Citizen Journalism
Pakaian Baralek Adat Minangkabau di Istana Basa Pagaruyung: Ada Suntiang, dan Aksesori Gelang Perak
LAIN padang lain belalangnya, lain lubuk lain ikannya. Itulah apa yang dituliskan oleh Fitriany Febby Adiana Gustariny di salah satu penulisan blog be
Oleh Siti Balqis Binti Salehudin Mahasiswa Internship Universiti Kebangsaan Malaysia di FIB Unand.
LAIN padang lain belalangnya, lain lubuk lain ikannya. Itulah apa yang dituliskan oleh Fitriany Febby Adiana Gustariny di salah satu penulisan blog beliau tentang pakaian tradisi Minangkabau.
Sejauh ini, beliau banyak memperkenalkan busana tradisi Minangkabau melalui penulisan blog.
Setiap nagari pasti ada pakaian tradisi yang melambangkan budaya dan keunikan mereka tersendiri, penulisan beliau membuatkan penulis sangat tertarik untuk mencoba pakaian tradisi Minangkabau di Istana Basa Pagaruyung.
Ahad lalu, kami ke Istana Basa Pagaruyung untuk melihatkan kemegahan rumah gadang yang penuh dengan ukiran tradisi minang itu.
Dari kejauhan sudah lihat ramai wisatawan yang sudah memakai busana tradisi minangkabau itu. Pandangan indah melihat warna warni busana tradisi itu diperagakan melonjakkan lagi keterujaan penulis untuk mencobanya.
Ruang yang menempatkan busana-busana ini adalah di bawah bagian istana yaitu di belakang tangga masuk ke istana.
Dalam ruang penyalinan itu akan ada ramai ibu-ibu yang membantu para wisata memakai busana tradisi minang itu. Mereka ramah sekali menyapa dan menyambut kami.

Kendati begitu, pembayaran harus dilakukan dahulu sebelum mencobanya. Wisatawan bisa memilih pelbagai jenis busana yang mengikut harga-harga yang ditetapkan. Ada harga 35,0000 Rp, 75,000Rp, 105,000Rp dan banyak lagi.
Busana ini berbeda-beda harga karena pemakaian aksesori nya yang berbeda dan yang termahal harganya adalah bergantung pada kualitas kainnya.
Penulis memilih untuk mencoba pakaian ‘anak daro’ atau busana ‘baralek’ bagi pengantin perempuan di minangkabau.
Ringkasnya, pakaian ‘baralek’ bagi anak daro ini adalah ketika pengantin perempuan menjemput mempelai pria ke rumah ‘bako’ atau keluarga ayah dari mempelai pria.
Oleh itu, dia dipanggil busana yang dipakai saat ‘manjapuik marapulai’. Pakaian ini turut dipakai seharian ketika bersanding di pelaminan.
Penulis dipakaikan oleh salah seorang ibu yang bertugas ketika itu. Beliau menerangkan satu-satu nama kelengkapan bagi busana anak daro ini.
Antaranya ‘baju kurung, kodek, selempang, suntiang dan pelbagai perhiasan’. Suntiang adalah aksesori yang dipakaikan atas kepala pengantin perempuan namun ada sesetengah yang tidak pakai suntiang tetapi memilih untuk memakai ‘tangkuluak tanduak’.
Suntiang ini diperbuat dari emas dan loyang sepuhan. Iya dipakai di kedua belah kiri dan kanan. Akan tetapi, bila pengantin memilih untuk memakai di satu belah saja, pengantin perlu memakai suntiang di sebelah kanan tangkuluak tanduak.
Yakni diletakkan di sebelah kanan karena menjadi lambang untuk memuliakan ninik mamak dan para tetamu.
Menurut ibu itu lagi, busana baralek dan suntiang ini dipakai paling lama dua jam. Lalu, dipasang dengan selesa dan ringan agar anak daro tidak sakit saat ‘manjapuik marapulai’ berlangsung.
Seharusnya, busana lengkap ada pemakaian perhiasan seperti gelang. Pemakaian gelang juga ada turutan yang perlu diikut misalnya gelang pertama manik rantai (perak).
Kemudian, gelang kedua manik polan, gelang ketiga induk manik, gelang keempat manik gatang dan gelang kelima gelang gadang. Pemakian gelang mengikut turutan dan ada makna-makna sebaliknya.
Setelah memakai busana lengkap itu kami keluar berjalan-jalan sekitar dalam dan luar istana. Perasaan penulis bercampur baur teruja, seru, bangga dan juga malu malu kucing. Karena anak daro itu perlu ada malu-malu untuk sentiasa menjaga tingkahnya.
Kami memilih busana berwarna merah jambu, merah dan juga kuning karena kelihatan menarik sekali di antara semua warna yang ada.
Pengalaman mencoba busana tradisi Minangkabau ini adalah amat bermakna bagi penulis. Utamanya, akan menjadi satu momentum, yang tidak dapat dilupakan apabila tentang Sumatera Barat, Indonesia.(*)
MAN IC Padang Pariaman Menebar Harapan Jemput Masa Depan: Berakit-rakit ke Hulu, Berenang ke Tepian |
![]() |
---|
Kuliah Kerja Nyata: Program Mahasiswa di Indonesia Serupa, Bakti Siswa & Magang Industri di Malaysia |
![]() |
---|
Opini Ruang Kota Tanpa Asap: Car Free Day Antara Negara Serumpun Indonesia & Malaysia |
![]() |
---|
Opini Bahasa Melayu: Bila Percuma di Malaysia, Gratis di Indonesia |
![]() |
---|
UNP Pelatihan Emotional Spritual Question di SMAN 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, Sumatera Barat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.