Gempa Sumbar 2009

Gempa 30 September 2009, Terbesar dan Terdahsyat yang Dirasakan Rita Sumarni

Pulang bersama hati lapang seusai menyelesaikan pekerjaan, Rita Sumarni baru menukar pakaian dinasnya, Rabu (30/9/2009)

Penulis: Panji Rahmat | Editor: Mona Triana
Dinas Perpustakaan Kearsipan Kota Padang
Sejumlah warga berada di depan reuntuhan gedung yang hancur akibat gempa 30 September 2009 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Pulang bersama hati lapang seusai menyelesaikan pekerjaan, Rita Sumarni baru menukar pakaian dinasnya, Rabu (30/9/2009).

Rita yang hendak okang-ongkang kaki sore itu, malah gelagapan saat gempa mengguncang Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).

Bekerja sebagai Kepala Seksi Kebencanaan dan Survelen Dinas Kesehatan Kota Padang, Rita sore itu ingin melepas penatnya di rumah.

Tapi tiba-tiba Rita merasakan gempa sekira pukul 17.00 WIB.

Baca juga: POPULER PADANG: Mengenang 13 Tahun Gempa Padang, Cerita Fuad Melihat Gedung Bimbel Gama Ambruk

Kekuatan gempa pertama itu tidak terlalu kuat, beberapa waktu setelahnya  gempa kembali terjadi dengan kekuatan serupa.

Selang beberapa waktu gempa kembali ia rasakan namun dengan kekuatan sangat besar.

"Seingat saya gempa ketiga baru besar," ujarnya saat ditemui di Monumen Korban Gempa Kota Padang.

Gempa itu menurutnya datang dalam waktu berdekatan.

Baca juga: Cerita Relawan Gempa Padang 2009: Isak Tangis Warga, Mobil Motor Saling Bertabrakan, Bangunan Hancur

Gempa ketiga itu terjadi sekitar pukul 17.16 WIB, baginya itu adalah gempa terdahsyat yang pernah ia rasakan sejak lahir dan tumbuh di Sumbar.

Saat gempa itu terjadi tubuh Rita sulit untuk berdiri tegak, bahkan ia sampai memegang dinding sekitarnya agar tidak jatuh.

Gempa berdurasi hampir 1 menit itu, membuat sejumlah perabotan rumahnya bergeser.

Meski diguncang gempa begitu dahsyatnya, saat itu Rita hanya terkejut karena kejadiannya berjalan  cepat.

"Tidak ada yang terlintas dipikiran saya waktu itu," kata Rita yang saat itu berusia 44 tahun.

Baca juga: Kisah Jurnalis Syofiardi Meliput Gempa Sumbar 2009: Padang Luluh Lantak hingga Teriakan Minta Tolong

Bahkan ia menilai akibat gempa itu, tidak banyak masyarakat yang terdampak.

Namun, esok harinya sebagai Kasi Dinas Kesehatan Kota Padang, ia ditugaskan ke lapangan untuk membantu menolong korban gempa 30 September 2009.

Ia bersama sejumlah petugas kesehatan saat itu, mengisi pos bencana yang terdampak besar.

Saat sampai di lapangan Rita baru sadar bahwa Kota Padang sangat hancur akibat gempa 30 September 2009.

Di depan mata kepalanya sendiri belasan gedung besar tumbang akibat gempa magnitudo 7.6 itu.

Seperti hotel, show room kendaraan, tempat bimbel dan gedung besar lainnya, hampir rata dengan tanah.

"Bahkan DKK Padang juga tidak bisa digunakan sehabis gempa itu," katanya mengenang.

Satu mobil yang terpajang di halaman gedung Abdullah Kamil Yayasan Genta Budaya, Jalan Diponegoro No.11, Belakang Tangsi Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Kondisinya rusak parah akibat terkena reruntuhan gempa 30 September 2009.
Satu mobil yang terpajang di halaman gedung Abdullah Kamil Yayasan Genta Budaya, Jalan Diponegoro No.11, Belakang Tangsi Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Kondisinya rusak parah akibat terkena reruntuhan gempa 30 September 2009. (TRIBUNPADANG.COM/RAHMAT PANJI)

Bertugas di pos yang terdampak besar bencana Gempa 30 September 2009, Rita ikut mencari dan mengevakuasi korban.

Ia melihat sendiri ratusan manusia tak berdaya terhimpit reruntuhan gedung.

Kondisinya semakin mencekam saat ia melihat beberapa korban bagian tubuhnya putus, retak dan rusak.

Air mata gampang saja mengucur selama ia bertugas, kondisi semacam itu mudah mengiris hatinya.

Melihat korban terjepit ia selalu terbayang kalau itu adalah keluarga, kerabat dan anak kandungnya.

"Hanya menangis saja, soalnya saya tidak bisa banyak membantu," terangnya menghela nafas, mengenang kejadian itu. (*)

 

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved