Kelas 6 Tema 7

Jawaban Tematik, Apa Nada Dasar yang Digunakan pada Lagu 'Gundul-Gundul Pacul'?

Simak pembahasan soal dan kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD halaman 49 Buku Tematik Subtema 1 Pembelajaran 6.

Editor: Mega Satriani Purwaningtyas
Buku Tematik
Simak pembahasan soal dan kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD halaman 49 Buku Tematik Subtema 1 Pembelajaran 6. 

Nada dasarnya adalah Do=C

Apa tanda tempo yang digunakan pada lagu tersebut?

Jawaban:

Tanda tempo yang digunakan adalah 4/4 Moderato

Apa arti tanda tempo tersebut?

Jawaban:

Dari tanda tempo tersebut adalah dinyanyikan dengan tempo sedang

Berlatihlah menyanyikan lagu "Gundul Gundul Pacul".

Berlatihlah terus dan mengulang-ulanginya hingga kamu dapat bernyanyi dengan baik. Perhatikan pengucapan syair lagu agar jelas dan dipahami pendengar. Nyanyikan lagu "Gundul Gundul Pacul" dengan nada dasar yang berbeda. Rasakan mana yang lebih nyaman bagimu untuk menyanyikannya.

Info

‘Gundul-Gundul Pacul’ adalah salah satu lagu daerah yang ditulis oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1400-an. ‘Gundul-Gundul Pacul’ adalah lagu nasihat dari sang Wali bagi para pemimpin Jawa untuk mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.

Arti gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang, sementara rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Dengan demikian, gundul artinya adalah kehormatan yang tanpa mahkota.

Pacul adalah cangkul. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (“empat yang lepas”), dengan pengertian kemuliaan seseorang sangat tergantung kepada empat hal, yaitu cara orang tersebut menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya. Jika empat hal itu lepas, kehormatan orang tersebut juga akan lepas. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat. Telinga digunakan untuk mendengar nasihat. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil.

Gembelengan artinya “besar kepala, sombong, dan bermain-main” dalam menggunakan kehormatannya.

Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, orang yang sudah kehilangan empat indra tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).

Halaman
123
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved