Mahasiswa Asal SMAN 1 Bukittinggi Berpuasa dan Lebaran di New York, Jalani Masa Pandemi Covid-19
Mahasiswa Asal Bukittinggi Jalani Puasa Ramadan dan Idulfitri di New York City, Tengah Pandemi Covid-19
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
Di samping itu, pembelajaran dilanjutkan secara online, dan restoran hanya bisa melayani permintaan delivery dan take-out lagi.
Sejauh ini lanjutnya kondisi New York pada akhir Maret hingga pertengahan April terkesan sangat berbeda. Ada perbedaan ketika melihat Times Square atau Stasiun Grand Central sepi dari turis dan warga New York.
Seiring itu, imbuhnya kebijakan stay-at-home dari negara bagian New York, tentunya pelaksanaan Salat tarawih maupun Salat Ied secara berjamaah menjadi tidak memungkinkan.
"Pada bulan Ramadan ini, saya melaksanakan Salat tarawih sendiri di rumah. Saya mempunyai jadwal waktu Salat, sahur dan berbuka melalui situs islamicfinder.org".
• Info Terbaru List Harga & Spesifikasi HP Samsung, Ada Galaxy A70, Galaxy A51, Galaxy A31
• Terlengkap Daftar Harga & Spesifikasi HP Xiaomi Terkini Ada Mi A2 Lite, Mi 8 Lite, Redmi Note 8
"Untuk makanan, saya terkadang pesan secara online atau memasak sendiri. Saya tidak bisa memasak sebelumnya, namun kondisi membuat saya harus belajar," ujar Miftahul Khairi.
Biaya delivery di New York jauh lebih mahal daripada di Jakarta sehingga sempat membuatnya khawatir terkait pengantaran makanan di tengah isu Covid-19.
"Saya mencoba memasak berbagai macam makanan seperti makanan Italia, Asia atau Perancis melalui video tutorial yang ada di food network app," papar Miftahul Khairi.
Selain itu lanjutnya, terkadang juga harus menjemput sendiri makanan yang dipesan secara online.
Sedangkan, kawasan kampus Columbia University juga merupakan salah satu daerah tempat tinggal bagi warga New York, restoran dan grocery stores masih banyak yang beroperasi.
Makanan masakan sendiri untuk sahur dan berbuka
Tantangan lainnya selama bulan puasa tahun ini adalah perubahan jam tidur yang tidak menentu: jam biologis terganggu karena harus menetap di apartemen saja.
Hal itu lantaran, kurangnya kegiatan fisik, persiapan ujian dan penulisan term papers yang memakan waktu sampai malam hari dan harus bangun lagi untuk sahur sekitar pukul 03 dini hari waktu setempat.
Guna menghadapi tantangan tersebut, dirinya mengusahakan untuk berolahraga menjelang berbuka puasa, seperti lari ke taman di dekat apartemen atau ke Central Park.
Kegiatan ini masih diizinkan di Kota New York sepanjang tetap memakai masker dan melakukannya sendiri.
"Saya juga membagi waktu untuk bermacam kegiatan seperti berkomunikasi dengan rekan-rekan atau keluarga secara online, memasak, istirahat, mengikuti kelas secara online untuk membangun rutinitas baru," ujar Miftahul Khairi.
Di tengah tantangan yang diluar kebiasaan ini saya bersyukur masih bisa menjalankan ibadah puasa secara penuh dan lulus dari salah satu sekolah hukum terbaik dunia (Columbia Law School) dengan predikat cum laude (Harlan Fiske Stone academic honors).