Curhat Warga Koto Tingga Diserbu Ribuan Lalat, Ngeri Melihatnya Kalau Berkerumun Tampak Menghitam
Curhat Warga Koto Tingga Diserbu Ribuan Lalat, Ngeri Melihatnya Kalau Berkerumun Tampak Menghitam
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: afrizal
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rizka Desri Yusfita
TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Ribuan lalat menyerbu rumah warga Jorong Koto Tingga Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok.
Warga Jorong Koto Tingga pun rutin menggunakan lem kertas untuk menjebak ribuan lalat tersebut.
Namun, walau lem lalat sudah habis berlembar-lembar, serbuan lalat masih tetap banyak.
Keluhan warga soal serbuah lalat ini diunggah pemilik akun @samuik_sirah ke instagram.
"Di hari lebaran makan sisa lalat. Ini lah semboyan yang cocok kami berikan untuk warga Jorong Koto Tingga," tulis pemilik akun yang diketahui bernama Rahma Deni tersebut.
Baca juga: VIRAL Video Warga Diadang Harimau dalam Semak di Solok Selatan: Mailaklah Lai Nyiak, Kami Takuik!
Baca juga: Viral Longsor Hantam Avanza di Lembah Gumanti, Humas Pemkab Solok: Kejadian Kemarin di Aia Dingin
Rahma Deni mengungkapkan, mulanya warga mengeluhkan bau tak sedap yang berasal dari kandang ayam di sekitar pemukiman.
Tak hanya bau, kini banyak lalat yang beterbangan hingga masuk ke rumah warga.
"Ngeri melihatnya, kalau berkerumun tampak menghitam. Lalat muncul tidak musim hujan saja, tapi setiap musim panen," ungkap Rahma Deni.

Rahma Deni tak menyangka peternakan ayam yang berada di dekat rumahnya berimbas ribuan lalat masuk ke rumahnya.
Jarak rumahnya dengan kandang tersebut sekitar 500 meter.
Sementara banyak rumah warga yang berjarak hanya 150 meter dengan kandang ayam tersebut.
Baca juga: VIRAL Makam Sepanjang 10 Meter di Padang Pariaman Dibongkar, MUI : Pekuburan Panjang Adalah Palsu
Menurut Rahma Deni lalat itu sangat menganggu dan membuat warga jijik, terutama saat makan karena lalat-lalat tersebut hinggap di makanan.
"Makanan yang dihidangkan harus diberi plastik. Kami berebut makan dengan lalat, pokoknya warga makan sisa lalat dan kesehatan warga sangat terancam," ucap Rahma Deni.
Tak hanya tidak nyaman melihat lalat beterbangan, warga juga risih melihat lalat mati.
"Makan dalam keadaan lalat mati di lem lalat juga tak nyaman, jijik sekali rasanya. Makan yang harusnya enak, lihat lalat berkerumun dan menghitam jadi kurang selera makan."
"Apalagi kita kedatangan tamu dari daerah lain, bisa muntah-muntah orang," tukas Rahma Deni.
Rahma Deni menuturkan warga sudah geram dan sangat keberatan dengan kandang tersebut karena lalatnya sangat banyak. Namun mereka tidak tahu mau mengadu ke siapa.
Di Jorong Koto Tingga, sebut Rahma Deni, ada sekitar 200 rumah warga.
Tak hanya rumah warga di jorong Koto Tingga, lalat akibat bau tak sedap karena kandang ayam di sana juga telah sampai ke jorong-jorong tetangga, hanya saja belum terlalu banyak.
Menurut Rahma Deni, pihak jorong sudah pernah memberi peringatan ke pihak peternak, dan pihak peternak komitmen untuk bertanggung jawab. Namun hanya bertahan selama 2 bulan.
"Sesudah itu mereka tidak mentaati lagi imbauan jorong untuk memberantas lalat," terang Rahma Deni.
Deni mengungkapkan, di Jorong Koto Tingga ada sekitar 7 kandang ayam.
Kandang ayam itu berdiri sekitar 2017 lalu.
Waktu pertama kali mendirikan usaha, ungkap Rahma Deni, diduga pihak peternak tidak pernah meminta izin kepada warga sekitar.
Mereka baru izin ketika warga pertama kali melalukan protes karena banyaknya lalat yang dihasilkan.
"Di sini mereka baru berjanji akan menjaga kebersihan kandang dan pemberian lem lalat ke warga. Tapi itu mereka indahkan sekitar 3 bulan, setelah itu kembali lagi terjadi."
"Mereka beralasan cuaca, kemudian terjadi lagi, dan mereka menambah lem lalat ke warga dan pas lebaran kemarin terjadi lagi sampai sekarang lalat masih banyak," tutur Rahma Deni.
Kata Rahma Deni, kemunculan lalat yang paling parah itu terjadi sekitar tahun 2019 karena kandang sudah mulai banyak hingga smpai sekarang.
Warga melakukan antisipasi hanya dengan menaruh lem lalat di rumah masing-masing.
Rahma Deni mengaku hampir setiap hari merogoh kocek untuk membeli lem lalat.
"Mau tak mau warga harus mengeluarkan biaya untuk beli lem lalat," tambah Rahma Deni.
Dalam sehari, kata Rahma Deni, bisa menghabiskan 10 lem lalat.
Sepuluh lem itu akan dipasang di beberapa titik di rumahnya.
Ia menyebut harga satu lem yakni Rp1.500. Lalat itu berkumpul di beberapa titik.
Apabila ada orang yang mengusik lalat tersebut, maka akan terlihat jelas ribuan lalat itu berterbangan.
Ia mengatakan meski pihaknya sudah berusaha mengendalikan serangan lalat tersebut dengan menggunakan lem lalat, namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Sebab, jumlah lalat sangat banyak.
Menurut Rahma Deni jumlah lalat yang ribuan, tidak cukup dengan bantuan lem lalat, lagian kalau pun cuma lem lalat solusi mereka, tidak akan mencegah lalat.
"Warga sebenarnya tidak butuh lem lalat, tapi lalat tidak sampai lagi di rumah-rumah," imbuh Rahma Deni.
Rahma Deni menyatakan sudah tidak betah lagi dengan kerumunan lalat di sekitar rumahnya.
Pasalnya keberadaan lalat itu tidak hanya sehari, tetapi berbulan-bulan.
Apalagi warga sulit untuk makan karena banyaknya lalat yang hinggap sehingga dikhawatirkan berbahaya untuk kesehatan.
"Dalam video yang saya unggah itu anak saya. Saya pasti khawatir sekali dengan kesehatannya, masih kecil dan rawan sakit," ungkap Rahma Deni.
Protes, menurut Rahma Deni, sudah sering disampaikan, namun hingga kini tidak mendapat respons apa-apa dan peternakan tersebut terus saja berproduksi.
Warga juga telah meminta pemerintah turun tangan untuk mengatasi keberadaaan usaha peternakan ayam petelur yang berada di dekat permukiman warga.
"Warga sudah mencoba mengeluarkan aspirasi ke pihak pemerintahan untuk menutup semua kandang ayam. Tapi pihak pemerintahan tetap saja membiarkanya," ujar Rahma Deni.
Warga, kata Rahma Deni juga meragukan kzin usaha kandang-kandang ayam tersebut.
Pasalnya, setiap kali warga menanyakan surat izin ke pihak pemerintahan nagari dan pengusaha kandang ayam mereka tidak bisa memperlihatkan.
"Dengan media kita berharap, pihak berwenang menindak langsung ke kandang ayam ini, apakah kandang ini sudah memenuhi semua standart," harap Rahma Deni. (*)
Wali Jorong Ungkap Penyebab
Warga Jorong Koto Tingga Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok selama bertahun-tahun diresahkan oleh gangguan ribuan lalat.
Banyaknya lalat diduga karena banyak kandang ternak ayam tidak berizin dan hanya berjarak beberapa meter dari kawasan pemukiman.
Kepala Jorong Koto Tingga Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sekaki Kabupaten Solok Iswandi membenarkan hal tersebut.
"Iya, ini ada pasca panen dari kandang ternak ayam yang ada di Koto Tingga. Pasca panen ini beriringan dengan musim penghujan juga, akhirnya populasi lalat ini menjadi-jadi," terang Iswandi, Rabu (19/5/2021) pada TribunPadang.com.
Baca juga: VIRAL Ribuan Lalat Serbu Rumah Warga Koto Tingga di Kab Solok: Kami Berebut Makanan dengan Lalat
Baca juga: VIRAL Video Warga Diadang Harimau dalam Semak di Solok Selatan: Mailaklah Lai Nyiak, Kami Takuik!
Iswandi mengatakan pihaknya dan pemerintahan nagari sudah mengadakan rapat dengan pemilik usaha tersebut.

Hasilnya, peternak ayam bertanggungjawab untuk memberantas lalat yang ada di rumah-rumah warga.
"Alhamdulillah, satu petugas sudah mulai jalan untuk memberantas lalat yang di rumah warga," tambah Iswandi.
Iswandi menuturkan di Koto Tingga ada sekitar 7 kandang ayam.
Akan tetapi setelah dilihat dari lokasi usahanya memang telah menyalahi aturan.
Pemilik usaha diduga juga tidak mengantongi izin mendirikan usaha peternakan ayam.
Baca juga: Viral Longsor Hantam Avanza di Lembah Gumanti, Humas Pemkab Solok: Kejadian Kemarin di Aia Dingin
"Saya baru jadi kepala jorong, dan saya belum melihat izin usahanya, pemilik kandang mengklaim sudah punya izin, tapi buktinya belum tampak."
"Menurut pemilik kandang, juga sudah ada izin kepada warga. Amdalnya juga sudah, entah iya entah tidak, tidak ada buktinya," tegas Iswandi.
Selain itu, Iswandi juga mengungkapkan, dari tujuh kandang yang ada, sebetulnya hanya 1 kandang yang bermasalah.
Yakni tidak memenuhi aturan-aturan yang telah disepakati bersama.
Meski demikian, warganya menuntut semua kandang ayam di wilayahnya ditutup.
"Tuntutan masyarakat ditutup semua, kalau ditutup semua, panjang prosedurnya."
"Jadi orang-orang yang melaksanakan aturan, justru protes. Karena mereka mampu menunjukan bukti bahwa mereka telah melaksanakan aturan," tutur Iswandi.
Maka didapati kesepakatan, orang pemilik kandanglah yang diberikan sanksi dengan catatan, tidak ada rapat untuk keempat kalinya membahas persoalan pemberantasan lalat di wilayah itu.
"Kalau keempat kalinya, semua kandang tutup. Sudah tiga kali rapat dengan pemilik kandang dan masyarakat," tukas Iswandi.
Iswandi juga mengungkapkan, memang ada warga yang sudah tidak percaya lagi dengan kebijakan Pemerintahan Desa ataupun Kecamatan.
Meski demikian banyak warga yang masih mengharapkan agar pemerintah setempat dapat turun tangan dengan melakukan penertiban terhadap kandang-kandang ayam tersebut.
Iswandi juga membantah asumsi masyarakat bahwa pihaknya dan pemerintahan nagari mendapatkan fee dari pemilik kadang.
"Seratus perak saja gak ada dapat. Lalat saja yang dapat. Kami jorong dan Satgas dengan tegas membantah tidak ada sepeserpun memungut iuran dari pemilik kandang ayam itu," tutur Iswandi.
Iswandi menambahkan, akan terus menindaklanjuti keresahan warga ini.
Kata dia, lalat yang muncul tidak mengganggu aktivitas warga, hanya saja menggangu kenyamanan dan kebersihan lingkungan setempat. (*)