Nasabah Inspiratif BTPN Syariah di Padang, Buka Usaha Jahit Sprei dengan Omzet Puluhan Juta Rupiah
BTPN Syariah terus membantu banyak nasabah yang merupakan ibu-ibu dalam menyokong perekonomian keluarga di tengah pandemi Covid-19
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - BTPN Syariah terus membantu banyak nasabah yang merupakan ibu-ibu dalam menyokong perekonomian keluarga di tengah pandemi Covid-19.
BTPN Syariah membawa misi untuk membantu keluarga prasejahtera menjauhi garis kemiskinan dan memperbaiki taraf hidup sehingga berhasil 'naik kelas'.
Hal ini dilakukan oleh pihak BTPN Syariah melalui bantuan pembiayaan, pendampingan, dan pemberdayaan bagi para nasabah prasejahtera yang juga memberikan dampak sosial.
Salah satu nasabah wanita tersebut ialah Ref Irmawati, warga RT02/RW05 Koto Baru, Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
BTPN Syariah melihat ketekunan dan kegigihan Ref menjadikan usahanya naik kelas, sehingga patut menjadi nasabah inspiratif.
Baca juga: BTPN Syariah Serius Kembangkan Teknologi Guna Penuhi Kebutuhan Nasabah Prasejahtera di Padang

Baca juga: Dana Pihak Ketiga BTPN Syariah Padang Capai Rp 106 Miliar, Fokus Bantu Nasabah Inklusi
Perempuan lulusan SMP itu sukses merintis usaha pembuatan bed cover atau seprei dengan omzet puluhan juta rupiah.
Ref bercerita awalnya ia belajar membuat bed cover dengan temannya yang tinggal di Blok B, Gadut, Kecamatan Pauh.
Dua hari belajar menjahit bed cover, ia langsung menerima tawaran. Karena belum punya mesin jahit ia memilih membeli secara kredit seharga Rp 6 juta.
"Pernah juga numpang jahit, tapi tidak mungkin numpang terus, maka saya beli mesin jahit 1 unit secara kredit," tutur Ref saat dikunjungi BTPN Syariah, Kamis (11/11/2021).
Ref menyebut BTPN Syariah hadir pada 2016. Dari situ, terbersit olehnya ingin berkontribusi lebih bagi keluarga.
Ia ingin meringankan beban suami dan mulai sejak saat itu mendapat pendampingan dari Community Officer (CO) BTPN Syariah.
Dia menceritakan dengan modal pinjaman awal Rp 2 juta dirinya memulai membuka jasa usaha pembuatan bedcover dengan merek dagang Lintang Sprei.
Plafon pembiayaan yang diterimanya terus meningkat setiap tahun berkat kedisiplinannya yang patuh membayar angsuran tepat waktu.
Baca juga: Bank Indonesia Terapkan Kartu ATM Debit Chip, 1 Desember 2021 Kartu Debit Non Chip Takkan Berfungsi

Berkat pendampingan tim BTPN Syariah, usaha Ref pun semakin berkembang.
Kini, Ref sudah memiliki sembilan karyawan yang membantu usahanya yang kebanyakan tetangganya sendiri.
Selain itu, jumlah mesin jahit bedcover juga bertambah, ada sepuluh unit untuk mendukung usahanya yang terus berkembang.
Baginya sukses bukan untuk diri sendiri. Kesuksesan Ref telah menginspirasi warga lain di sekitar lingkungannya untuk tidak berpangku tangan.
"Karyawan saya adalah keluarga dan tetangga saya, ada yang anak yatim, ada juga janda," ungkap Ref.
Setelah orderan bedcover cukup banyak, Ref pun meminta bantuan suaminya.
Sejauh ini produk bedcover tersebut dipasarkan di Pasar Raya Padang, selain itu juga ada beberapa toko langganan di luar Kota Padang.
"Kita memang ada rencana buka cabang. Sudah banyak pesanan ke luar kota. Kendala, pemasarannya. Sejauh ini kita yang jemput bola memasarkan," jelas Ref.
Dalam sebulan Ref bisa memproduksi ratusan bedcover dengan harga Rp 700 ribu untuk satu bedcover.
Di masa pandemi Covid-19, Ref sempat merasakan sepinya pesanan bahkan bisa dikatakan nihil.
Saat PPKM pun, katanya, intensitas kerja dikurangi, anggota bekerja sekali dua hari.
Selain itu ia juga sempat membuat masker di awal-awal pandemi.
Menurutnya itu salah satu cara agar tetap bertahan, dimana kebutuhan masker saat itu cukup tinggi.
"Kami hanya melihat peluang, sudah tidak ada lagi jahitan, beralih membuat masker," terang Ref.
Ref pun bersyukur adanya BTPN Syariah, karena dapat membantu modal usaha, didampingi langsung, tidak perlu repot-repot datang ke bank.
Sementara itu, Firmansyah - Distribution Head BTPN Syariah area Sumatera mengatakan pembiayaan kepada nasabah inklusi yang diberikan BTPN Syariah diberikan berkelompok dengan nama 'Tepat Pembiayaan Syariah'.
Hal ini dikatakan adalah pembiayaan tanpa jaminan yang diberikan untuk modal usaha bagi masyarakat inklusi khususnya perempuan.
"Pembiayaan berkelompok ini memiliki tujuan untuk membangun 4 karakter pada diri nasabah, yaitu berani berusaha, disiplin, kerjasama dan saling bantu," paparnya.
Ia berharap prilaku tersebut dapat menyebar sehingga tercapai tatanan masyarakat yang memiliki kekuatan secara ekonomi disuatu daerah.
Pembiayaan ini diberikan sebagai modal usaha khusus kepada ibu-ibu prasejahtera yang ada di pedesaan atau pinggiran kota di berbagai daerah di Indonesia untuk memulai usaha atau meningkatkan usaha mikronya.
"Tidak hanya memberikan akses keuangan dan modal usaha, Tepat Pembiayaan Syariah juga mengupayakan pemberdayaan melalui Pelatihan dan Pendampingan yang berkala dibidang pengetahuan keuangan, kewirausahaan dan kesehatan," tuturnya.
Tepat Pembiayaan Syariah memiliki paket komplit untuk memberikan perubahan kehidupan nasabah prasejahtera meliputi paket keuangan.
Paket keuangan ini berupa bantuan modal usaha yang diberikan kepada nasabah untuk menjawab kebutuhan membangun dan mengembangkan usaha produktif.
Bantuan ini kemudian dikembalikan dalam bentuk angsuran dua mingguan.
Nasabah juga memperoleh manfaat tambahan lainnya yaitu asuransi jiwa untuk nasabah dan suami, tabungan, serta pembebasan angsuran setiap Hari Raya Idul Fitri.
Setelah 3 siklus dapat dilalui dengan baik, nasabah akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pembiayaan perbaikan rumah dan pendidikan anak.
Sementara untuk program pemberdayaan, nasabah dapat terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui program pendampingan berkelanjutan yang meliputi topik kesehatan, kewirausahaan dan pengembangan komunitas.
Sistem keanggotaannya, nasabah dikelompokkan dalam satu sentra yang anggotanya dipilih sendiri oleh nasabah, dipimpin oleh Ketua Sentra yang dipilih oleh anggota sentra.
Dalam hal pendampingan, setiap sentra akan didampingi oleh petugas lapangan terlatih yang biasa disebut Community Officer.
"Secara rutin Community Officer kami melayani dan memberikan pendampingan kepada nasabah dengan cara bertemu di tempat-tempat nasabah," ujarnya.
Sementara itu Direktur Bisnis BTPN Syariah, Dwiyono Bayu Winantio menjelaskan, bisnis model yang dijalankan BTPN Syariah ialah pembiayaan berkelompok secara individu.
Bisnis model ini diterapkan supaya bisa melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap kelompok tersebut dan anggotanya.
Masing-masing memiliik ketua sentra dan ketua grup, satu grup terdiri atas 5 orang dan satu sentra terdiri atas 35 orang.
Sentra mendapat pendampingan dari community officer (CO) yang kerap disebut BTPN Syariah sebagai bankir pemberdaya.
CO inilah yang memberi tips dan edukasi pada sentra untuk mengatur keuangan hingga pengembangan bisnis.
"Kita berikan pembiayaan mulai Rp2 juta hingga 100 juta dengan melalui proses evaluasi. Pembiayaan dilihat berdasarkan waktu usaha dan jenis pengembangan usaha," jelas Dwiyono Bayu Winantio.
Kelompok tersebut selalu dinilai dari waktu ke waktu, untuk melihat rangkingnya mereka masing-masing.
Nilai dari masing-masing kelompok diambilkan dari individu dalam kelompok. Masing-masing individu punya nilai untuk menentukan nilai sentranya.
Nilai sentra itu menentukan berapa besar kenaikan pembiayaan yang BTPN Syariah berikan.
"Kita juga melakukan pelatihan dan pendampingan berdasarkan kekuatan masing-masing individu dalam kelompok," terang Dwiyono Bayu Winantio.
Untuk melihat dampak sosial, lanjutnya, juga diukur dari masing-masing individu. Setiap tahun kenaikan pembiayaan, dilihat perkembangan secara usaha dan sosial nasabah.
Berdasarkan itu BTPN Syariah bisa melakukan tindaklanjut agar masyarakat prasejahtera menjadi sejahtera.
"Yang diberikan ialah nasabah yang baru memulai usaha, memiliki rencana usaha yang jelas, sudah berwirausaha dan meningkatkan usaha lebih baik lagi," tuturnya.
Tentunya bisnis model ini dilakukan melihat dua hal, memberikan layanan yang baik pada nasabah seperti inovasi yang dilakukan apa saja.
Kemudian menyiapkan digitalisasi bagi tim yang melayani nasabah, supaya bisa melayani lebih cepat dan lebih baik sesuai yang diharapkan nasabah.
"Untuk usaha yang kita lihat, semua pembiayaan untuk usaha produktif sehingga bisa dilihat perkembangannya seperti apa usaha, dampak ekonomi dan sosialnya," jelas Dwiyono Bayu Winantio.
Di sisi lain, Business Development Head BTPN Syariah Ade Fauzan menyampaikan bicara dunia keuangan perbankan, tidak lepas dari digitalisasi. BTPN Syariah sering mendapatkan pertanyaan seperti apa digitalisasinya.
"Kami sebenarnya sudah cukup lama melakukan digitalisasi. Sejak 2015. Kemudian pada 2016 mulai melakukan tahap 1 digitalisasi yang akan menjadi model bisnis di masa depan," terang Ade.
Ia melihat pilar digitalisasi dimulai dari digitalisasi internal BTPN Syariah agar CO bisa menjalankan bisnis dengan efektif dan efisien.
"Dulu di lapangan semua serba manual, bawa kertas, harus menghafal angsurannya berapa, namun saat ini,kami sudah kembangkan berbasis tablet, seluruh aktivitas harian didesain dalam aplikasi," jelasnya.
Menurutnya, BTPN Syariah melakukan pengembangan terus-menerus hingga hari ini.
Setelah digitalisasi di internal, baru nasabah. Nasabah inklusi BTPN Syariah sangat masif 4 juta orang dari Aceh hingga NTT.
Karakteristiknya beda-beda, tidak bisa melakukan digitalisasi seperti yang orang kebanyakan lakukan.
BTPN Syariah memulai dari nasabah inspiratif sehingga mereka bisa menjadi Mitra Tepat.
Kemudian dilengkapi dengan aplikasi agen Mbangking. Sehingga dalam melakukan pemesanan lebih murah den kompetitif.
BTPN Syariah terus fokus dalam mendampingi nasabah inklusi adalah wujud komitmen Bank BTPN Syariah selama lebih dari satu dekade.
Melalui pendampingan yang tepat, Bank mampu menyalurkan pembiayaan Rp 10.2 triliun pada kuartal ketiga 2021, tumbuh 12 persen (YoY) dibanding Rp 9.1 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan yang positif ini juga tetap mengedepankan kualitas pembiayaan yang terjaga.(TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)