Opini Citizen Journalism

Berbahasa dalam Diam

TIDAK semua jawaban harus dikatakan, terkadang diam adalah jawaban yang paling keras bagi seseorang - Anonim

Editor: Emil Mahmud
ISTIMEWA/DOK.PRIBADI
Ike Revita, Dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas 

Kekhwatiran itu tidak terjawab  karena sesampai di rumah kedua orang tua saya tidak bertanya alasan keterlambatan, kecuali memastikan saya tidak meninggalkan ibadah shalat.

Kedua orang tua saya bersikap seperti tidak ada kejadian. Mereka juga memastikan apakah saya sudah makan malam.

Saya merasa heran hingga akhirnya bertanya kepada almarhum Papa, kenapa saya tidak dimarahi. Papa tidak menjawab tetapi hanya diam memandang saya.

Pandangan itu kemudian membuat saya merasa sangat bersalah dan kemudian menceritakan secara jujur dan  detil penyebab keterlambatan ini.

Intinya, saya ingin menonton pementasan randai. Randai ini hanya dilakukan di malam hari tidak siang hari. Artinya saya harus berada di luar rumah di malam hari.

Pada waktu itu belum ada handphone  dan alat komunikasi mobile  seperti sekarang. Diamnya Papa ini yang membuat saya merasa sangat bersalah.

Dalam kesehariannya, almarhum Papa adalah orang yang tidak banyak bicara tetapi banyak berbuat. Beliau mampu membaca keninginan anak-anaknya tanpa kami harus terlebih dulu meminta.

Dari pandangan mata dan bahasa tubuh, Papa mengajarkan kepada kami untuk memahami pesan yang ingin disampaikannya.

Melalui pandangan mata dan bahasa tubuh, banyak hal yang sudah diajarkan Papa. Salah satunya adalah kearifan dan kebijaksanaan dalam berkomunikasi.

Ike Revita, Dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas
Ike Revita, Dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas (ISTIMEWA/DOK.PRIBADI)

Baca juga: Kamuflase Lewat Bahasa

Apakah hal itu bisa diterapkan untuk masa kekinian?

Jawabnya adalah iya dan tidak. Tergantung bagaimana orang tua mendidik anaknya dalam berperilaku dan bertutur.

Hasil riset saya tahun 2009 dan 2014 tentang bahasa generasi muda menunjukkan bahwa konsep alun takilek alah takalam dalam Masyarakat Minangkabau sudah mulai luruh.

Salah satunya dipicu oleh kurang diwarisinya kearifan berbahasa ini dari orang tua ke anak.

Selain itu, sebagian generasi muda menganggap berbahasa yang tanpa kata itu dianggap tidak efektif.

Sulit memahami maksud dan pesan yang ingin disampaikan. Bertutur secara langsung dan literal kemudian dijadikan pilihan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved