Mengenal Masjid Usang Pasie, Bukti Syiar Islam yang Sudah Ada Sejak Awal Masa Perang Padri

Masjid ini terletak di Jorong Cibuak Ameh, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar).

Penulis: Muhammad Fuadi Zikri | Editor: afrizal
TribunPadang.com/FuadiZikri
Masjid Usang Pasie di Jorong Cibuak Ameh, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) yang berusia dua abad. 

Ia berguru kepada Tuanku Nan Tuo di Cangkiang, Batu Taba, Agam yang juga guru dari para tokoh Harimau Nan Salapan yang lain.

Baca juga: Masjid Raya Kajai Pasaman Barat Ambruk Diguncang Gempa, Seorang Perempuan Paruh Baya Tertimpa

Usai mendalami ilmu agama, murid-murid Tuanku Nan Tuo menyebar ke berbagai tempat di Minangkabau.

Mereka pergi mendakwahkan Islam, termasuk Syekh Muhammad Husin.

Dikatakan Nasrul, disinilah dimulainya kisah pembangunan Masjid Usang Pasie.

"Ketika itu, dalam perjalanan berdakwah beliau pergi ke gunung Marapi mengambil kayu untuk membangun masjid untuk berdakwah tadi," kisahnya.

Masjid Usang Pasie di Jorong Cibuak Ameh, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) yang berusia dua abad.
Masjid Usang Pasie di Jorong Cibuak Ameh, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) yang berusia dua abad. (TribunPadang.com/FuadiZikri)

Nasrul menuturkan, Syekh Muhammad Husin mengumpulkan kayu-kayu dibantu oleh Tuanku Nan Ranceh.

Gelondongan kayu yang berhasil dikumpulkan dibawa dengan cara digelindingkan di lereng gunung Marapi.

Namun, di tengah perjalanan, kayu-kayu tersebut tersangkut di sebuah perkampungan bernama Lasi.

"Berkat pertolongan Allah, datanglah 'galodo' dan membawa kayu-kayu itu ke bawah," ungkapnya.

Nasrul melanjutkan, ketika itu Syekh Muhammad Husin berucap, "di mana kayu itu berhenti di sana dibangun masjid".

"Kayu itu ternyata berhenti di sini, tepat di bangunan masjid ini," imbuhnya.

Syekh Muhammad Husin pun mulai membangun masjid pada tahun 1820, tak beberapa setelah kayu-kayu berhasil dikumpulkan.

Proses pembangunannya berjalan cukup lama yaitu sekitar tujuh tahun atau baru selesai pada tahun 1827.

Nasrul mengungkapkan, ketika itu bangunan masjid sepenuhnya memiliki kerangka kayu dengan sambungan sistem pasak.

Tiang-tiang masjid yang keseluruhannya berjumlah 13 buah yang semuanya menggunakan pohon utuh dan ada yang berukuran besar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved