Harimau Sumatera

Harimau Lanustika, yang Pernah Serang Manusia, Dikembalikan ke Alam Liar Tunggu GPS Collar dari KKH

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang sempat menyerang seorang warga di Provinsi Riau sedang direncanakan untuk dilepasliarkan, Rabu (26/1/

Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
TribunPadang.com/reziazwar
Ilustrasi. Seekor harimau berada di dalam kawasan Taman Margasatwa Bukit Kinantan Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) 

TRIBUNPADANG.COM, DHARMASRAYA - Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang sempat menyerang seorang warga di Provinsi Riau sedang direncanakan untuk dilepasliarkan, Rabu (26/1/2022).

Harimau Sumatera yang menyerang warga hingga membuatnya meninggal dunia ini bernama Lanustika. Korbannya berinisial MA (16) yang merupakan pekerja PT Uniseraya.

Peristiwa ini terjadi pada Minggu (29/11/2021). Selanjutnya, Polsek Siak, Polsek Sungai Apit, dan PT Triomas bersama-sama tim Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) turun ke lokasi pada Selasa (30/8/2021).

Akhirnya dipasang 3 box trap dan 3 kamera trap di sekitar lokasi kejadian karena ditemukan jejak satwa tidak begitu jauh dari ditemukannya jasad korban oleh BKSDA Riau.

Harimau sumatera ini akhirnya masuk kandang jebak pada Rabu (8/9/2021) sekitar pukul 18.30 WIB, dan dievakuasi pada Kamis (9/9/2021) dikarenakan kondisi yang gelap sebelumnya.

Direktur Eksekutif YAD, Dr Catrini Kubontubuh, saat dihubungi TribunPadang.com melalui pesan WhatsApp mengatakan bahwa harimau ini dalam kondisi yang baik.

"Saat ini, Harimau Lanustika belum dilepasliarkan, karena pada saat ini sedang menunggu GPS Collar," kata Catrini Kunontubuh.

GPS Collar ini dikalungkan pada harimau sehingga pergerakannya dapat dipantau setiap harinya.

"Alatnya dari Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH) yang pemesannya dari luar negeri," katanya.

Kata dia, sampai saat ini masih dalam proses rehabilitasi sambil menunggu persiapan untuk lepasliar bersama BKSDA.

Sebelumnya, Manajer Operasional PR-HSD ARSARI, Patrick Flaggellata, saat dihubungi TribunPadang.com mengatakan belum mengetahui pasti apa yang membuat harimau tersebut menyerang warga.

"Masih belum bisa dipastikan (terkait penyerangan manusia). Untuk perilakunya masih menunjukkan sifat alaminya," kata Patrick Flaggellata, Rabu (6/10/2021).

Patrick Flaggellata mengatakan, harimau yang berumur lebih kurang 3 tahun ini pertama kali menunjukkan kecemasan saat berinteraksi dengannya.

"Perilaku harimau bernama Lanustika saat awal berinteraksi dengan tim medis PR-HSD menunjukkan kecemasan. Hal tersebut menunjukkan masih adanya sifat alami untuk bertahan dan menghindari dari manusia," katanya.

Namun, perilaku berbeda ditunjukkan saat harimau Lanustika sedang mengalami sakit.

"Saat sedang sakit, harimau bernama Lanustika tidak menghindar ketika petugas mendekat," katanya.

Ia menjelaskan, harimau ini berjenis kelamin betina dan memiliki panjang badan 145 centi meter/CM.

Baca juga: Harimau Puti Maua Agam Tampak Kurusan, Berbobot 65 Kilogram, PR-HSD Berikan Pakan yang Cukup

Harimau Sumatera Kurusan

Dilansir TribunPadang.com, berat badan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Puti Maua Agam di bawah rata-rata pada jenis harimau sumatera, biasanya, Rabu (26/1/2022).

Harimau dengan jenis kelamin betina ini sedang dirawat di  Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) ARSARI.

Ia sempat terlibat konflik dengan manusia di Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar).

Oleh karena itu, petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar melakukan penghalauan yang berakhir dengan pemasangan kandang jebak.

Puti Maua Agam ini tiba di PR-HSD pada Rabu (12/1/2022) yang lalu.

Direktur Eksekutif YAD, Catrini Kubontubuh mengatakan bahwa saat ini Puti Maua Agam dalam proses rehabilitasi.

"Berat badan Harimau Sumatera bernama Puti Maua Agam ini cuma 65 kilogram," kata Catrini Kubontubuh.

Kata dia, untuk berat tersebut termasuk di bawah rata-rata harimau sumatera normal pada biasanya.

"Harimau Sumatera normal pada biasanya memiliki berat badan dengan rata-rata 85 kilogram," katanya.

Melihat berat badan Harimau sumatera Puti Maua Agam yang hanya 65 kilogram bisa dikatakan dalam kondisi kurus.

"Kurusan, kami masih melakukan observasi dengan memberikan pakan yang cukup," ujarnya.

Terkait hal yang membuat harimau ini kurus dengan dugaan kurangnya pakannya di dalam hutan masih dilakukan identifikasi.


"Apakah indikasinya harimau menjadi kurus karena pakan hidup berkurang di hutan, ini masih kami identifikasi," jelasnya.

Sedangkan, hasil secara umum untuk kesehatan Puti Maua Agam dalam kondisi baik.

"Namun, saat ini masih mengalami anemia ringan, peningkatan sel darah putih karena radang pada gusi," katanya.

Dikarenakan secara keseluruhan dalam kondisi baik sehingga akan segera dilepasliarkan.

Sebelumnya, Catrini Kubontubuh selaku Direktur Eksekutif YAD mengatakan harimau ini sampai di PR-HSD pada Rabu (12/1/2022) sekitar pukul 02.30 WIB.

"Proses evakuasi dilakukan selama lebih dari 15 jam dan kami bersyukur tim evakuasi dan satwa tiba dengan selamat di PR-HSD," kata Direktur Eksekutif YAD, Catrini Kubontubuh.

Baca juga: Puluhan Babi Liar Mati di Agam, BKSDA Sumbar Minta tak Lakukan Buru Babi di Hutan Lindung Palembayan

Harimau betina bernama Puti Maua Agam saat berada di PR-HSD ARSARI untuk dilakukan observasi, Rabu (12/1/2022).
Harimau betina bernama Puti Maua Agam saat berada di PR-HSD ARSARI untuk dilakukan observasi, Rabu (12/1/2022). (ISTIMEWA/DOK.PR-HSD ARSARI )

Baca juga: Satu Beruang Madu Terperangkap, Jerat Babi di Kabupaten Solok Selatan, BKSDA Sumbar Lakukan Evakuasi

Ia mengatakan, harimau ini telah diberi nama dengan sebutan Puti  Maua Agam yang diperkirakan berumur 3 tahun.

Kata dia, informasi dari BKSDA diketahui bahwa harimau ini turun dari Hutan Cagar Alam Maninjau karena kekurangan pakan.

Kekurangan pakan ini diakibatkan adanya babi hutan yang mati akibat virus African Swine Fever (ASF).

"Harimau ini masuk ke dalam kandang jebak pada Minggu Senin (10/1/2022) dan sampai di PR-HSD pada besoknya," katanya.

Ketua YAD, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan harimau sumatera adalah satwa dilindungi berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 106/2018.

Kata dia, salah satu penyebab utama satwa ini dilindungi karena populasinya yang kian lama kian terancam.

"Kita semua menyambut baik adanya upaya bersama dalam melestarikan satwa liar nan unik ini," kata Hashim Djojohadikusumo.

Selain itu, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Wiratno, mengatakan penyelamatan harimau merupakan tanggung jawab bersama dan seluruh pihak.

"Seluruh pihak wajib membantu dalam menyelesaikan konflik harimau dengan manusia," katanya.(TribunPadang.com, Rezi Azwar)

 

Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved