Sumatera Barat

Soft Launching Program Summer Course MGC: The Exotic of Maninjau, Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand

Kegiatan soft launching program Summer Course “Minangkabau For The Global Community” (MGC) Prodi Sastra Minangkabau berlangsung di kampus Fakultas Ilm

Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA
Dosen pembimbing, Prof. Dr. Yumi Sugahara, dari Osaka University, Jepang foto bersama 16 mahasiswa, serta dosen dan pejabat FIB Unand, foto bersama di Kampus FIB Unand, Limau Manis Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) baru-baru ini. 

Turut hadir di kegiatan tersebut adalah Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yang memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan summer course, Prof Dr Herwandi, M Hum. Para dosen dan mahasiswa di lingkungan FIB Unand.

DosenYerri Satria
Ketua Program Studi Sastra Minangkabau, Yerri Satria Putra.

Profil Danau Maninjau

Berdasar data yang dihimpun, tentang kawasan ini terletak di pinggiran kawasan Danau Maninjau di Kabupaten Agam. Danau Maninjau terletak di ketinggian kurang lebih 460 meter di atas permukaan laut dan membentang sepanjang 10 km2 dengan kedalaman rata-rata 105 meter.

Kekayaan alam dan budaya masyarakat sekitar Danau Maninjau memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari seni kuliner, seni tradisional, hingga khazanah warisan intelektual masyarakat sekitar menarik untuk diketahui.

Danau Maninjau memiliki keindahan alam yang eksotis dengan hamparan air yang tenang dan dikelilingi pepohonan hijau di pinggiran danau. Presiden Soekarno pernah membuat pantun tentang keindahan Danau Maninjau.

“Kalau adik makan sirih pinang makannya dengan sirih hijau, kalau adik datang ke Minang jangan lupa mampir ke Maninjau,” demikian pantun presiden pertama Indonesia yang menggambarkan keindahan Maninjau.

Di bidang kuliner, masyarakat sekitar Danau Maninjau memiliki pengetahuan tradisional dalam mengolah makanan dari danau. Rinuak misalnya, ikan kecil endemik Danau Maninjau yang menjadi bahan olahan utama makanan khas Maninjau.

Rinuak diolah menjadi palai (pepes), pergedel, hingga kerupuk (rakik). Selain itu, cara pengolahannya juga biasanya berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal.

Tentu saja cerita rakyat terkait pengetahuan tradisional pengolahan makanan dari Danau Maninjau menarik untuk diketahui. Tidak hanya itu, historiografi lokal sejarah lisan Danau Maninjau dan masyarakatnya merupakan bagian dari nilai kearifan lokal.

Cerita rakyat terbentuknya Danau Maninjau seperti legenda Bujang Sambilan tentunya merupakan cerita menarik yang perlu diketahui oleh penutur asli masyarakat Maninjau.

Maka tradisi Rakik Rakik di Maninjau menjadi bagian pertunjukan yang juga perlu disaksikan. Maninjau juga dikenal sebagai salah satu kampung tokoh pejuang dan cendekiawan asal Sumatera Barat.

Buya Hamka dan ayahnya Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) berasal dari Maninjau. Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka dan Khutub Khannah HAKA merupakan tempat yang patut dikunjungi untuk melihat warisan intelektual Minangkabau dari Maninjau.(*)

Dosen pembimbing, Prof. Dr. Yumi Sugahara, dari Osaka University, Jepang foto bersama 16 mahasiswa, serta dosen dan pejabat FIB Unand, foto bersama di Kampus FIB Unand, Limau Manis Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) baru-baru ini.
Dosen pembimbing, Prof. Dr. Yumi Sugahara, dari Osaka University, Jepang foto bersama 16 mahasiswa, serta dosen dan pejabat FIB Unand, foto bersama di Kampus FIB Unand, Limau Manis Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) baru-baru ini. (ISTIMEWA)
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved