Peringatan HPN 2020
Mengenang Ruhana Kuddus, Sosok Jurnalis Perempuan Asal Sumbar dan Pendiri Soenting Melajoe
BARANGKALI TIDAK banyak orang yang mengetahui sosok Ruhana Kuddus atau yang populer dikenal juga sebagai Rohana Kudus.
Penulis: Emil Mahmud | Editor: Emil Mahmud
BARANGKALI tidak banyak orang yang mengetahui sosok Ruhana Kuddus atau yang populer dikenal juga sebagai Rohana Kudus. Padahal, perempuan asal Tanah Minang itu diketahui sebagai wartawati perempuan pertama yang dimiliki Indonesia.
Pada 8 November 2019 lalu, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Ruhana Kuddus, berdasarkan keputusan Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Perempuan kelahiran Kabupaten Agam pada 20 Desember 1884 itu pada 1912 ini mendirikan surat kabar pertama khusus perempuan di Sumatera Barat, yaitu Soenting Melajoe.
Pendirian surat kabar tersebut tidak terlepas dari maraknya kabar kesewenang-wenangan terhadap kaum perempuan yang marak terjadi pada masa itu.
Bahkan, hampir setiap surat kabar yang dibaca Ruhana Kuddus, tidak pernah absen memberitakan kabar tersebut.

Dilansir dari dokumentasi Harian Kompas, Ruhana kemudian mencari cara untuk menyarakan suara kaum perempuan.
Sejumlah pemimpin surat kabar pun ia ajak berkoresponden, salah satunya Soetan Maharadja, yang merupakan pemimpin redaksi Utusan Melayu.
Dalam suratnya, Ruhana Kuddus mengungkapkan keinginannya memperjuangkan nasib perempuan, sehingga membuat Soetan bersimpati.
Keduanya lalu bertemu dan sepakat mendirikan surat kabar khusus perempuan pertama di Sumatera Barat, yaitu Soenting Melajoe yang bermakna "Perempuan Melayu", pada 1912.
Ruhana Kuddus yang masih berkerabat dengan Sjahrir, tokoh pergerakan Indonesia, kemudian jadi pemimpin redaksi.
Sejarawan Universitas Andalas Padang Gusti Asnan mengungkapkan, kehadiran surat kabar tersebut rupanya cukup ampuh dalam menginspirasi surat kabar perempuan lainnya untuk tumbuh.
"Delapan tahun setelah kelahirannya, terbit pula surat kabar Soeara Perempoean, empat tahun setelah itu lahir pula surat kabar Asjraq," kata Gusti saat dihubungi Kompas.com, pada 7 November lalu.
Di samping terlibat dalam penerbitan Soenting Melajoe, Ruhana Kuddus juga terlibat dalam penerbitan beberapa surat kabar yang lain, antara lain surat kabar Perempoean Bergerak di Medan bersama Siti Satiaman dan Parada Harahap serta surat kabar Radio di Padang.
Tidak itu saja, beberapa tulisannya juga diterbitkan dalam beberapa surat kabar yang lain, baik di Sumatera atau di Pulau Jawa, di antaranya dalam Poeteri Hindia.
"Dari pengungkapan tersebut, sekali lagi, tidaklah berlebihan rasanya mengatakan bahwa Ruhana Kuddus adalah serorang tokoh perintis penertiban surat kabar perempuan dan wartawati perempuan pertama yang memiliki andil besar bagi perkembangan dunia pers Indonesia," kata Gusti.