Abrasi Pantai di Padang Pariaman
Cerita Warga Padang Pariaman Ketakutan Diteror Abrasi Pantai, Berharap Pemerintah Bertindak
Warga berharap tindakan kongkrit pemerintah mengatasi abrasi pantai di kawasan Pasir Baru, Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Bara
Penulis: Panji Rahmat | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, PADANG PARIAMAN - Warga berharap tindakan kongkrit pemerintah mengatasi abrasi pantai di kawasan Pasir Baru, Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
Permintaan itu disampaikan pasca dua tahun sejak satu unit rumah habis digulung ombak akibat abrasi di kawasan tersebut.
Seorang warga Efrita Wati (41), mengenang kejadian dua tahun lalu itu, ketika ombak menghantam dua unit rumah. Akibat kejadian itu satu rumah habis terbawa ombak dan satu lagi bagian dapur saja terdampak.
Sekarang ancaman abrasi terus meluas, nasib rumah Efrita dan dua keluarga lainnya juga di ujung tanduk.
"Tiga bulan lalu, saat angin selatan, ombak kembali besar dan terjadi abrasi. Jarak rumah saya dengan bibir pantai hanya sisa lima meter," katanya, Selasa (7/11/2023).
Baca juga: Abrasi Pantai Ancam 3 Rumah di Padang Pariaman, Warga Tak Lagi Nginap Gegara Khawatir Ombak Besar
Meski menyisakan jarak lima meter, beberapa kali hantaman ombak sempat juga menerjang rumahnya, hingga bagian dinding retak.
Kondisi ini membuat Efrita dan suaminya tidak berani menginap di rumah tersebut saat malam hari.
"Siang saya di sini, sembari mengisi karung pasir dan suami melaut. Kalau malam saya nginap di rumah orang tua," jelasnya.
Ia mengaku sangat takut jika tetap berdiam di rumah tersebut, karena setiap ombak besar, terasa seperti gempa bumi
Meski sudah ada dua rumah terdampak dan tiga rumah terancam hal serupa, Efrita menilai belum ada langkah kongkrit dari pemerintah untuk mengatasinya.
Baca juga: Solusi Abrasi di Pasia Jambak Padang, Aktivis Lingkungan: Tambah Pemasangan Batu Grip
"Memang ini bencana alam, tapi saya minta ada solusi dari pemerintah, kalau tidak bisa semua warga di Pasir Baru terdampak, seiring waktu berganti," jelasnya.
Sejumlah langkah yang efisien menurut Efrita adalah memberi batu pemecah ombak di sepanjang garis pantai.
Kalau tidak lakukan relokasi pada penduduk yang rumahnya terdampak atau beri bantuan perbaikan rumah.
"Tapi sampai sekarang belum terlihat ada langkah-langkah untuk mengatasinya," tutur Efrita.
Warga lain Efrina (41) yang rumahnya juga terancam, merasakan hal serupa dengan Efrita.
Ia menyebut, penanganan dari pemerintah sangat lambat, buktinya sampai sekarang belum ada solusi kongkrit.
Beberapa bantuan seperti karung dan lainnya sempat datang tapi tidak efektif untuk menyelesaikan masalah.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.