Kisah Inspiratif

KISAH Polwan Penjaga Perdamaian PBB, Briptu Hikma Nur Syafa: Kami Pulang, Anak-anak Menangis

Wajah Briptu Hikma Nur Syafa Atun sempat mencuri perhatian di jagat maya.

Editor: Emil Mahmud
Instagram @hikmanursyaa
Ilustrasi: Kolase foto Brigadir Satu Hikma Nur Syafa atau kerap disapa Briptu Imah 

TRIBUNPADANG.COM- Wajah Briptu Hikma Nur Syafa Atun sempat mencuri perhatian di jagat maya.

Hal itu terkait parasnya yang ayu, sekaligus berkesempatan jadi petugas penjaga perdamaian PBB di Bangui, Benua Afrika Tengah. 

Polwan yang bertugas di Satlantas Polres Bantul tersebut bergabung dengan Formed Police Unit (FPU) bersama dengan 139 polisi lainnya. Dari 139 polisi, 14 di antaranya adalah Polwan.

Briptu Hikma Nur Syafa Atun
Briptu Hikma Nur Syafa Atun, Polwan asal Bantul, Yogyakarta petugas penjaga perdamaian PBB di Bangui, Afrika Tengah

Ima, sapaan akrabnya menceritakan, sejak menjadi Polwan 2013 lalu, ia bercita-cita untuk mendapatkan program tugas luar negeri. Gayung bersambut, pada tahun 2018 dibuka peluang misi tersebut. Tak ingin mengabaikan peluang, ia pun mencoba mendaftar.

Baca juga: Safari Jurnalistik: Tolak Praktik Human Trafficking, Kerja Sama PWI Pusat dan PT Astra International

Untuk menjalankan misi kemanuasiaan tersebut, perempuan berusia 26 tahun itu terpaksa berpisah dengan orangtuanya. Selama 15 bulan, Ima hanya bisa berkomunikasi via telepon.

"Dulu memang ingin ikut program internasional, ingin punya pengalaman lebih di kepolisian. Tahun 2018 dibuka peluang ini, langsung mendafatar, dan menjalani tes. Berangkat tanggal 27 Juni 2019,dari Polda DIY ada dua yang bertugas. Orangtua sangat mendukung, perasaan khawatir pasti ada, tetapi tetap mendukung,"tuturnya, Selasa (03/11).

Kehidupan di sana tidak mudah, ia dan teman-temannya harus membangun tenda dari nol. Anak kedua dari dua bersaudara ini harus merasakan panas dan hujan selama tiga bulan di dalam tenda.

Baca juga: Warganet Bisa Hapus Akun Instagram, Silakan! Pilih Secara Permanen dan Sementara

Cuaca hanya masalah sepele baginya, karena ada kelompok bersenjata yang harus dihadapinya.Bahkan ia pernah menjadi korban penyanderaan kelompok bersenjata tersebut. Namun dengan kemampuan komunikasi dan negosiasi yang baik, ia dan teman-temannya dibebaskan.

"Tugas kami di sana cukup berat, karena kami yang pertama membangun kepercayaan mereka (warga Bangui). Sempat tersandera dalam mobil, tetapi dengan komunikasi yang baik, kami berikan pengertian akhirnya kami dibebaskan,"ungkapnya.

Briptu Hikma Nur Syafa Atun, Polwan asal Bantul
Briptu Hikma Nur Syafa Atun, Polwan asal Bantul, Yogyakarta

Pengalaman disandera ternyata bukan satu-satunya pengalamannya bersingungan langsung dengan kelompok bersenjata.

Baca juga: VIRAL Video 33 Detik, Sepasang Bukan Suami-istri Berseragam Dinas Indehoi Dalam Mobil

"Saat itu kelompok sedang melakukan patroli, kemudian terjadi baku tembak, dan kami berada di tengah baku tembak itu. Tentu ada perasaan cemas, tetapi akhirnya kami semua bisa kembali dengan selamat,"sambungnya.

Meski terkesan sangar saat menenteng senjata, sosok perempuan kelahiran Bantul, 01 Agustus 1994 tersebut sangat dekat dengan anak-anak di Bangui. Banyak foto kedekatannya dengan anak-anak Bangui yang dibagikan melalui sosial media pribadinya.

Setelah kepulangannya dari Bangui pada September lalu, Ima harus kembali beradaptasi dengan Indonesia. Selisih enam jam membuatnya sedikit kesulitan mengatur pola tidur.

"Perbedaan waktu enam jam, harus adaptasi lagi. Sempat sulit mengatur pola tidur, tetapi saat ini sudah normal lagi,"ujarnya.

Baca juga: Ditemukan Tewas di Sumur, Guru Ngaji di Bogor Sempat Kirim Pesan untuk Menyemangati Suaminya

Ia mengaku pengalaman selama di Bangui, Afrika Tengah sangat berharga. Jika dibandingkan dengan Indonesia, keadaan di Bangui sangat memprihatinkan.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved