Tradisi Raba'akia sebagai Wujud Rasa Syukur, dan Ajang Bersilaturrahmi di Air Manis Kota Padang
Melihat tradisi dengan penuh rasa syukur dan ajang silaturrahmi yang bernama Raba'akia pada masyarakat kawasan Pantai Air Man
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Melihat tradisi dengan penuh rasa syukur dan ajang silaturrahmi yang bernama Raba'akia pada masyarakat kawasan Pantai Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Kegiatan ini diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat yang dikenal juga dengan sebutan 'Tolak Bala'.
Raba'akia merupakan singkatan dari hari Rabu terakhir pada Bulan Syafar dalam kalender Islam.
Masyarakat pun datang berbondong dalam pelaksanaan kegiatan ini pada sore hari dan saling bertegur sapa dalam menjalin silaturrahmi.
Masyarakat yang datang membawa semua keluarganya, dan membawa peralatan seperti gayung serta alat yang bisa menampung air.
Pelaksana Raba'akia, Asrul, mengatakan kegiatan ini dilaksanakan dimulai dari Masjid Nurul Ihsan.
"Kegiatan disebut Raba'akia atau hari Rabu terakhir di bulan Syafar. Jadi ini merupakan tradisi dna kebiasaan daripada masyarakat di Air Manis dan Bukit Gado-gado," kata Asrul, Rabu (6/10/2021).
Asrul menyebutkan kegiatan ini dengan tolak bala atau dikenal dengan Raba'akia. Kata dia, kegiatan ini diawali dengan Salat Ashar berjamaah di Masjid Nurul Ihsan di Air Manis, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.
Masjid Nurul Ihsan, kata dia, adalah masjid yang paling tertua di Kelurahan Air Manis. Setelah itu, dari masjid dilakukan perjalanan secara bersama-sama beriringan ke kawasan Pantai Air Manis.
Sepanjang jalan menuju kawasan pantai dilakukan pembacaan 'Lailahaillallah' sebanyak mungkin sambil berjalan kaki dari masjid.
"Tujuannya adalah supaya bencana dan segala marabahaya kita dilindungi. Kita dijauji oleh Allah SWT hendaknya," kata Asrul.
Baca juga: Tradisi Basapa di Ulakan Kabupaten Padang Pariaman, Omzet Pedagang Kuliner Tradisional Jadi Meroket
Selain itu juga terselip doa agar dilimpahkan rahmat dan nikmat. Seperti nelayan yang ada di sekitar lokasi dimudahkan rezeki saat di laut.
Asrul mengatakan, doa lainnya terkait masyarakat yang mencari rezeki di pantai diberikan kemudahan dan kelancaran.
"Setelah sampai di pantai, kemudian salah seorang masyarakat mengumandangkan adzan," kata Asrul.
Setelah adzan berkumandang, barulah dilaksanakan pengambilan air 'paureh' dengan tempat yang telah dibawa atau disiapkan masyarakat dari rumahnya masing-masing.