunikasi, kehadiran analisis framing seringkali dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta sehingga tidak heran kemudian subjektifitas hadir didalamnya.
Teks merupakan sesuatu hal yang kompleks. Berbicara soal teks, tidak terlepas dari bagaimana suatu realita dibentuk dan dikonstruk melalui bahasa, dimana seringkali berbagai kondisi diduga hadir dan mewarnai sebuah teks.
Teks dalam hal ini bukan lagi hanya merujuk pada tataran sebuah bahasa dalam bentuk tertulis, namun lebih jauh juga mengacu pada ekspresi bahasa yang memiliki informasi, fungsi dan tujuan tertentu.
Adanya pelabelan, pendefenisian, dan bentuk tindak tutur yang ditemukan dan ditampilkan pada artikel berita dewasa ini mengindikasikan bahwasanya daripada memaknai sebuah peristiwa secara objektif.
Sampai sejauh ini, ada media massa tertentu, yang diduga memaknai sebuah peristiwa melalui ideologi mereka, dimana penyematan ideologi seringkali hadir mewarnai dibelakangnya.
Sebagai contoh hal ini dapat kita lihat lebih lanjut dalam ketidaksesuaian etika jurnalisme yang terdapat pada perilaku jurnalis di media massa BBC yang memunculkan pertanyaan yang terkesan bias saat melakukan wawancara dengan Duta Besar Palestina, terkait pada konflik Israel-Palestina dimana para jurnalis terkesan pro-Israel dan berita yang dikemaspun dibingkai sedemikian rupa untuk memperlihatkan keburukan pihak Hamas dalam satu sisi.
Sebagai sebuah kajian analisis framing cukup menarik dan memiliki banyak model yang dikembangkan oleh para ahli yang mana masing-masing model memiliki skema atau perangkat framing yang berbeda-beda antar satu dan yang lainnya.
Salah satu model analisis framing yang paling populer dalam melihat sebuah pembingkaian berita dikembangkan oleh Pan dan Kosicki (1993).
Pan dan Kosicki (1993) dalam tulisan mereka “Framing Analysis an Approach to News Discourse” membagi analisis framing menjadi 4 dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame dalam hal ini sangat berhubungan erat dengan makna yakni bagaimana sesorang memaknai sebuah peristiwa baik itu berupa opini maupun respon terhadap berbagai fenomena.
Respon dan opini yang ditampilkan dalam hal ini akan dapat terlihat secara tidak langsung melalui proses pembingkaian dan penggunaan berbagai perangkat tanda yang dimunculkan dalam sebuah teks.
Adapun 4 dimensi struktur perangkat framing menurut Pan dan Kosicki (1993) adalah sebagai berikut:
1. Struktur sintaksis
Struktur sintaksis dapat diamati melalui bagan berita yang ditampilkan teks. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyususn dan mendeskripsikan sebuah peristiwa (baik itu melalui pernyatan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa) menjadi sebuah berita.
Elemen sintaksis memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan atau media memaknai peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah pramida terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode, latar, dan penutup. Dalam bentuk ini bagian yang atas cenderung ditampilkan lebih penting dibanding bagian bawahnya.
2. Struktur skrip
Struktur skrip melihat bagaimana wartawan atau media mengemas suatu peristiwa. Laporan berita dalam hal ini sering disusun sebagai suatu cerita.
Hal ini disebabkan 2 hal yaitu pertama untuk menunjukan adanya hubungan antara peristiwa satu dengan sebelumnya, kedua untuk menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, dan How).
3. Struktur tematik
Struktur tematik yaitu cara pandang wartawan atau media atas suatu peristiwa yang kemudian terhimpun kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta ditulis dan tema apa yang ditekankan secara garis besar dalam suatu berita.
4. Struktur retoris
Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan atau media menekankan arti tertentu yang digambarkan dari pilihan gaya atau kata.
Wartawan mengunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan penonjolan pada sisi tertentu, dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Dalam hal ini, terdapat beberapa elemen dalam struktur retoris diantaranya leksikon, pemilihan kata, dan pemakaian kata.(*)
MAN IC Padang Pariaman Menebar Harapan Jemput Masa Depan: Berakit-rakit ke Hulu, Berenang ke Tepian |
![]() |
---|
Kuliah Kerja Nyata: Program Mahasiswa di Indonesia Serupa, Bakti Siswa & Magang Industri di Malaysia |
![]() |
---|
Opini Ruang Kota Tanpa Asap: Car Free Day Antara Negara Serumpun Indonesia & Malaysia |
![]() |
---|
Opini Bahasa Melayu: Bila Percuma di Malaysia, Gratis di Indonesia |
![]() |
---|
UNP Pelatihan Emotional Spritual Question di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.