Kota Padang
22 Anak di Sumbar Terkena Gagal Ginjal Akut, Paling Banyak Usia 1 sampai 5 Tahun
Diantara pasien yang dirawat di M Djamil, terbanyak berusia satu hingga lima tahun dengan jumlah sembilan orang anak.
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Rahmadi
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Sebanyak 22 anak di Sumatera Barat (Sumbar) dilaporkan menderita gangguan gagal ginjal akut progresif atipikal.
Hal tersebut disampaikan oleh dokter penanggung jawab pasien gagal ginjal akut progresif atipikal RSUP Dr M. Djamil Padang, dr. Indra saat jumpa pers di Padang, Kamis (20/10/2022).
Dikatakannya, dari total ada 22 orang, 12 diantaranya meninggal dunia.
Sementara 10 orang masih dalam masa perawatan di RSUP M. Djamil.
"Data yang kita terima, akhir Juli kita terima pasien, ada 2 kasus, Agustus puncaknya ada 10 kasus, September ada 4 kasus, dan Oktober ada 4 kasus, jadi ada total 20 kasus yang dirawat di M Djamil," ujar Indra kepada awak media.
Baca juga: POPULER SUMBAR 21 Anak Gejala Mirip Gagal Ginjal Akut, Janji Menteri PUPR soal Tol Solsel-Rengat
Sementara dua orang lainnya tidak dirawat di RSUP Dr M Djamil, yakni warga asal Mentawai dan satunya di sempat di rawat di RS Rasidin.
Keduanya, kata Indra meninggal dunia, dan tidak sempat dirujuk ke M Djamil.
Lalu, diantara pasien yang dirawat di M Djamil tersebut, terbanyak berusia satu hingga lima tahun dengan jumlah sembilan orang anak.
Lalu, usia di atas 10 tahun ada enam orang anak, usia 5 hingga 10 tahun ada empat orang, dan usia satu tahun ada satu orang.
"Sebarannya, laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 60 berbanding 40 persen," kata dia lagi.
Baca juga: Setop Konsumsi Obat Sirup, Kemenkes RI Minta Gunakan Obat Tablet untuk Cegah Gagal Ginjal Akut
Dari total kasus yang ditemui, ujarnya, gejala klinis yang dialami pasien 100 persen ada riwayat demam.
Lalu, sembab karena fungsi ginjal terganggu sehingga tidak ada urin terjadi retensi cairan.
Kemudian 50 persen ada gejala diare dan ada ISPA juga.
"Memang untuk aetiologi dari kasus ini belum bisa disimpulkan, karena dari pemeriksaan yang sudah dilakukan dan sudah mengirim sampel sudah ke Kemenkes untuk penelusuran aetiologi berupa swab oral dan anal itu tidak ada yang konklusi. Jadi penyebabnya berbeda-beda," ujarnya.
Dari pemeriksaan anti bodi sakop ada 58 persen yang positif, pasien itu pernah terpapar dengan infeksi Covid-19 tapi tak bergejala.
Baca juga: Penyelidikan Masih Berjalan, Kemenkes Minta Masyarakat Setop Dulu Konsumsi Obat Sirup
Seperti yang dikatakan, MISC (peradangan multi sistem pada anak) pasca Covid-19 pihaknya menemukan dari antibodi sakopnya yang positif karena belum divaksin lantaran berusia di bawah 6 tahun. (TribunPadang.com/Wahyu Bahar)