Kisah Inspiratif
Cikal Bakal Bank Sampah Tuah Basamo di Pasaman Barat Sumbar, Bermula dari Becak hingga Mobil
Hingga saat ini Bank Sampah Tuah Basamo ini berlokasi di Jalan Tuangku Sasak, Kejorongan Kapa Utara, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten
Penulis: Rezi Azwar | Editor: Emil Mahmud
Laporan Wartawan TribunPadang.com, Rezi Azwar
TRIBUNPADANG.COM - Hingga saat ini Bank Sampah Tuah Basamo ini berlokasi di Jalan Tuangku Sasak, Kejorongan Kapa Utara, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) makin diketahui keberadaannya.
"Bank sampah ini kita gagas akhir tahun 2019 kemarin. Cuman kita mencari siapa yang sejalan dengan kita cukup susah mencarinya, alhamdulillah tanggal 11 Januari 2020 Bank Sampah Tuah Basamo ini beroperasi," ujar Iwen Ketua Bank Sampah Tuah Basamo, Minggu (12/7/2020)
Menurutnya, kini ada enam orang anggota yang membantunya bersama-sama dalam membangun bank sampah.
"Tapi alhamdulillha dari Januari sampai ke bulan Maret, kita sudah mengumpulkan sampah non organik sebanyak 8 ton," kata Iwen.
Iwen mensosialisasikan dengan mendatangi rumah masyarakat satu per satu.
Awalnya, ia hanya menggunakan motor becak milik pribadinya dalam mengangkut sampah.
Namun, ia merasakan kesulitan karena muatan becak hanya sedikit, hingga membuatnya harus bolak-balik.
"Dan, kebetulan saat itu timbul ide untuk mendapat armada lebih besar lagi. Kami tawarkan jika ada yang mau menukar tambah motor becak itu dengan mobil, dan alhamdulillah ada orang yang mau menukarkannya," sebut Iwen.
Hingga saat ini, Bank Sampah Tuah Basamo sudah memiliki dua armada untuk beroperasi.
• Bank Sampah Tuah Basamo Olah Sampah Organik, Disulap Jadi Pengharum Ruangan
• Harga Kebutuhan Pokok di Padang Sabtu 11 Juli 2020, Ikan Tuna Rp 50.000 Per Kilogram
Seperti dilansir TribunPadang.com, bahwa Bank Sampah Tuah Basamo di Sumatera Barat (Sumbar) mengolah sampah organik menjadi pengharum ruangan.
Bank Sampah Tuah Basamo ini berlokasi di Jalan Tuangku Sasak, Kejorongan Kapa Utara, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Iwen mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pembuatan Eco Enzyme dari bahan sampah organik yang didapatkan dari pedagang jus dan sisa dari pemakaian rumah tangga.
Kata dia, eco enzyme terbuat dari sampah organik yang difermentasikan selama tiga bulan, dan dari hasil fermentasi itu menjadi cairan yang disebut eco enzyme.
"Jadi, manfaat eco enzyme tadi bisa digunakan sebagai pembersih lantai, kaca, dijadikan pengusir nyamuk, dan bisa juga untuk pupuk tanaman," ujar Iwen, Minggu (12/7/2020).
Selain itu, menurutnya dapat digunakan sebagai pengharum serta produknya telah dihasilkan.
Bahannya, kata dia, dapat digunakan semua jenis sampah organik yang ada, seperti dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
• UPDATE Covid-19 Sumbar: Bertambah 6 Orang, Per 12 Juli 2020 Pagi Total 800 Kasus Positif
• Ekspor Ikan Sumbar Terkendala pada Masa Pandemi, Hanya Lobster yang Dikirim ke China
Terkait pemilihan sampahnya dapat menggunakan semua yang organik serta mengandung air.
Namun, untuk sampah organik yang kering seperti kulit bengkuang justru tidak disarankannya.
Sedangkan, khusus untuk pembuatan pengharum ruangan dipilih sampah organik dari buah yang harum juga.
"Kami sarankan menggunakan sampah dari buah nenas, jeruk, dan buah yang harum lainnya. Tapi, dalam pembuatan eco enzyme pasti dimasukkan sampah organik dari buah yang baunya harum," ujar Iwen.

Ia mengatakan setelah dilakukan fermentasi, dan ampas serta cairan dari hasil fermentasi tersebut digunakan untuk menjadi pupuk.
Kata dia, proses pembuatannya degan menyiapkan sampah organik yang didapatkan dari sampah pedagang jus.
Selain itu, ada tambahan bahan lainnya yaitu gula merah yang dicampurkan ke dalam sampah organik tersebut. Sesudah itu ditambahkan air putih biasa.
"Jadi, dalam 1 kilogram/Kg gula merah, itu kita masukkan sampahnya 3 Kg dan untuk airnya sebanyak 10 Kg. Nantinya, kita larutkan gula merah dengan air. Jika sudah larut dan tidak ada gumpalan lagi, lalu dimasukkan sampahnya," ujar Iwen.
Semua itu diaduk rata, dan setelah itu ditutup di dalam wadah yang telah disediakan.
Selanjutnya, menunggu selama tiga bulan. Namun, selalu dibuka untuk membuang gas yang ada di dalamnya.
Ia menyebutkan, tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengurangi sampah yang ada di lingkungan. Selain itu, dapat menyelamatkan bumi.
• BMKG Keluarkan Peringatan Dini Hari Ini, Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di Daerah Sumbar
• Libatkan Peran Adat Minang, Mulyadi Optimalkan Prinsip Tigo Tungku Sajarangan
"Sebenarnya, ide ini sudah sejak lama. Cuman karena sibuk mengumpulkan sampah non organik, jadi baru terlaksana saat ini," katanya.
Ia mengatakan, selanjutnya akan disosialisasikan kepada masyarakat. Kalau memang sudah dibolehkan untuk berkumpul banyak, kami akan mengumpulkan beberapa ibu rumah tangga (IRT) untuk diberikan materi terkait bagiamana memfermentasi sampah organik ini.
Ia berharap sampah dapur dapat digunakan menjadi lebih bermanfaat, dan dapat diterapkan oleh masyarakat yang dimulai dari dapur masing-masing.
"Sehingga sampah itu tidak terbuang sia-sia, tapi bisa menjadi pengharum ruangan, pupuk, pembersih kaca dan sebagainya. Kalau pembuatan eco enzyme ini tidak tertutup kemungkinan bisa dijadikan ladang bisnis atau usaha baru," kata Iwen.(*)