Perbandingkan Alat Transportasi Air dan Udara Baik Dulu Maupun Sekarang, Jawaban Tema 9 Kelas 6

Perbandingkan alat transportasi air dan udara baik dulu maupun sekarang. Pernyataan di atas merupakan soal Buku Tematik Tema 9 Kelas 6 Halaman 174.

Editor: Mona Triana
Shutterstock
ilustrasi belajar di rumah 
TRIBUNPADANG.COM - Perbandingkan alat transportasi air dan udara baik dulu maupun sekarang.
Pernyataan di atas merupakan soal Buku Tematik Tema 9 Kelas 6 Halaman 174.
Berikut ini jawaban dari Buku Tematik yang ditujukan bagi orang tua dalam mengawasi anak belajar di rumah.
Bagi para siswa diharapkan dapat mencari jawaban sendiri.
Kunci Jawaban Tema 9 Kelas 6 Halaman 174
Ayo Berdiskusi
Bersama dengan teman sekelompokmu lakukanlah beberapa kegiatan berikut ini. Pilihlah sistem transportasi udara dan air yang akan dibahas oleh kelompokmu Dengan menggunakan berbagai sumber informasi, lakukanlah perbandingkan alat transportasi air dan udara baik dulu maupun sekarang. Gunakakan tabel berikut untuk mencatatnya.
Aspek Transportasi Air Sebelum Modernisasi Transportasi Air Setelah Modernisasi Transportasi Udara Sebelum Modernisasi Transportasi Udara Setelah Modernisasi
Tenaga Penggerak Manusia dan Angin Mesin Udara panas Mesin
Fungsi Alat transportasi Alat transportasi Alat transportasi Alat transportasi
Contoh Gambar
Perahu Dayung
Kapal Laut
Balon Udara
Pesawat Udara
Modernisasi memang memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung. Demikian juga dengan dampaknya pada sistem transportasi darat saat ini. Bersama teman sebangkumu diskusikanlah dampak positif dan negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat maupun dampaknya terhadap lingkungan. Gunakan diagram berikut untuk mencatatnya.
Peta pikiran perkembangan transportasi
Presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas dengan percaya diri. Buatlah sebuah kesimpulan tentang kegiatan di atas.
Manusia tidak bisa terlepas dengan teknologi sehingga di era globalisasi ini manusia dituntut untuk dapat menggunakan teknologi. Namun, perkembangan teknologi memiliki dampak negatif sehingga kita harus bersikap bijak dalam menggunakan teknologi.
Perkembangan alat transportasi telah memberikan banyak kemudahan kepada masyarakat penggunanya. Berbagai alat transportasi telah silih berganti seiring dengan perkembangan teknologi. Alat transportasi bermesin kini menjadi pilihan utama untuk digunakan. Lalu bagaimana dengan alatalat transportasi tempo dulu yang pernah digunakan masyarakat? Beberapa contoh alat transportasi itu tersimpan di museum-museum. Tetapi ada juga yang dijadikan benda koleksi oleh masyarakat. Berikut adalah salah satu kisahnya.
Ayo Membaca
Sepeda Ontel Warisan Kakek
Oleh Yoga T. Kriiing
Kreeeng – Kriing Kreeng! Bunyi bel sepeda milik Ayah. Di depan rumah, Ayah sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Seperti biasa pula Ayah akan mengajak Dindin berangkat bersama. Tempat kerja Ayah terletak tepat di depan sekolah Dindin.
Akan tetapi akhir-akhir ini sikap Dindin agak berbeda. Ia sepertinya malas berangkat bersama Ayah. Dindin pura-pura sibuk mencari buku tulisnya.
“Dindin, ayo kita berangkat sekarang!” panggil Ayah dari depan.
“Aku mencari buku catatanku dulu, Ayah! Aku lupa meletakkannya. Ayah berangkat saja dulu. Dindin jalan kaki saja,” jawab Dindin dari dalam kamarnya.
Begitu melihat Ayahnya berangkat, Dindin bergegas keluar kamar dan langsung berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Sebenarnya Dindin senang berangkat bersama ayahnya ke sekolah. Hanya saja ada yang membuatnya gelisah. Beberapa teman sekelasnya mulai mengolok-olok sepeda milik ayahnya. Menurut mereka, sepeda Ayah sudah kuno dan ketinggalan zaman.
Ayah memang pernah bercerita bahwa sepeda Ayah memang sepeda yang dibuat pada zaman Belanda dulu. Sudah sangat tua. Orang-orang menyebutnya sepeda ontel. Sepeda ini terbuat dari rangka besi yang kuat dan tinggi. Ayah sangat sayang dengan sepeda itu, bahkan sangat bangga. Setiap hari sepeda itu dirawat dan diperiksa dengan teliti. Ayah bahkan memberinya nama sendiri: Srikandi.
Siang itu, Dindin pulang sekolah dengan berjalan kaki menyusuri jalan yang sepi. Panasnya matahari membuat Dindin merasa kelelahan. Ia lupa membawa botol air minumnya. Dindin merasa kehausan, dan tiba-tiba kepalanya pening, matanya berkunang-kunang, keringatnya bercucuran. Dindin merasa hendak pingsan.
Tiba-tiba terdengar suara bel sepeda dari belakang. Kriiing kreeng-kriiing kreeng! Itu suara sepeda ayahnya
“Din, ayo cepat naik. Kamu pucat sekali! Kamu pasti dehidrasi,” perintah Ayah. Walaupun Dindin merasa segan naik sepeda ayahnya, tetapi ia merasa tidak punya banyak pilihan. Dindin menurut. Ia pulang dibonceng ayahnya.
“Ini sepeda peninggalan kakekmu, Din,” kata Ayah ketika Dindin meminta penjelasan mengapa ayahnya sayang sekali dengan sepeda ontel tua itu. Dindin sudah terlihat lebih segar setelah minum cukup air, dan merebahkan dirinya di kursi ruang tengah. Dindin memang tak sabar ingin bertanya soal itu.
“Kakek juga sangat sayang dengan sepeda ini, Din. Dan waktu itu Ayah memang berjanji akan merawat sepeda peninggalan ini dengan baik, jika Kakek meninggal, ”jelas Ayah.“ Ayah tahu kamu malu dibonceng Ayah dengan sepeda itu, kan? Kamu harus tahu, sepeda itu kini harganya sangat mahal, Din. Para pencinta sepeda antik menghargainya dengan harga yang tinggi. Tetapi Ayah tidak akan membiarkan sepeda itu dijual. Jadi, Ayah juga berharap, suatu saat nanti Dindin yang akan merawat sepeda itu,“ jelas Ayah panjang lebar.
Dindin tertunduk. Sepeda itu ternyata sangat berharga bagi ayahnya. Dan hari ini sepeda itu menolong Dindin segera mendapatkan pertolongan. Ah, aku harus minta maaf kepada ayahnya.
“Maafkan Dindin, Yah. Dindin berjanji akan belajar merawat sepeda Ayah baik-baik sebagai ucapan terima kasih Dindin karena sepeda ini telah menolong Dindin hari ini,” kata Dindin kepada ayahnya.
Sumber: Majalah Bobo, 10 April 2017

Baca selengkapnya di sini

(Tribunpadang.com)

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved