Apakah Puasa di Bulan Dzulhijjah Bisa Digabung dengan Puasa Ganti?
Apakah puasa Dzulhijjah bisa digabung dengan puasa ganti? Ustadz Adi Hidayat memberi penjelasan akan hal tersebut di Youtube.
TRIBUNPADANG.COM - Apakah puasa Dzulhijjah bisa digabung dengan puasa ganti?
Bulan Dzulhijjah memiliki banyak keutamaannya di dalamnya.
Terdapat sederet ibadah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan dengan imbalan pahala berlipat ganda.
Satu diantaranya ialah puasa sunnah di sembilan hari pertama bulan tersebut.
Namun apakah puasa Dzulhijjah bisa digabung dengan puasa ganti?
Baca juga: Niat Puasa Haji Tanggal 1 Dzulhijjah, Lumbung Pahala yang Didapatkan oleh Umat Muslim
Baca juga: Bacaan Niat Puasa Sunnah Dzulhijjah: Tulisan Arab, Latin Lengkap Disertai Terjemahan
Dikutip dari Tribun Sumsel, Ustaz Adi Hidayat memberi penjelasan akan hal tersebut dari video Youtube channel Mzn Muazzirin ceramah Ustadz Adi Hidayat.LC.MA berjudul 'Mendahulukan Hutang Puasa Qadha atau Puasa Arafah' pada 25 Juli 2020.
Menurutnya, lebih baik diniatkan dulu untuk puasa qodho atau membayar utang puasa Ramadhan.
"Saya secara pribadi lebih cenderung untuk mengqadha dulu puasa yang Ramadan yang belum ditunaikan."
"Karena Qadha itu sifatnya wajib ditunaikan, hanya kewajibannya luas terbentang, terbentang dari mulai paska Ramadan, sampai masuk lagi akhir Syaban menjelang ke Ramadan yang kalau ada di tengah tengahnya hari tertentu gak boleh puasa."
"Di situ saja gak boleh puasa, seperti Idul Adha, kemudian yang lainnya terbentang sampai masuk akhir Syaban," papar Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat tidak mempermasalahkan jika ada ulama yang berpendapat bahwa tidak ada salahnya jika ingin Puasa Arafah walau masih memiliki utang puasa.
"Ada yang berpendapat karena luas terbentang ya gak apa apa, kalau mau menunaikan puasa sunah yang jatuh waktunya hari tertentu saja seperti Puasa Arafah."
"Ya niatnya Puasa Arafah dulu saja kan nanti hari selanjutnya masih ada hari panjang untuk menggantinya, ada yang berpendapat demikian di kalangan ulama," jelas Ustaz Adu Hidayat.
Namun secara pribadi, Ustaz Adi Hidayat lebih cenderung mengutamakan yang wajib lebih dulu.
"Kita melihat ada bentangan kesempatan puasa, betul, tapi kan kematian gak bisa ditentukan, kematian itu sifatnya gaib dan terserah Allah."