Film Bioskop
Sinopsis Film KKN di Desa Penari, Berikut Daftar Pemeran dan Cerita Asli Versi Widya
Sejak tayang di bioskop 30 April 2022 lalu, film KKN di Desa Penari sudah ditonton lebih dari 3,7 juta penonton. Ini sinopsis film KKN di Desa Penari
TRIBUNPADANG.COM - Film KKN di Desa Penari saat ini tengah menjadi perbincangan hangat.
Film horor yang disutradarai Awi Suryadi tersebut berhasil menyedot perhatian penonton.
Sejak tayang di bioskop 30 April 2022 lalu, film ini sudah ditonton lebih dari 3,7 juta penonton.
Jumlah penonton tersebut diketahui dari unggahan Instagram @manojpunjabimd milik Manoj Punjabi, CEO MD Pictures sekaligus produser film KKN Di Desa Penari.
Ada 2 versi film KKN di Desa Penari, yaitu versi biasa dan uncut.
Anda dapat mengetahui perbedaan kedua versi tersebut ketika melihat poster yang terdapat di bioskop.
Poster berwarna hitam merupakan versi uncut, sementara poster berwarna putih merupakan versi biasa.
Cerita KKN di Desa Penari ini awalnya diposting akun SimpleMan, @SimpleM81378523 pada 20 Juni 2019 silam.
Menurut SimpleMan, cerita yang ia unggah tersebut merupakan kisah nyata di sebuah desa di Jawa Timur pada 2009.
Baca juga: Film KKN di Desa Penari Tembus 2 Juta Penonton, Kisah Mistis yang Baru Sepekan Tayang di Bioskop
Baca juga: Bocoran Nonton Film Doctor Strange In The Multiverse Of Madness, akan Ada Dua Credit Scene
Sinopsis Film KKN di Desa Penari
Berikut sinopsis film KKN di Desa Penari yang dikutip dari IMDb:
Berawal dari 5 mahasiswa yang harus melaksanakan KKN di desa terpencil yaitu Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy) dan Wahyu (M. Fajar Nugraga).
Mereka tidak pernah menyangka bahwa desa yang mereka pilih bukanlah desa biasa.
Pak Prabu (Kiki Narendra) kepala desa memperingatkan mereka untuk tidak melewati batas gerbang terlarang, gerbang menuju tapak.
Tempat misterius itu mungkin ada hubungannya dengan sosok penari cantik yang mulai mengganggu Nur dan juga Widya.
Hingga akhirnya satu per satu mulai merasakan keanehan tersebut.
Sikap Bima terlihat mulai berubah.
Kemudian program KKN mereka berantakan.
Tampaknya penduduk desa yang ghaib tidak menyukai mereka.
Nur akhirnya menemukan fakta mencengangkan bahwa salah satu dari mereka melanggar aturan paling fatal di desa tersebut.
Lalu teror sosok penari misterius itu semakin menakutkan.
Mengetahui itu, mereka mencoba meminta bantuan kepada Mbah Buyut (Diding Boneng) dukun setempat.
Namun langkah yang mereka lakukan sudah terlambat.
Sehingga mereka terancam tidak akan bisa kembali dengan selamat dari desa yang dikenal sebagai desa penari.
Baca juga: Mengisi Libur Lebaran dengan Nonton Film Bioskop, Ada Film Horor hingga Drama Komedi
Berikut Daftar Pemain KKN di Desa Penari beserta Karakternya:
- Tissa Biani Azzahra - Nur
- Achmad Megantara - Bima
- Calvin Jeremy - Anton
- Adinda Thomas - Widya
- Aghniny Haque - Ayu
- Fajar Nugra - Wahyu
- Kiki Narendra - Mr. Prabu
- Aulia Sarah - Badarawuhi
- Aty Cancer- Bu Sundari
- Diding Boneng - Mbah Buyut
- Dewi Sri - Mbah Dok
- Andri Mashadi Trinugraha - Mas Ilham
Berikut ini cerita lengkap KKN di Desa Penari versi Widya dikutip dari postingan SimpleMan:
"Malam ini, gw akan bercerita sebuah cerita dari seseorang, yang menurut gw spesial. Kenapa? Karena gw sedikit gak yakin bakal bisa menceritakan setiap detail apa yang beliau alami.
Sebuah cerita tentang pengalaman beliau selama KKN, di sebuah desa penari.
Sebelum gw memulai semuanya. Gw sedikit mau menyampaikan beberapa hal.
Sebelumnya, penulis tidak mendapat ijin untuk memposting cerita ini dari yang empunya cerita, karena beliau memiliki ketakutan sendiri pada beberapa hal, yang meliputi kampus dan desa tempat KKN diadakan.
Tetapi, karena penulis berpikir bahwa cerita ini memiliki banyak pelajaran yang mungkin bisa dipetik terlepas dari pengalaman sang pemilik cerita akhirnya, kami sepakat, bahwa, semua yang berhubungan dengan cerita ini, meliputi nama kampus, fakultas, desa dan latar cerita, akan sangat dirahasiakan.
Jadi buat teman-teman yang membaca cerita ini, yang mungkin tahu, atau merasa familiar dengan beberapa tempat yang meski disamarkan ini, dimohon, untuk diam saja, atau merahasiakan semuanya, karena ini sudah menjadi janji penulis dan pemilik cerita.
Tahun 2009 akhir, semua anak angkatan 2005/06 sudah hampir merampungkan persyaratan untuk mengikuti KKN yang dilakukan di beberapa desa sebagai syarat lanjutan untuk tugas skripsi.
Dari semua wajah antusias itu di kampus, terlihat satu orang tampak menyendiri. Widya, begitu anak-anak lain memanggilnya
Ia tampak begitu gugup, menyepi, menyendiri, sampai panggilan telepon itu membuyarkan lamunannya.
"Aku wes oleh nggon KKN'e," (aku sudah dapat tempat untuk KKN) kata di ujung telepon. Wajah muram itu, berubah menjadi senyuman penuh harap.
"Nang ndi?" (dimana?)
"Nang kota B, gok deso kabupaten K***li** , akeh proker, tak jamin, nggone cocok gawe KKN" (di kota B, di sebuah desa di kabupaten K*******, banyak proker untuk dikerjakan, tempatnya cocok untuk KKN kita).
Saat itu juga, Widya segera mengajukan proposal KKN. Semua persyaratan sudah terpenuhi, kecuali kelengkapan anggota dalam setiap kelompok minimal harus melibatkan 2 fakultas berbeda pun dengan anggota minimal 6 orang.
"Tenang," kata Ayu, perempuan yang tempo hari memberi kabar tempat KKN yang ia observasi bersama abangnya. Benar saja, tidak beberapa lama, muncul Bima dengan Nur, ia menyampaikan, kelengkapan anggota 6 orang yang melibatkan 2 fakultas sudah disetujui.
"Sopo sing gabung Nur (siapa yang sudah gabung Nur)?" tanya Ayu,
"Temenku. kating, 2 angkatan di atas kita, satunya lagi, temannya." Lega sudah, batin Widya.
Surat keputusan KKN sudah disetujui semuanya, terdiri dari 2 fakultas dengan proker kelompok dan individu, untuk pengabdian di masyarakat yang akan diadakan kurang lebih sekitar 6 minggu.
Hanya tinggal menunggu, pembekalan sebelum keberangkatan. Jauh hari sebelum malam pembekalan, Widya berpamitan kepada orang tuanya tentang progress KKN yang wajib ia tempuh. Ketika orang tua Widya bertanya ke mana proyek KKN mereka, terlihat wajah tidak suka dari raut ibunya.
"Gak onok nggon liyo, lapo kudu gok Kota B (apa gak ada tempat lain, kenapa harus kota B)?" wajah ibunya menegang. "Nggok kudu nggone Alas tok? Ra umum di nggoni gawe menungso (di sana tempatnya bukannya hutan semua? Tidak bagus ditinggali oleh manusia).
Namun setelah Widya menjelaskan, bahwa sebelumnya sudah dilakukan observasi, wajah ibunya melunak.
"Perasaane ibuk gak enak, opo gak isok diundur setahun maneh (perasaan ibu gak enak, apa tidak bisa diundur satu tahun lagi)."
Widya enggan melakukannya, maka, meski berat, kedua orang tuanya pun terpaksa menyetujuinya.
---
*Catatan: Karena keterbatasan karakter, selengkapnya bisa Anda akses di sini atau melalui LINK INI