AS Roma Tantang Leicester City di Semifinal, Jose Mourinho Tak Sabar Duel dengan Brandon Rodgers
Pelatih AS Roma mengaku sudah tak sabar ingin berduel dengan Brandon Rodgers.
TRIBUNPADANG.COM- Pelatih AS Roma mengaku sudah tak sabar ingin berduel dengan Brandon Rodgers.
Pelatih Leicester City ini bukan nama baru bagi Jose Mourinho.
Brandon Rodgers ternyata pernah menjadi staf Jose Mourinho kala The Special One masih melatih Chelsea.
Leicester City akan menjadi lawan AS Roma di semifinal Europa Conference League.
Baca juga: Sang Pematah Rekor Tak Terkalahkan AS Roma Kembali Digeser AC Milan
Baca juga: Kondisi Inter Milan Jelang Lawan AS Roma
Kompetisi kelas dua setelah Liga Champions cukup menyita perhatian.
Melansir Tribunnews.com, empat tim yang berhasil memastikan diri tampil di babak ini adalah AS Roma, Leicester City, Feyenoord dan Marseille.
Rinciannya, AS Roma akan bertanding melawan Leicester City.
Itu berarti, Feyenoord akan bersua Marseille.
Untuk leg pertama nanti, Feyenoord dan Leicester City yang akan bertindak sebagai tuan rumah.
Kedua partai semifinal tersebut akan dihelat pada Jumat (29/4/2022) pukul 02.00 WIB.
Pertemuan antara AS Roma dan Leicester City terbilang cukup menarik.
Pasalnya, ini akan menjadi panggung perjumpaan bagi guru dan murid.
Ya, Brandon Rodgers dan Jose Mourinho dahulu pernah bekerja sama sebagai sebuah tim
Rodgers, yang saat ini menangani Leicester City, pernah menjabat sebagai salah staff Mourinho.
Keduanya bekerja sama saat The Special One masih menangani Chelsea di periode pertama.
Untuk itu, Mourinho mengaku tak sabar untuk bisa berduel dengan Rodgers.
"Kami memiliki momen indah bersama, kami adalah teman," ungkap Mourinho dikutip dari Football Italia.
"Bahkan saat sepak bola membuat kami berbeda arah, kami tetap berteman."
"Dia adalah pelatih yang baik dengan masa depan cerah menantinya," sambungnya.
Meski harus bertandang ke markas lawan terlebih dahulu, Mourinho optimis.
Peluang bagi kedua tim untuk keluar sebagai pemenang sama besarnya.
Maka, tak ada alasan bagi anak asuhnya merasa inferior dari sang lawan.
Mourinho mengambil kesimpulan itu berdasarkan pengalaman yang ia rasakan selama bertahun-tahun sebagai pelatih.
"Saya sudah sering mencapai babak semifinal di kompetisi Eropa," ujar Mourinho.
"Saya akan mengatakan ini terlepas dari nama dan potensinya."
"Peluangnya selalu sama, 50-50," lanjutnya.(*)