Pemkab Usulkan Tol Dharmasraya-Rengat, Akses ke Tol Trans Sumatra jadi Lebih Dekat, Cuma 80 Km
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan meminta akses pintu masuk dan keluar pada ruas tol Trans Sumatra kepada Menteri PUPR.
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Saridal Maijar
Feeder tol itu memangkas jarak tetapi tidak mengganggu sistem jalan yang ada. Tetapi bisa saja upgrade status.
"Jalan yang ada sekarang kan sistemnya jalan Provinsi Riau, lintas selatan namanya. Masuk ke Teluk Kuantan namanya menjadi jalan Kabupaten Kuansing. Kita ke Padang Laweh, namanya jalan kabupaten Dharmasraya," jelasnya.
Jika terealisasi, kata dia, akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pergerakan orang serta barang.
Baca juga: Gubernur Sumbar Akui Jalan Tol Padang-Pekanbaru Masih Ada Penolakan, Irwan: Pembangunan Masih Jalan
Juga melayani Solok Selatan, Dharmasraya, Siunjung, dan banyak lainnya.
Tidak hanya di Sumbar bagian selatan, tapi juga Riau dan Jambi.
"Dharmasraya dikenal dengan penghasil padi dan sawit, Solok Selatan sayur-sayuran dan sebagainya, itu punya daya ungkit di daerah kita."
"Selama ini tidak terlayani dengan baik, dengan adanya pintu tol, tentu pergerakannya lebih cepat," tambah Junaedi Yunus.
Menurut Junaedi Yunus, karena jauh dari tol Padang, tentu akan punya nilai ekonomi tersendiri.
"Pintu tol Linggau jauh, pintu tol by pass Kota Padang sana jauh lagi, dekatnya Belilas, Indragiri Hulu. Feeder tol hanya 80 kilometer," kata Junaedi Yunus.
Baca juga: Jalan Tol Padang-Pekanbaru Sudah Harus Rampung 2024, Pemerintah Pusat Beri Tenggat Waktu
Panjang rute jalan yang ada saat ini antara Dharmasraya dan Belilas dekat Rengat, Indragiri Hulu sekitar 116 kilometer. Itu yang dilalui oleh orang-orang.
Sementara, jalan baru ini nantinya akan melewati Kecamatan Padang Laweh, Kecamatan Timpeh, Sitiung dan sejumlah kenagarian.
Kalau jadi feeder tol ini, panjang rute dari Dharmasraya 15 kilometer, sedangkan panjang rute Riau yakni 65 kilometer.
"Kita cari trase yang paling nyaman dan aman sehingga tidak ada persoalan," imbuh Junaedi Yunus.
Kata Junaedi Yunus, kalau tol, bukit ditebasnya, lurah ditimbunnya, dan sungai dibuat jembatannya.
Feeder tol tidak mengganggu sistem jaringan jalan yang sudah ada.
Baca juga: Tol Padang-Pekanbaru Dinilai Stagnan, Ini Komentar Komisaris PT Hutama Karya