Berita Padang Hari Ini
Mengintip Nelayan Pantai Padang Perbaiki Jaring, Persiapan Menangkap Ikan Lewat Tradisi Maelo Pukek
Cara masyarakat merawat jaring untuk menangkap ikan setelah digunakan setiap harinya di kawasan Pantai Padang, Jalan Samudera, Kecamatan Padang Barat,
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Cara masyarakat merawat jaring untuk menangkap ikan setelah digunakan setiap harinya di kawasan Pantai Padang, Jalan Samudera, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Selasa (7/6/2022).
Pagi hari yang cerah, kumpulan nelayan terlihat sedang beraktivitas di kawasan bibir Pantai Padang untuk menangkap ikan dengan jaring.
Aktivitas nelayan ini dikenal dengan tradisi 'maelo pukek' atau masih dengan teknik tradisional mengandalkan jaring.
Jaring ini ditebar ke tengah laut menggunakan perahu membentuk setengah lingkaran dan nantinya akan ditarik bersamaan pada dua sisi.
Setelah sekitar satu jam menarik jaring dan akhirnya terlihat hasil tangkapan. Hasil tangkapan tidak terlalu membuat nelayan senang, dikarenakan hasilnya tidak seberapa.
Namun, ada salah satu nelayan tengah memperbaiki jaring yang telah rusak bernama Syamsir Sultan (65) yang dikenal masyarakat dengan panggilan Bapak Kamek.
Ia tengah asyik memperbaiki jaring yang panjangnya sampai ratusan meter karena robek akibat tersangkut sehingga akan membuat ikan mudah terlepas.
"Biasanya robek karena karang di tengah laut dan ada juga karena sampah. Misalkan banyak sampahnya hingga penuh jaring," kata Syamsir Sultan.
Kata dia, sampah di kawasan Pantai Padang akan banyak pada saat setelah hujan, sedangkan pada saat cuaca cerah sampah berkurang.
Ia menjelaskan, yang diperlukan dalam memperbaiki jaring yang sobek adalah benang dan alat jahit yang khusus.
"Jaring ini memiliki panjang sekitar 200 meter dan ditambah tali yang panjangnya sekitar 450 meter. Bahkan ada juga yang lebih panjang talinya," kata Syamsi Sultan.
Syamsir Sultan menjelaskan bahwa jaring yang sobek diperbaiki hanya sekedarnya dan diangsur-angsur setiap harinya.

Jika dikerjakan sampai tuntas akan memakan waktu lebih kurang satu bulan karena kerusakan pada jaring cukup banyak.
"Sedangkan, untuk perawatannya atau dikenal dengan uba dilakukan setelah warna jaring sudah mulai memudar. Ini seharusnya sudah dilakukan uba ini," kata dia.
Uba adalah kegiatan perawatan menggunakan getah kulit kayu khusus agar warnanya hitam dan tahan lama.
"Kalau jaring pukat ini saya buat sendiri, modalnya besar karena membutuhkan banyak benang. Kita perlu mempersiapkan dana sekitar Rp 10 juta," katanya.
Selain itu, pengerjaannya juga tidak bisa sendiri. Hal itu dikarenakan akan membutuhkan waktu yang lama.
"Proses menarik jaring pukat ini membutuhkan waktu lebih kurang satu jam. Namun, beberapa bulan belakangan ikan sangat sulit dan hasilnya hanya sedikit," katanya.(TribunPadang.com/Rezi Azwar)