Penjelasan Pertamina Terkait Masyarakat yang Tidak Ada Android untuk Akses Aplikasi MyPertamina
Rencana penerapan transaksi BBM dengan aplikasi my pertamina masih menjadi sorotan bagi banyak kalangan, terutama oleh masyarakat
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: Mona Triana
Laporan Reporter TribunPadang.com, Muhammad Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, BUKITTINGGI - Rencana penerapan transaksi BBM dengan aplikasi mypertamina masih menjadi sorotan bagi banyak kalangan, terutama oleh masyarakat.
Hal ini setelah adanya pengumuman oleh Pertamina bahwa tahap awal penerapan kebijakan ini mulai diberlakukan pada 1 Juli 2022.
Ada 11 daerah menjadi percontohan, termasuk empat daerah di Sumatra Barat, yaitu Bukittinggi, Agam, Padang Panjang dan Tanah Datar.
Meski, pihak Pertamina telah menjelaskan bahwa per 1 Juli 2022 tersebut masih dalam proses sosialisasi dan tahap pendaftaran.
Baca juga: Apakah Aplikasi MyPertamina Error? Simak Cara Mengatasinya
Baca juga: Populer Sumbar: Penjelasan BMKG soal Awan UFO, Hari Pertama Beli Pertalite Pakai MyPertamina
Beberapa pengendara yang ditemui TribunPadang.com, pertanyaan yang paling banyak muncul adalah bagi mereka yang tidak memiliki android.
Apakah mereka yang tidak bisa mendaftar mypertamina karena kendala itu tak bisa membeli BBM subsidi, yaitu pertalite dan bio solar.
Narotama Aulia Fazri, Sales Area Manager Sumatra Barat PT Pertamina Patra Niaga mengatakan, transaksi di mypertamina tidak melulu dengan android.
Baca juga: Beli BBM Pakai MyPertamina, Narotama: Belum Wajib, Kita Masih Sosialisasi
Baca juga: Hari Pertama Penerapan MyPertamina di Agam, Ada Stand Pendaftaran yang Disediakan
Katanya, yang paling mendasar adalah bagi mereka yang berhak menggunakan BBM bersubsidi harus mendaftar di mypertamina.
Bagi mereka yang tidak memiliki perangkat yang menunjang, bakal ada barkode yang diperoleh setelah mendaftar sebagai pengganti perangkat tersebut.
"Kalau tidak ada Android, barkode nya bisa di print, di tempel di mobilnya," jelas Narotama saat meninjau SPBU Bangkaweh, Agam, 1 Juli 2022 lalu.
Lebih rinci ia menjelaskan, konsep mypertamina ini adalah, mereka yang nantinya akan membeli minyak subsidi harus menunjukan barkode atau aplikasi mypertamina.
Barkode itu nantinya bakal di scan oleh operator SPBU untuk memastikan pengendara itu adalah yang berhak menggunakan BBM subsidi.
"Jadi yang merasa berhak harus daftar, termasuk angkutan umum juga, angkot. Dengan cara ini, yang tidak ada barkode tidak bisa lagi beli minyak subsidi, seperti jerigen," ulas Narotama.
Soal teknis pembayaran, dia melanjutkan, tidak melulu dengan aplikasi, namun masih bida secara tunai atau cash.
"Untuk pembayarannya semua bisa. Bisa cash, kartu kredit, debit, pakai aplikasi my pertamina pun juga bisa," jelas Narotama.
Kebijakan ini, kata dia masih dalam tahap sosialisasi dan pihak akan melihat respon masyarakat terkait pemberlakuannya.
"Nanti Pertamina akan evaluasi dan menjadi pertimbangan untuk penerapan skala nasional. Tapi ini pasti, dan sekarang kita fokus untuk pendaftaran dulu," ungkapnya.
Narotama menambahkan, untuk membantu pendaftaran, pihaknya telah mendirikan posko di daerah percobaan menggunakan aplikasi ini.
"Di sana (posko) kita juga menempatkan orang yang akan menerangkan dan menjelaskan bagaimana my pertamina ini," pungkasnya.
Diketahui, per 1 Juli 2022 lalu Pertamina mulai menerapkan aplikasi mypertamina dalam transaksi, ada 11 daerah percobaan untuk tahap awal.
Sasaran awalnya adalah pendaftaran bagi mereka yang mengkonsumsi BBM subsidi.
Pantauan TribunPadang.com di Kota Bukittinggi dan Agam, mereka yang membeli pertalite langsung diarahkan operator mendaftar di posko yang telah disediakan.
Mereka yang mendaftar diminta untuk memperlihatkan surat-surat kendaraannya dan memfoto kendaran yang didaftarkan. (*)