Konflik Rusia Ukraina

Negosiasi Rusia-Ukraina Berlanjut, Kedua Delegasi Ajukan Lagi, Persyaratan pada Pertemuan Pertama

KABAR terkini memasiki putaran pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina, kembali dijadwalkan pada 2 Maret 2022, waktu setempat atau Rabu dini har

Editor: Emil Mahmud
STR / ARMED FORCES OF UKRAINE / AFP
Gambar selebaran ini dirilis pada 19 Februari 2022 oleh layanan pers Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina di lokasi yang tidak diketahui di Ukraina. Menurut laporan, saat ini Rusia sudah mengambil kendali penuh di sebagian besar wilayah Ukraina. 

KABAR terkini memasiki putaran pembicaraan antara delegasi Rusia dan Ukraina, kembali dijadwalkan pada 2 Maret 2022, waktu setempat atau Rabu dini hari WIB.

Sebelumnya, seperti yang dilaporkan kantor media Ukraina Zerkalo Nedeli pada Selasa (1/3/2022) kemarin, agenda pembicaraan sebagai tindak lanjut pertemua awal terdahulu.

Kantor media lainnya di Ukraina lainnya, Glavkom mengutip sumber di delegasi Ukraina yang mengungkapkan persyaratan yang diajukan oleh kedua belah pihak selama pertemuan pertama.

Baca juga: Ukraina Minta Rusia Mundur, Tindak Lanjut Dialog Putaran Kedua ,Segera Dikonsultasikan

Dikutip dari laman TASS, Rabu (2/3/2022), sumber tersebut menyampaikan bahwa Rusia diduga menuntut Ukraina berkomitmen untuk menandatangani status off-bloknya di tingkat parlemen dan menyelenggarakan referendum mengenai masalah ini.

Selain itu, pihak Rusia juga menuntut Ukraina mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) di perbatasan administratif wilayah yang bersangkutan serta membatalkan tuntutannya yang meminta agar Krimea dikembalikan ke Ukraina.

Baca juga: Seruan Hentikan Konflik Rusia-Ukraina, Presiden Jokowi: Semua harus Berkontribusi pada Perdamaian

Penjaga Pulau Ular, Ukraina, digiring oleh Angkatan Laut Rusia setelah pulau
Penjaga Pulau Ular, Ukraina, digiring oleh Angkatan Laut Rusia setelah pulau (TASS)

Di sisi lain, menurut Glavkom, Ukraina menuntut gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari wilayahnya.

Pembicaraan perdana antara Rusia-Ukraina ini diadakan pada Senin lalu dan berlangsung selama 5 jam.

Delegasi Rusia yang dipimpin oleh pembantu Presiden yakni Vladimir Medinsky, mengatakan sebelumnya bahwa delegasinya siap untuk berbicara dengan pihak Ukraina selama itu memungkinkan dan diperlukan demi mencapai kesepakatan.

Ia juga mengatakan bahwa para delegasi sebelumnya telah setuju untuk mengadakan pembicaraan putaran berikutnya di Belarus.

Dialog Ukraina-Rusia Lanjut ke Putaran Kedua, Ukraina Minta Rusia Mundur

Baca juga: Rusia Invasi Ukraina, Timnas Polandia Tolak Bertanding Lawan Rusia Pada Playoff Piala Dunia 2022

Saling Konsultasikan

Dilansir TribunPadang.com, Delegasi dari Rusia dan Ukraina telah mengakhiri dialog damai pada Senin (28/2/2022) waktu setempat atau Selasa dini hari WIB, yang membutirkan beberapa catatan.

Selanjutnya, langkah ini kembali ke ibu kota masing-masing untuk berkonsultasi lebih lanjut sebelum dilakukannya putaran kedua dialog.

Dilaporkan dialog putaran pertama, yang diadakan di perbatasan Belarus, berakhir tanpa ada kesepakatan yang tercapai.

Dalam dialog tersebut Kiev mengecam invasi yang dilakukan Rusia. Penasihat Kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa dialog yang memakan waktu lima jam tersebut sangat alot dan pihak Rusia disebut menyimpang dari pembicaraan.

Lebih lanjut, delegasi Ukraina meminta dilakukannya gencatan senjata dan menuntut agar Rusia mengakhiri serangan dan mundur.

Sementara itu, delegasi Rusia mengatakan: "Kami telah mengidentifikasi titik-titik tertentu dari mana kami dapat memprediksi situasi pada umumnya."

Dilansir Associated Press, ajudan Presiden Rusia Vladimir Putin, Vladimir Medinsky yang turut serta dalam pembicaraan mengatakan dialog damai putaran kedua akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang.

"Pertemuan berikutnya akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang di perbatasan Polandia-Belarus, ada kesepakatan untuk itu," kata Medinsky.

Baca juga: Dampak Serangan Rusia ke Ukraina, Indonesia Mundur Dari Polish Open Internasional Challange 2022

Zona larangan terbang untuk hentikan serangan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Senin (28/02) mendesak negara-negara Barat untuk mempertimbangkan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia di atas Ukraina setelah Moskow membombardir kota Kharkiv.

Para pejabat Ukraina mengatakan serangan Rusia ke kota berpenduduk 1,4 juta orang tersebut telah menewaskan 11 warga sipil, termasuk anak-anak. Kharkiv, kota di timur laut Ukraina telah menjadi medan pertempuran utama.

Lewat pidato video, Zelenskyy mengatakan sudah waktunya untuk memblokir rudal, pesawat, dan helikopter Rusia dari wilayah udara Ukraina.

"Negosiasi yang adil dapat terjadi ketika satu pihak tidak menyerang pihak lain dengan artileri roket pada saat negosiasi," kata Zelenskyy. Meski begitu, Zelenskyy tidak merinci bagaimana dan oleh siapa zona larangan terbang akan diberlakukan.

Menanggapi serangan tersebut, Amerika Serikat (AS) menyatakan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

"Zona larangan terbang akan membutuhkan implementasi," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki kepada wartawan.

Dilansir kantor berita Reuters, citra satelit dari perusahaan teknologi antariksa AS menunjukkan konvoi militer Rusia membentang lebih dari 27 kilometer dan bergerak lebih dekat ke ibu kota Kiev.

Baca juga: Invasi Wilayah Ukraina, Sederet Senjata Andalan Rusia : Beragam Teknologi hingga Alat–alat Canggih

UE mendesak warga Belarus untuk mendukung Ukraina

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyampaikan rasa terima kasihnya kepada warga Belarus yang telah mengambil sikap menentang invasi Rusia ke Ukraina.

Borrell memposting pesan video di mana dia mendesak orang-orang untuk mendukung Ukraina. "Kepada rakyat Belarus: banyak dari Anda mengambil risiko pribadi yang besar berjuang untuk Belarus yang bebas dan demokratis. Sekarang Anda bersuara menentang perang Rusia di Ukraina dan keputusan Lukashenko untuk mendukungnya. Terima kasih atas keberanian Anda. Uni Eropa mendukung Anda."

Presiden Belarus Alexander Lukashenko, telah berhasil mempererat cengkeraman kekuasaannya, menyusul hasil referendum konstitusi pada hari Minggu (27/02). Amandemen tersebut akan memungkinkan pasukan Rusia dan senjata nuklir ditempatkan secara permanen di Belarus dan juga melindungi Lukashenko dari tuntutan.

Hingga hari keenam invasi Rusia ke Ukraina, dilaporkan lebih dari 150 warga Ukraina tewas dan lebih dari 300 orang lainnya mengalami luka-luka.(rap/pkp/AP, Reuters)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com berjudul: Dialog Ukraina-Rusia Lanjut ke Putaran Kedua, Ukraina Minta Rusia Mundur dan Putaran Kedua Negosiasi antara Rusia-Ukraina Dijadwalkan Hari Ini

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved