Kota Pariaman
Melihat Sentra Keripik Jengkol di Pasia Lohong Pariaman, Eksis Sejak 2000, Punya Langganan Luar Kota
Keripik jengkol atau biasa disebut karupuak jariang merupakan jenis keripik yang berbahan dasar tumbuhan jengkol (Archidendron Pauciflorum).
Penulis: Wahyu Bahar | Editor: afrizal
Laporan Reporter TribunPadang.com, Wahyu Bahar
TRIBUNPADANG.COM, PARIAMAN- Keripik jengkol atau biasa disebut karupuak jariang merupakan jenis keripik yang berbahan dasar tumbuhan jengkol (Archidendron Pauciflorum).
Jengkol merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh dan ditemui di wilayah Asia Tenggara, tak terkecuali di Indonesia.
Jengkol diketahui bisa diolah menjadi beberapa jenis makanan, misalnya rendang jengkol, gulai jengkol, samba lado jengkol, atau kerupuk jengkol.
Baca juga: Tips Membuat Keripik Jengkol Pariaman Agar Berukuran Besar, Pilih Jengkol Tua dan Masih Segar
Baca juga: Bisnis Keripik Jengkol di Kota Pariaman, Putri: Ada yang Datang dari Padang, Beli Karupuak Jariang
Sementara itu, di antara jenis-jenis olahan jengkol, keripik jengkol merupakan penganan yang dapat menggugah selera.
Keripik ini juga biasa ditemui di rumah makan Padang, baik di dalam maupun luar Provinsi Sumatera Barat.

Namun, perlu diketahui sentra keripik ini bisa dijumpai di Kota Pariaman Provinsi Sumbar.
Kota Pariaman yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata, juga diketahui surganya kuliner tradisional.
Selain terkenal dengan nasi sek, gulai kapalo lauak, hingga sala, Pariaman juga terkenal dengan keripik jengkolnya.
Menariknya, keripik jengkol tidak dapat ditemui di sembarang tempat, karena sentra keripik ini terdapat di sekitaran bantalan rel kereta api di Pasia Lohong, tepatnya di Kelurahan Pasir Kecamatan Pariaman Tengah.
Lokasinya persis berada satu ruas jalan dengan Stasiun Gandoriah, atau berada di belakang objek wisata Pantai Gandoriah, yang hanya berjarak seratusan meter dari Pasar Rakyat Kota Pariaman.
Baca juga: TRIBUNWIKI: Rekomendasi Rumah Makan Padang, Spesifik Jariang Hotplate dan Kalio Jariang
Sepanjang jalan dari arah Stasiun Gandoriah hingga Simpang Kampuang Kaliang, setidaknya terdapat belasan warung atau kedai warga yang menjual keripik jengkol.
Diketahui dari salah seorang pedagang keripik jengkol di Pasia Lohong, Putri Permata Mutiara (30) mengatakan bahwa ibunya ialah salah seorang perintis usaha keripik jengkol di daerah tersebut.
Orang tua Putri yang sudah berusia sekitar 60 tahun, sudah memulai jualan keripik jengkol sejak Juli tahun 2000 lalu.
Saat itu, lanjut Putri, belum ada warga lain yang berjualan keripik jengkol seperti ibunya.
Bahkan pada tahun 2001 orang tuanya sudah memproduksi sendiri jengkol hingga menjadi keripik, tentu saja dengan menumbuk buah jengkol yang sudah digoreng, dan melewati proses penjemuran.
Sejak saat itu, beberapa tahun setelahnya, ungkap dia, barulah kerabat atau warga lain juga menjual keripik jengkol, dan hingga kini sudah ada belasan warung keripik.

Sejauh ini, sejak usaha keripik jengkol Putri mulai dirintis pelanggan tidak ada yang kecewa, karena keripik yang ia jual alami tanpa pengawet.
Begitu juga buah jengkol yang diolah telah diseleksi terlebih dahulu, yang berarti bahannya ialah jengkol pilihan.
"Alhamdulillah, langganan-pun tidak ada yang kecewa, dan bila orang baru pertama akan balik lagi ke sini," ujar Putri di warungnya, Kamis (21/4/2022).
Ia merasa bersyukur, 22 tahun usaha keripik yang sudah dirintis orang tuanya masih bertahan hingga saat ini.
Menurutnya, meski kadang banyak pesanan keripik, suatu waktu warungnya juga sepi dari pembeli, contohnya pada pertengahan tahun 2021 lalu.
"Sepinya itu saat pertengahan tahun 2021 bulan tujuh atau delapan, kalau untuk saat sekarang Alhamdulillah ramai, karena sudah ada yang beli oleh-oleh. Dalam sebulan itu (Juli atau Agustus) laku cuman kadang dua kilogram, susah jualannya," kata Putri lagi.
Adapun kata dia, biasanya langganan keripik jengkol di warungnya ialah wisatawan, selain itu langganannya ialah para pejabat daerah, misalnya pimpinan Polda Sumbar, unsur Pegawai, Dokter dari Kota Padang.
Biasanya, kata dia, pejabat-pejabat tersebut membeli keripik jengkol dengan jumlah yang lumayan banyak.
Minimal mereka membeli kerupuk sebanyak satu Kilogram.
Meski kedainya belum punya spanduk atau papan nama, langganan biasanya melihat cat biru kedainya sebagai penanda.
Tak jarang, langganannya juga berasal dari Kota Padang yang hanya datang ke Pariaman untuk membeli keripik.
Kata dia, beberapa di antaranya tiba dengan kereta api dan turun di Stasiun Gandoriah, kemudian beralih ke warungnya.
Ia berharap, lebaran tahun 2022 ini dagangannya laris karena situasi Pandemi yang menurutnya sudah mereda, begitu juga aktivitas mudik sudah diperbolehkan pemerintah yang mestinya berdampak dengan ramainya kunjungan wisatawan ke Pariaman.
Sementara itu, seorang pedagang keripik jengkol lainnya, Gusmala Sari (35) mengaku sudah berjualan sejak 15 tahun yang lalu.
Senada dengan Putri, Sari ternyata juga melanjutkan usaha orang tuanya. Kata dia, pedagang keripik jengkol belum terlalu banyak.
Jika dibandingkan, harga keripik jengkol saat ini terpaut jauh dari awal tahun 2000-an itu.
"Dulu waktu 15 tahun yang lalu itu, kira-kira harganya masih Rp 30 ribu perkilogram, tapi sekarang bisa mencapai Rp 180 ribu perkilogram," kata Sari saat dijumpai wartawan di warungnya.
Dijelaskannya, harga jengkol di pasaran tergantung banyaknya pasokan, artinya melihat musim jengkol atau tidaknya.
Dulu, menurut Sari, belum banyak peminat keripik jengkol, dan berbeda dengan saat ini, karena sudah banyak yang menyukai keripik jengkol sebagai kawan makan.
"Waktu itu orang masih banyak yang kurang minat (keripik jengkol), dan banyak yang belum tahu, tapi sekarang sudah banyak yang minat (keripik jengkol). Pariaman-kan sudah bagus, banyak wisatawan yang datang, makanya banyak peminat," imbuhnya.
Sari mangaku juga beberapa kali mengirim keripik jengkol ke luar Sumbar, bahkan pernah mengirim keripik hingga ke luar negeri.
"Yang jauh pernah sekali ke Jepang, ke Papua, Kalimantan pernah dikirim. Kalau ke Jepang itu mengirim keripik sebanyak dua kilo, ada yang sekilo ada yang tiga kilo," tambah dia.
Ia menyampaikan, seperti dagangan lainnya, karena Kota Pariaman ialah daerah wisata, biasanya keripik jengkolnya di warungnya laris pada hari-hari libur.
"Hari libur (termasuk lebaran), hari Sabtu Minggu biasanya banyak yang membeli, sedangkan hari-hati biasa kadang juga tidak ada yang gak laku, namanya jualan seperti ini rasaki (rejeki) harimau," katanya.
"Keunggulan keripik jengkol di sini asli tidak ada dicampur dengan ubi, tepung, asli jengkol yang di sini, yang berasal dari sekitaran Pariaman," tambah dia.(*)