Berita Sumatera Barat
Ribuan Babi Mati di Sipora Mentawai, Diduga Akibat Wabah Virus Demam Babi Afrika
Ribuan hewan ternak Babi di Pulau Sipora, Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar)
Penulis: Rizka Desri Yusfita | Editor: Emil Mahmud
Hatisama Hura memastikan walaupun ASF berbahaya bagi babi, namun ia menegaskan bahwa penyakit ini tidak dapat ditularkan dari hewan ke manusia (bukan bersifat zoonosis).
Misalnya imbuh Hatisama Hura ada seekor babi terserang virus ASF tapi belum mati.
Sedangkan, untuk babi yang telah mati, dikatakan sudah bangkai namanya, tentu tidak bisa dimakan lagi.
Sebaliknya, kalau masih hidup lalu dipotong bisa dimakan, dengan catatan harus dimasak dengan suhu di atas 75 derajat celsius.
Jika bersifat zoonosis, dia mengatakan maka akan membawa dampak kepada manusia seperti Penyakit anthrax.
Hatisama Hura mengatakan virus ASF tak membuat daging babi di Pulau Sipora menjadi langka.
Harga Masih Stabil
Keberadaan babi tersebut tidak sekaligus mati semua, tapi secara bertahap, istilahnya ambang batasnya mati semua belum.
Saat ini, Hatisama Hura menyebut rata-rata masyarakat yang punya ternak cepat-cepat mereka sembelih dan potong.
Untuk harga babi, dia mengatakan sejauh ini berkisar antara Rp 60 hingga Rp 70 ribu.
Pihaknya menilai harga tersebut masih stabil, meskipun diprediksinya akan mengalami kenaikan harga.
Hatisama Hura mengatakan, di Mentawai pasti daging babi diperjualbelikan.
Sebab, katanya, tidak mungkin orang beternak dalam jumlah banyak untuk keluarganya sendiri.
Guna mengantisipasi penyebaran virus ASF, Hatisama Hura mengaku pihaknya juga sudah membuat edaran supaya masyarakat.
Adapun imbauannya; agar jangan mengirim babi ke luar Pulau Sipora seperti Siberut agar virus ini tidak menular ke pulau lainnya dan babi tidak terinfeksi. (*)