Mengintip Pura yang ada di Sumatera Barat, Catatan Sejarah Berdiri Semenjak Tahun 1998
Sejauh ini keberadaan Pura merupakan tempat ibadah bagi umat Agama Hindu. Sedangkan, di Provinsi Sumatera Bar
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: Emil Mahmud
Kemudian, sepuluh hari berikutnya juga akan ada hari Raya Kuningan di pura tersebut.
Dijelaskannya, saat bulan purnama dan bulan mati juga merupakan hari besar yang diperingati umat Hindu, yaitu Purnama dan Tilem.
Selain bangunan Pura, juga terdapat sebuah bangunan batu berbentuk kelas yang digunakan sebagai sarana mengajar untuk anak sekolah.
Adapun jadwal pelajaran Agama itu dilaksanakan dua kali dalam satu bulan, yakni pada dua hari Minggu di awal bulan.
Dilanjutkan Putu, sekolah tersebut bernama Pasraman Jagad Natha atau sekolah Minggu.
Lebih lanjut Putu mengaku sudah 20 tahun tinggal di Kota Padang, tepatnya di samping Pura Jagad Natha.
Awalnya ia datang ke Sumbar, dan menetap di Mentawai.
"Saya ke Sumbar sejak tahun 2002, kemudian menetap di Mentawai sebagai ASN," kata dia.
Selanjutnya, pada tahun 2004 barulah ia pindah ke Kota Padang.
Ia turut memboyong istri dan dua orang anaknya, karena ia ialah seorang pegawai negeri sipil (PNS) bimbingan masyarakat Hindu Kanwil Kementerian Agama Sumbar.
Dulu, pada 2004 saat ia baru tinggal di samping Pura, kawasan itu masih rawa-rawa dan ditumbuhi semak.
"Dulu di sini rawa-rawa, bentuknya belum seperti ini dan orang masuk aja sulit," kata dia.

Pada awal ia tinggal di kawasan Pura, saat itu cukup banyak umat Hindu yang menetap di kawasan itu, karena banyak yang bekerja di BUMN, serta perhotelan.
Disebutkannya ada sekitar 150 orang umat Hindu pada awal ia tinggal di Kota Padang.
Ia tinggal di kawasan Pura karena Pinandita (pengayom umat) saat itu akan pindah tempat tinggal, jadi Putu-lah yang dipercaya sebagai Pinandita dan memboyong keluarga bertempat tinggal di sana.