Ayo ke Taman Budaya Sumbar, Ada Pameran Mixed Media SNAI
Dari pintu masuk, tampak tulisan Pameran Mixed Media SNAI, serta sebuah kursi yang dihias dengan tulisan dari kertas koran.
Penulis: Rima Kurniati | Editor: afrizal
TRIBUNPADANG.COM, PADANG- Beragam karya seni akan memanjakan mata Anda bila berkunjung ke galeri Taman Budaya Sumbar hingga 27 Agustus 2022 mendatang.
Dari pintu masuk, tampak tulisan Pameran Mixed Media SNAI, serta sebuah kursi yang dihias dengan tulisan dari kertas koran.
Di sisi kiri, terdapat lukisan yang terbuat dari bekas putung rokok yang disusun.
Baca juga: Festival Gendang Tasa, Upaya Kenalkan Seni Budaya Minangkabau
Baca juga: Ratusan Perempuan Berbaju Kuruang Basiba Tampil saat, Parade Budaya Nusantara di Monas
Tertulis Awerenes Circle karya Benny Saputra.
Terdapat juga karya seni yang dibentuk dari mainan anak-anak yang dicat coklat dan disusun berbentuk artistik.
Kemudian juga terdapat, karya seni berjudul kolam rasa karya Alberto yang menampilkan gambar manusia yang hendak jatuh ke sebuah kolam, serta masih banyak lagi karya seni lainnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Syaifullah mengatakan, makna SNAI yang dipilih kurator pameran bukan semata pada persoalan teknis.
Namun juga sebuah ajakan untuk memaknai persoalan-persoalan kehidupan dalam masyarakat sebagai gagasan berkarya.
"Dalam sejarahnya karya seni rupa akan menjadi artefak kebudayaan yang tidak saja tersaji hari ini, tetapi juga menjadi referensi bagi generasi dimasa mendatang," ungkapnya.
Sementara itu, kurator Pameran Mixed Media SNAI Iswandi Bagindo Parpatiah mengatakan terdapat 25 karya pada pameran kali ini.
Dijelaskannya, istilah SNAI dalam komunitas seni rupa menyatakan, memberi sesuatu sentuhan tertentu terhadap bahan atau media dalam berkarya.
Tema “SNAI” pada pemeran seni rupa mixed media kali ini bertujuan membebaskan para perupa untuk berinovasi dan bereksplorasi dengan media.
Lanjutnya, agar para perupa mendapatkan ruang jelajah estetika yang lebih luas dalam berkarya, serta sentuhan tertentu terhadap berbagai material.
Ia menambahkan pameran ini sekaligus sebuah usaha mengatasi keterbatasan yang ada dalam berkarya.
"’SNAI’ sebagai tema tidak semata berkutat dalam persoalan media dan keteknikan, namun lebih dari itu SNAI juga berada di wilayah gagasan dan ide dalam berkarya," ungkapnya.
Di sini terbuka ruang bagi perupa untuk merespon serta mengkaji ulang peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Iswandi berharap karya seni ini mampu menjadi sebuah artefak yang selalu diingat dan mampu membangun kesadaran bersama tentang pentingnya memperjuangkan nilai ideal kehidupan, kebenaran, keadilan dan budi pekerti yang luhur. (*)