Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Kurikulum Merdeka Halaman 4, 5, 6, 7 Bab 1 Demi Keluarga

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Kurikulum Merdeka halaman 4, 5, 6, 7 Bab 1 Demi Keluarga. Kunci jawaban ini ditujukan bagi orangtua untuk memb

Editor: Mona Triana
Freepik
ilustrasi Belajar - Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Kurikulum Merdeka halaman 4, 5, 6, 7 Bab 1 Demi Keluarga 

TRIBUNPADANG.COM - Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 Kurikulum Merdeka halaman 4, 5, 6, 7 Bab 1 Demi Keluarga.

Kunci jawaban ini ditujukan bagi orangtua untuk membimbing proses belajar siswa.

Diharapkan orangtua bisa membimbing kegiatan belajar siswa di rumah dengan semangat.

Diharapkan siswa bisa mencari jawaban sendiri dari setiap soal yang disajikan.

Pada materi kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka halaman 4, 5, 6, 7 siswa diminta mengidentifikasi ide pokok dan ide pendukung pada teks deskripsi.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 2: Sumber-sumber Informasi Lisan Meliputi

Simak pembahasan kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka halaman 4, 5, 6, 7 selengkapnya berikut ini.

Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP/MTs Kurikulum Merdeka halaman 4, 5, 6, 7

Kegiatan 1: Mengidentifikasi Ide Pokok dan Ide Pendukung pada Teks Deskripsi.

Membaca

Bacalah dengan saksama.

Yang Lebih Penting dari Aku

“Diam saja dari tadi. Baca terus, seperti yang paling pintar saja.”
“Iya. Kita ini dianggap patung?”
“Bukan patung, tapi angin.”
Mataku ke arah buku yang kubaca, tetapi telingaku mendengar semuanya. Walau mereka berbicara dengan suara rendah, suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia.

Aku benar-benar tidak ingin di sini. Terlihat orang dengan berbagai penampilan mondar-mandir lantas duduk, lalu berdiri dalam diam. Wajah-wajah gundah dan lelah membuatku tambah lemas. Kapan ini semua berakhir? Tengah malam begini, seharusnya aku bisa duduk santai di rumah, baca, atau main game. Sejak sore, aku ingin minta izin pulang. It’s impossible. Mustahil. Mana mungkin aku bisa pulang saat seluruh keluarga berkumpul.

Aku kembali membaca bukuku, tetapi tak satu pun kalimat kupahami. Suara-suara yang menyindirku itu masih terdengar, kadang diselingi tawa. Aku cukup yakin, jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang dari mereka sedang melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi? Walau tak kukenal dengan baik, mereka semua terikat darah denganku.

This is it. Cukup sudah. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bicara. Akan kutegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dadaku. Aku berdiri sambil mengentakkan kaki. Derit nyaring kursi besi tua membuat beberapa orang menoleh.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved