Mengenal Masjid Usang Pasie, Bukti Syiar Islam yang Sudah Ada Sejak Awal Masa Perang Padri
Masjid ini terletak di Jorong Cibuak Ameh, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar).
Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: afrizal
Laporan Reporter TribunPadang.com, Muhammad Fuadi Zikri
TRIBUNPADANG.COM, AGAM- Masjid tua berusia dua abad di kaki gunung Marapi ini masih berdiri kokoh dan terjaga baik.
Berlokasi di tengah pemukiman penduduk, tempat ibadah itu bernama Masjid Jamik Usang Pasie.
Masjid ini terletak di Jorong Pincuran Tujuh, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar).
Baca juga: Mengenal Masjid Tablighiyah Garegeh Bukittinggi, Pernah Diresmikan Bung Hatta dan Buya Hamka
Jaraknya sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Bukittinggi dan 100 meter dari jalan utama setempat.
Masjid Jamik Usang Pasie menjadi salah satu bukti sejarah syiar Islam di daerah Pasie sejak masa perang Padri.
Di Jumat pagi yang cerah, TribunPadang.com berkesempatan mengunjunginya.

Kami disambut hangat oleh seorang pria berusia lanjut, Nasrul Hamid (81) yang mengetahui banyak kisah masjid ini.
Nasrul ketika itu tengah bekerja membersihkan dinding masjid dengan kain dan menyapu pekarangan sekitar.
"Ini adalah masjid tertua di sini yang sudah ada sejak awal masa perang Padri," ujarnya sembari mempersilahkan kami masuk.
Baca juga: Penjelasan BPCB Sumbar Terkait Masjid Jamik Mandiangin, Belum Tercatat Sebagai Situs Cagar Budaya
Di sela-sela melihat ornamen masjid, Nasrul mengisahkan sedikit sejarahnya.
Ia mengatakan, pembangunan ini diprakarsai oleh salah seorang ulama masyhur asal Koto Gadang, Agam.
Ulama itu bernama Syekh Muhammad Husin atau dikenal dengan Tuangku Kubu Sanang yang bergelar Inyiak Gobah.

"Orang juga mengenal beliau Angku Marapi," katanya.
Syekh Muhammad Husin adalah seorang tokoh 'Harimau Nan Salapan' yang dipimpin oleh Tuanku Nan Ranceh.
Ia berguru kepada Tuanku Nan Tuo di Cangkiang, Batu Taba, Agam yang juga guru dari para tokoh Harimau Nan Salapan yang lain.
Baca juga: Masjid Raya Kajai Pasaman Barat Ambruk Diguncang Gempa, Seorang Perempuan Paruh Baya Tertimpa
Usai mendalami ilmu agama, murid-murid Tuanku Nan Tuo menyebar ke berbagai tempat di Minangkabau.
Mereka pergi mendakwahkan Islam, termasuk Syekh Muhammad Husin.
Dikatakan Nasrul, disinilah dimulainya kisah pembangunan Masjid Usang Pasie.
"Ketika itu, dalam perjalanan berdakwah beliau pergi ke gunung Marapi mengambil kayu untuk membangun masjid untuk berdakwah tadi," kisahnya.

Nasrul menuturkan, Syekh Muhammad Husin mengumpulkan kayu-kayu dibantu oleh Tuanku Nan Ranceh.
Gelondongan kayu yang berhasil dikumpulkan dibawa dengan cara digelindingkan di lereng gunung Marapi.
Namun, di tengah perjalanan, kayu-kayu tersebut tersangkut di sebuah perkampungan bernama Lasi.
"Berkat pertolongan Allah, datanglah 'galodo' dan membawa kayu-kayu itu ke bawah," ungkapnya.
Nasrul melanjutkan, ketika itu Syekh Muhammad Husin berucap, "di mana kayu itu berhenti di sana dibangun masjid".
"Kayu itu ternyata berhenti di sini, tepat di bangunan masjid ini," imbuhnya.
Syekh Muhammad Husin pun mulai membangun masjid pada tahun 1820, tak beberapa setelah kayu-kayu berhasil dikumpulkan.
Proses pembangunannya berjalan cukup lama yaitu sekitar tujuh tahun atau baru selesai pada tahun 1827.
Nasrul mengungkapkan, ketika itu bangunan masjid sepenuhnya memiliki kerangka kayu dengan sambungan sistem pasak.
Tiang-tiang masjid yang keseluruhannya berjumlah 13 buah yang semuanya menggunakan pohon utuh dan ada yang berukuran besar.
Dibantu oleh ulama lainnya, kata Nasrul, Syekh Muhammad Husin membuat dinding masjid dari campuran pasir dan putih telur.
Kemudian atap masjid menggunakan atap ijuk dengan bentuk atap berundak-undak.
Terdapat beberapa bagian atap yang bagian utama dibuat oleh Syekh Muhammad Husin dengan tingkat tiga.
Di setiap puncak atap itu dibangun sebuah bangunan kecil persegi delapan dengan atap linmas.
Sedangkan lantai masjid secara keseluruhan berbahan kayu dan dibuat tinggi dari tanah.
"Kini sudah banyak renovasi, tiangnya sudah kita lapisi, atap sudah ganti seng dan banyak renovasi lainnya," papar Nasrul.
Nasrul mengatakan, tak lama bangunan masjid selesai, Syekh Muhammad Husin dikabarkan meninggal dunia.
Akhirnya, Syekh Muhammad Husin dimakamkan di depan mihrab masjid yang ia bangun.
Dari cerita yang diwariskan kepadanya, Nasrul menambahkan, banyak kekeramatan makam Syekh Muhammad Husin yang tidak mampu dinalar dengan akal.
Salah satunya, makam tersebut akan bergumam ketika akan ada bencana yang akan datang.
"Contohnya anak gadis kecelakaan, ada kebakaran, Belanda akan masuk, apapun yang buruk makam ini berbunyi," tutupnya. (*)